Mr. Mafia Is Mine

.

.

.

.

.

"Kau dan aku lebih seperti seorang suami-istri Dera," gumam Hiro dengan santainya. "Bagaimana jika aku menikahimu, agar itu lebih terlihat nyata?" tanya Hiro mampu melumpuhkan seluruh saraf yang ada di tubuh Dera.

Tubuh gadis itu membeku, derit tempat tidur menyapa gendang telinga Dera. Derap langkah kaki mampu membuat bulu kuduk Dera berdiri begitu saja, hanya untuk meneguk salivanya saja gadis itu tak mampu. Hingga belitan di perut datar dan dagu lancip yang bertengger indah di bahu Dera memberikan rasa yang tidak mampu digambarkan.

"Kau mau, menjadi istriku?" tanya Hiro lagi seakan memastikan jawaban yang akan Dera berikan.

Detak jantung yang berirama acak, tubuh kekar yang menempel di punggung gadis berambut sebahu itu terasa membakar. Pikiran Dera kacau ia tak mengerti dan tak paham apa yang ingin lelaki itu katakan. Meski jawaban sudah sangat jelas bukan? Lelaki mafia itu melamarnya dengan cara yang tak ada kata romantis sama sekali.

"De!" panggil Hiro dengan nada memberat sekali lagi.

"A——aku," gadis itu tergagap. "Tuan, aku tidak tahu apa maksudmu," lanjutnya dengan nada ragu.

Hiro membuang napas kasar melalui mulut, benarkah gadis ini tak tahu apa yang dia maksud? Atau berpura-pura bodoh dengan apa yang ia katakan. Sudah sangat jelas apa yang sedang diutarakan namun, abu-abu di mata gadis ini. Hiro melepaskan dekapannya, membalikkan tubuh Dera ke arahnya. Gadis itu tak berani mengangkat wajahnya, menatap wajah tampan itu.

"Tatap aku!" Hiro kembali bersuara mengapit dagu Dera menaikannya dengan perlahan. Hingga manik mata coklat hangat milik Dera terbentur dengan manik mata coklat tajam nan dingin.

"T—uan!"

Gadis itu mencicit pelan, debaran tak dapat dihindari. Manik mata coklat dingin itu terasa mampu melumpuhkan seluruh saraf Dera, pantas saja Hiro menjadi seorang bos besar mafia. Hanya tatapannya saja mampu menyalurkan rasa dingin dengan intimidasi yang besar pada lawan bicara. Membuat Dera tak mampu menghindarinya.

"Aku mencintaimu. Tidaklah kau tahu akan hal itu? Atau kau berpura-pura bodoh," ujar Hiro menatap intens manik mata Dera yang terlihat gelisah.

Tidak. Itu tidak benar! Hiro Yamato tidak akan pernah mencintainya. Jangankan cinta, untuk kata suka saja Dera tak akan pernah percaya. Meskipun sikap yang ditunjukkan oleh Hiro padanya berbeda pada yang lainnya. Gadis ini menganggap Hiro hanya menjaganya dan ingin bersama dengan peliharaannya. Ia tak pernah sedikitpun bahkan setitik debu pun Dera tak pernah berpikir jika Hiro melihat ya sebagai seorang wanita. Melainkan binatang peliharaan yang lucu. Mungkin!

Dera memejamkan matanya, mencoba menenangkan debaran yang tak karuan. Sebelum kelopak matanya kembali menampakkan dirinya. "Aku tidak tahu apakah perasaan Tuan padaku adalah hal yang nyata atau tidak. Karena aku merasa ini terlalu cepat," ucap Dera menatap tepat ke netra coklat dingin milik Hiro.

Hiro melepaskan apitan tangannya pada dagu Dera, tangan Hiro menyentuh lembut pipi kanan Dera. Gadis itu menahan tubuh Hiro agar tak terlalu menempel padanya. Sebelah tangannya lagi menyentuh pergelangan tangan Hiro.

DEG! DEG! DEG!

Jantung yang berdebar keras menggoda gendang telinga gadis itu untuk menyelam sebuah rasa. Tatapan mata coklat itu menghangat menatap wajah sawo matang Dera. Debaran keras yang tak seirama dengan debaran jantung gadis Indonesia itu.Beberapa kali mata Dera berkedip pelan. Waktu terasa berhenti bergulir membawa semerbak rasa yang tak bisa diterjemahkan kata-kata.

"Tidak masalah. Kau tahu rasaku padamu. Mulai saat ini kau milikiku, bukan sebagai peliharaan De! Tapi sebagai seorang gadis pujaanku. Mungkin kedepannya kau akan dalam bahaya. Yang aku mau adalah kau percaya padaku. Aku akan melindungimu dan memberikan kebahagiaan untukmu. Tolong berikan hatimu untukku."Hiro dengan Ibu jari mengusap perlahan pipi chubby gadis itu.

Sial! Dera Sandya merasakan perasaan aneh yang menjalar pada dadanya. Ini adalah kali pertama seorang pria yang mengatakan tentang rasa padanya. Menjanjikan kebahagiaan baginya, bukan permintaan menjadi sebagai seorang kekasih namun sebuah lamaran yang tak romantis. Bahkan lelaki sadis ini meminta hatinya. Ah! Benarkah itu? Tidak ada yang bisa menampik ada rasa bahagia di hati Dera.

"Tuan!" seru Dera pelan.

Gadis itupun menengadah menatap wajah tampan sang mafia. Untuk pertama kalinya Dera dapat melihat senyum tulus dan kebahagiaan membingkai wajah tampan Hiro. Garis senyum ikut terlihat di wajah Dera. Keduanya tersenyum dengan manik saling bertatapan.

...***...

"Apakah Bos mengatakan hal yang membahagiakan padamu?" tanya Clara penasaran.

Dera diam. Ia tak mengiyakan ataupun membantah. Dera hanya menatap Clara dengan pandangan tak terbaca. Ia tahu jika wanita di depan nya ini sudah sangat lama bersama Hiro.

"Tuan mengatakan ingin menjadi aku sebagai istri," akhirnya Dera menjawab dengan jujur.

Manik mata Clara melebar, tak percaya! Sungguh. Setahu Clara, bosnya itu tak pernah terlihat sebuah rasa dan hubungan yang lebih pada seorang perempuan. Dan ini adalah pertama kalinya Clara mendengar jika bosnya menginginkan seorang gadis menjadi seorang istri. Meski Clara tahu jika Hiro memperlakukan Dera dengan cara yang berbeda. Hanya saja wanita cantik ini tak berpikir sampai ke sana. Melihat dari fisik Dera gadis ini bukanlah gadis yang cocok dengan Hiro. Tidak ada yang menarik dari gadis ini. Jika dibandingkan dengan para gadis yang mendekati Hiro. Dera adalah yang paling terburuk. Wajah yang tak cantik dan tak ada kesan seksi. Bahkan otaknya tak bisa disandingkan dengan gadis-gadis yang terpelajar. Fisiknya yang lemah bahkan gadis ini tak bisa mendengar suara yang menggelegar.

Mulut Clara terbuka lalu tertutup kembali. Wanita berdarah Cina ini merasa ragu untuk bertanya.

"Kau pasti tidak percaya, bukan?" tanya Dera yang mengerti kemana laju pertanyaan yang akan Clara lemparkan.

Clara dengan anggukan pelan, dan berkata, "Iya, aku tak percaya."

Dera terkekeh pelan. Ia pun tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Bagaimana pun, Dera tahu ia tak bisa bersama Hiro. Di hati Dera pun ada nama yang terukir indah. Nama yang sudah lama berada di sana sebelum Hiro memasuki kehidupannya ke otoriternya. Dokter Bian, lelaki yang ia idam-idamkan menjadi suaminya. Lelaki itu begitu lembut dan mudah senyum. Tangan Bian memang penuh dengan noda darah. Namun bukan untuk membunuh. Lelaki itu bertugas untuk menyelamatkan. Tidak seperti Hiro yang berlumuran darah untuk mencabut nyawa orang-orang. Membayangkannya saja Dera merasa merinding.

Bian mampu menawarkan kehidupan yang bahagia tanpa kematian dan ketakutan. Sedangkan Hiro menawarkan kegelapan dalam kehidupannya. Dera takut pada kehidupan yang gelap. Sungguh! Keinginan Dera sangat lah sederhana. Bukan kekayaan yang berlimpah namun kebahagiaan yang berlimpah. Uang tanpa bahagia tidak ada gunanya. Uang bisa membeli kesenangan sementara. Namun, kebahagiaan akan menawarkan seluruhnya.

"Aku," ujar Dera pelan. "Aku tidak bisa bersama dengan Tuan Yamato. Aku hanya berada di sisinya hanya menjadi mainannya. Setalah dia bosan dia akan melepaskanku. Awalnya aku berpikir seperti itu. Namun, tak menyangka jika Tuan memiliki hati padaku. Aku tidak bisa menerimanya. Selain aku tahu dia tak bisa bersamaku. Aku pun tidak mencintainya," lanjut Dera menatap kosong udara.

Clara mengangguk paham, Clara tahu siapa yang di cintai oleh gadis satu ini. "Kau ingin bebas dari, Tuan?" tanya Clara lembut sontak saja membuat Dera langsung beralih menatap wajah cantik Clara.

"Ya. Apa kau tahu caranya?"

"Aku tahu. Hanya saja ada resiko besar," jawab Clara sedikit ragu.

"Apa itu. Tolong katakan, setidaknya aku harus berusaha. Sebelum perasaan Tuan terlalu dalam padaku," ujar Dera penuh semangat.

Clara menutup ke dua kelopak matanya. Sebelum membukanya dengan perlahan. "Kita bisa menghubungi Mirabel. Dia adalah gadis yang akan menikah dengan Tuan. Karena dia adalah anak dari seorang mafia asal Nagayo," ujar Clara pelan.