NovelToon NovelToon
Semalam Bersama Mantan

Semalam Bersama Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Aliansi Pernikahan
Popularitas:23.9k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Dua puluh tahun setelah melarikan diri dari masa lalunya, Ayla hidup damai sebagai penyintas dan penggerak di pusat perlindungan perempuan. Hingga sebuah seminar mempertemukannya kembali dengan Bayu—mantan yang terjebak dalam pernikahan tanpa cinta.

Satu malam, satu kesalahan, dan Ayla pergi tanpa jejak. Tapi kepergiannya membawa benih kehidupan. Dilema mengungkungnya: mempertahankan bayi itu atau tidak, apalagi dengan keyakinan bahwa ia mengidap penyakit genetik langka.

Namun kenyataan berkata lain—Ayla sehat. Dan ia memilih jadi ibu tunggal.

Sementara itu, Bayu terus mencari. Di sisi lain, sang istri merahasiakan siapa sebenarnya yang pernah menyelamatkan nyawa ayah Bayu—seseorang yang mungkin bisa mengguncang semua yang telah ia perjuangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Serangan dari Balik Senyum

Ellen berdiri di depan gedung LPA, bangunan dua lantai bercat putih dengan baliho besar bertuliskan: "Lembaga Perlindungan Anak & Perempuan – Bersama Kita Suarakan Keadilan."

Ia menghela napas panjang, menyempurnakan senyum profesional di wajahnya sebelum melangkah masuk. Dalam genggamannya, map biru berisi proposal fiktif tentang seminar sosial yang tak pernah direncanakan.

Seorang resepsionis muda menyambutnya ramah. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”

Ellen mengangguk sopan. “Saya Ellen. Perwakilan dari Komunitas Cahaya Hati di London. Kami sedang menyusun seminar tentang kekerasan terhadap anak dan perempuan. Dan saya ingin sekali mengundang Ibu Ayla sebagai pembicara tamu.”

Mata resepsionis itu membulat kagum. “Wah, itu bagus sekali. Mohon tunggu sebentar, Bu Ellen. Saya akan menyampaikannya pada beliau.”

Beberapa saat kemudian, Ellen sudah duduk di ruang tunggu. Ia tak gugup—ia penuh perhitungan.

Tak lama, seorang wanita berwajah lembut dengan raut tangguh muncul dari balik pintu kaca. Senyum profesional terpasang di wajahnya.

“Ellen, ya? Saya Ayla.”

Suara itu lembut, tapi tak kehilangan ketegasan. Wanita inilah—yang mampu membuat wajah dingin Bayu mencair hanya dengan menatap potretnya.

Ellen berdiri, mengulurkan tangan dengan senyum sopan.

“Terima kasih sudah meluangkan waktu. Saya benar-benar kagum dengan kiprah Ibu dalam isu perlindungan perempuan.”

Tangannya hangat, dan anehnya, tulus.

Untuk sesaat, Ellen menatap wajah itu. Inilah dia. Wanita yang tak pernah benar-benar pergi dari hidup Bayu. Yang diam-diam hadir dalam jeda napas, dalam renung, dalam diam panjang suaminya.

Wanita yang membuat Ellen—istri sah di atas kertas—terasa seperti pemeran pengganti dalam drama yang tak pernah rampung.

Ada semburat emosi di balik senyum Ellen—campuran rasa ingin tahu, getir, dan luka yang sudah terlanjur mengakar. Ia pernah membayangkan momen ini berkali-kali, mempersiapkan kalimat dan sikap yang sempurna. Tapi saat akhirnya nyata terjadi, yang ia rasakan hanya satu hal:

Ayla memang pantas menjadi kenangan sebesar itu.

Bukan hanya karena wajahnya yang tenang, atau matanya yang bersih dari dendam—tapi karena aura itu. Kelembutan yang tak rapuh, keteguhan yang tak berisik.

Ellen menelan ludah. Mereka sama-sama cantik, mungkin. Tapi berbeda.

Dan kini ia sadar, inilah alasan Ayla menjadi dinding yang tak pernah bisa ia runtuhkan dalam hubungan pernikahannya.

Ayla menyilakan Ellen masuk ke ruangannya. Mereka duduk berhadapan. Di atas meja, segelas air putih disajikan.

"Apa yang bisa saya bantu?"

Ellen membuka map, menjelaskan seolah-olah ini adalah pertemuan profesional sungguhan. “Kami ingin seminar ini menyasar kalangan muda dan profesional. Saya pribadi berpikir pengalaman Ibu akan sangat inspiratif.”

Ayla tersenyum. “Saya memang sering diundang, tapi tentu saya akan pertimbangkan jadwal.”

Setelah beberapa kalimat basa-basi, Ellen mencondongkan tubuh sedikit. Suaranya menurun satu oktaf—hangat di permukaan, tapi tajam seperti silet tipis yang nyaris tak terasa saat melukai.

"Ngomong-ngomong... saya dengar Ibu pernah dekat dengan suami saya—Abimanyu Shailendra."

Sejenak, mata Ayla kehilangan fokus. Senyumnya mengendur, bukan karena takut, tapi karena ingatan lama yang mendadak terbit seperti kabut pagi.

Akhirnya ia tahu siapa wanita di hadapannya ini.

Istri dari pria yang namanya masih tersimpan rapi dalam laci hati yang enggan ia buka. Bukan karena belum move on, tapi karena tak semua luka perlu diobati. Beberapa cukup dikenang, lalu ditinggalkan dengan hormat.

Seketika, atmosfer berubah. Tapi Ayla memilih tetap duduk tegak, menahan gemuruh yang nyaris tak kentara dari balik dada.

Ellen melanjutkan dengan nada ringan, seolah berbagi cerita di meja arisan.

“Tenang saja. Saya bukan tipe wanita pencemburu. Lagipula... saya percaya semua orang punya masa lalu. Yang menarik justru, bagaimana masa lalu itu bisa tetap menghantui... bahkan saat seseorang sedang tidur di ranjang yang berbeda.”

Ayla tetap tenang, hanya menegakkan bahu. “Kami sudah lama tidak berhubungan. Dan itu sebelum dia menikah, kalau maksud Ibu—”

Ellen terkekeh kecil, getir namun terkendali. “Tentu. Saya tidak menuduh siapa pun. Justru saya ingin mengucapkan terima kasih. Kalau bukan karena ‘kenangan lama’ itu, saya tak akan belajar menjadi lebih kuat... dan lebih sabar menghadapi lelaki yang... terlalu banyak menyimpan bayangan masa lalu di kepalanya.”

Ia pura-pura membenahi syalnya. Dan di sana—dengan dramatisasi yang terukur—nampak bekas kemerahan yang mencolok di kulit lehernya. Ungu. Dalam. Penuh pesan.

Mata Ayla sempat melirik ke sana. Sekilas. Lalu cepat-cepat berpaling.

Ellen menarik napas panjang, lalu menatap Ayla sambil mengangkat bahu seolah tak peduli.

“Oh, maaf. Bekasnya terlalu jelas, ya? Bayu memang... tak tahu cara menahan diri. Kadang saya pikir dia lebih liar daripada yang saya bayangkan. Tapi yang paling menarik adalah... ia bisa begitu menggebu di ranjang, tapi tetap menyimpan nama seseorang yang bahkan dibenci ayahnya.”

Ia tersenyum tipis. Dingin.

“Bayu itu aneh. Bisa melupakan segalanya saat bersama saya. Tapi tetap mengingat wanita dengan... latar belakang yang bahkan tidak sanggup ditebus dengan pendidikan setinggi apa pun. Ayah mertuaku bilang, jika Bayu nekat menikahi wanita itu, dia akan dibuang dari silsilah keluarga. Terlalu murah, katanya. Keluarga yang menjual anak perempuan. Adik perempuan yang tega merebut suami kakaknya sendiri. Sebuah keluarga tanpa moral.”

Ellen mendekat sedikit, suaranya mengecil tapi tajam. “Tapi saya yakin Bu Ayla bukan berasal dari keluarga seperti itu, bukan? Anda tampak... lebih bermartabat.”

Ayla menegakkan tubuh. Senyumnya kembali muncul, tenang, tapi kali ini berlapis baja.

“Tentu. Aku bukan wanita seperti itu. Aku tidak perlu memamerkan leher memar atau menyebut-nyebut ranjang untuk membuktikan harga diriku. Aku hidup sendiri, bukan karena tidak laku, tapi karena aku tahu kapan harus berhenti jadi bayangan dalam hidup orang lain.”

Ia melanjutkan, suaranya halus tapi menusuk, “Dan kalaupun ada seorang pria—yang sudah menikah—masih belum bisa melupakan aku setelah dua dekade... mungkin masalahnya bukan ada padaku. Mungkin... ada pada istri yang tak cukup kuat untuk menghapus bayanganku.”

Ellen membeku sesaat.

Ayla berdiri. Senyumnya tak berubah. “Jadi daripada menyalahkan masa lalu, lebih baik rawat yang kau miliki sekarang. Jangan sampai dia terus keluar rumah, mencari ‘mantan yang tak terlupakan’. Mungkin... ranjangnya hangat, tapi hatinya tetap dingin.”

Ayla menatap Ellen satu kali terakhir. “Terima kasih untuk undangannya. Kalau saya tak datang, anggap saja saya tidak ingin munafik bicara soal perempuan yang saling melindungi... di hadapan perempuan yang menyerang dari balik senyum.”

Ellen bangkit berdiri, tersenyum paksa. Tapi sebelum pergi, ia membalikkan tubuh, menatap tajam.

“Aku pastikan, Laras... apa yang menjadi milikku tak akan pernah jatuh ke tangan siapa pun. Apalagi ke tangan wanita yang hanya hidup dari kenangan.”

Lalu ia pergi, membiarkan pintu ruang itu menutup perlahan... menyisakan keheningan yang menggigit.

Sunyi merambat cepat, seperti udara dingin yang masuk dari celah kecil di jendela.

Ayla—atau Laras, seperti yang disebut Ellen barusan—masih berdiri di tempatnya. Tak bergerak. Matanya menatap ke arah pintu, tapi pikirannya entah ke mana.

Beberapa detik berlalu sebelum ia menghela napas pelan, nyaris tak terdengar.

Kemudian senyum samar terbit di sudut bibirnya. Bukan senyum getir. Tapi lebih pada... senyum seseorang yang akhirnya melihat wujud nyata dari luka lama yang selama ini hanya berupa bayang-bayang dalam ingatan.

Ia melangkah pelan menuju jendela. Tirai ia geser sedikit, menatap ke luar.

Mobil hitam itu masih terparkir. Di dalamnya, bayangan supir wanita terlihat samar. Ayla mengenal postur itu—terlalu anggun untuk sekadar supir. Terlalu diam untuk hanya penonton.

Tangannya meraba jemarinya—di sana masih ada cincin sederhana, hadiah dari masa lalu yang tak pernah jauh darinya.

Ia tersenyum sekali lagi, kali ini lebih tenang. “Aku tidak hidup dari kenangan, Ellen. Aku hanya tidak melupakan apa yang seharusnya diingat.”

Kemudian ia melangkah kembali ke mejanya, mengambil dokumen seminar yang tadi disodorkan Ellen. Ia tidak merobeknya. Tidak juga membuangnya.

Ia hanya meletakkannya di laci. Lalu menutup laci itu pelan.

Seolah menyimpan kembali satu bab lama—bukan untuk dilupakan, tapi untuk disimpan sebagai senjata.

Di luar gedung, Leo—kembali menjadi ‘Lia’—membuka pintu mobil untuknya.

“Bagaimana?” tanyanya pelan.

Ellen tak langsung menjawab. Matanya menatap tajam ke lantai dua LPA. Sudut bibirnya melengkung, tapi bukan senyum. Lebih mirip niat jahat yang belum jadi.

"Apa perlu aku rusak wajahnya," ucapnya lirih, "agar Bayu tak lagi punya alasan untuk mengingatnya?"

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
Siti Jumiati
mungkin ini memang strategi Bayu untuk menangkap Ellen,karena beberapa hari ellen ketakutan tidak keluar dari sarangnya.
kalau ellen sudah keluar dari sarangnya setelah itu ditangkap hidup2.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
siapa informan Ellen? dia selalu dapat info keberadaan ayla dengan akurat
mbok Darmi
kenapa justru ellen yg gercep menemukan ayla, apaketja bodyguard dan suruhan mu bayu ngga bisa diandalkan apa nunggu ayla celaka
abimasta
bayu bergerak cepatlah tangkap si ellen
syisya
untung gercep bayu
Dek Sri
lanjut
^ã^😉
syukurlah Ayla selamat .. si Ellen bener2 kejam JD seorang wanita
naifa Al Adlin
akhirnya ketauan ada obat keras di dlm plastik obat ny ayla,,, dan untung nya lom di minum. temukan ellen bayu dia penjahat nya
mbok Darmi
Alhamdulillah feeling bayu tajam banget sehingga ayla terhindar dari petaka, gasken selidiki tuntut RS tersebut yg apoteker berani bermain kotor jgn kasih ampun ellen cari sampai ketemu bikin mati perlahan dan menyakitkan sehingga dia pengen segera dibunuh
Siti Jumiati
Alhamdulillah 🤲 syukurlah Bayu curiga dengan petugas apoteker, ada yang GK beres dengan obat yang dibawa pulang,dan ternyata ada racun dikantong obatnya Ayla.

semoga pelakunya cepat ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara,biar dia jera,karena gk sadar2 tetep aja berbuat kejahatan.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
untunglah insting bayu bagus
abimasta
syukurlah bayu cepat menyadarinya
axm
udah saat nya ayl dan bayu bahagia thor,dah puluhan tahun menderita tinggal bahagianya nya aja moga anaknya kembar
abimasta
masih ada aja sekutunya ellen
Siti Jumiati
semoga sebelum diminum diteliti terlebih dahulu.

q gemes banget deh sama Ellen kenapa masih gk sadar2.

lanjut kak sehat dan sukses selalu 🤲
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga ayla, bayu, bayi mereka juga Syailendra selamat. bahagia till the end..
Dek Sri
semoga Ayla dan bayinya selamat
mbok Darmi
semoga bayu waspada dan tidak memperbolehkan ayla meminum segala jenis obat atau vitamin sebelum ditunjukkan ke dokter kandungan terpercaya, ingat bayu musuh dalam selimut mu ellen tdk akan pernah berhenti sebelum ayla mati
Ratu
g usah nyamain ama cerita sebelah yg pasti akan kena pisau y si pembuat onar lalu ayla msk RS , basithor , udah kebanyakan drama sampai puluhan thn, mboklgs kena ellen sendiri , gusah pake lama , udahhgemeess soal y org licik ngalahin yg jenius
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Aku tetap tulis ceritanya sesuai kerangka awal, Kak. 🤗
total 1 replies
Siti Jumiati
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!