Zavier Gottardo begitu terkejut saat menghadiri pernikahan sepupunya. Bagaimana tidak, jika ternyata mempelai wanita yang dia lihat, adalah kekasihnya yang dia pacari selama 6 tahun.
Zavier yang sakit hati memutuskan meninggalkan acara, dan dirinya justru pergi ke klub malam dan mabuk-mabukan hingga mengalami sebuah insiden.
5 tahun berlalu, tanpa sengaja Zavier bertemu dengan Kakak perempuan mantan kekasihnya yang dia klaim bahwa dialah awal yang membuat hubungan dengan sang kekasih runyam. Hingga Zavier memutuskan untuk membalaskan dendamnya pada wanita yang bernama Cyara Lavenia, dengan cara yang tidak terduga yaitu justru dengan menikahi wanita itu.
Hingga suatu hari, apa yang disembunyikan wanita itu terungkap membuat Zavier tidak menyesali keputusannya.
Kebenaran apa yang terungkap?
Apa yang membuat Zavier tidak menyesali keputusannya?
Simak yuk ceritanya di Love Revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1PM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Aku ingin pulang, cepat turunkan aku disini!" Kata Cyara begitu dia tahu Vier mengajak ke rumahnya.
Vier tidak peduli, dia terus saja melajukan mobilnya tanpa mau mendengar apa yang Cyara katakan. Bahkan Vier semakin mempercepat laju kendaraannya.
Tak lama mobil Vier berhenti di sebuah rumah yang tentunya lebih besar dari rumah yang Cyara tinggali.
"Apa yang harus aku lakukan?" Ucap Cyara dalam hati. "Apapun yang terjadi, aku harus segera lari dan pergi secepatnya dari sini!" Tambah Cyara lagi, dan memikirkan cara bagaimana dia harus melarikan diri.
"Cepat turun!" Perintah Vier begitu mereka sudah sampai.
Cyara pun menghela nafasnya dan membuka pintu mobil dan turun.
"Apa ini rumah pria sombong ini?" Cyara menatap rumah yang ada di depannya.
Cyara melangkah perlahan, bersiap-siap untuk segera berlari. Tapi sayangnya Vier segera tahu gelagat Cyara, dan dengan segera pria itu menangkapnya.
"Lepas Tuan! Tolong lepaskan saya! Saya mohon!" Mohon Cyara yang terus saja meronta, berharap Vier melepaskannya.
Vier yang tidak ingin menghabiskan waktunya, dengan cepat diangkatnya tubuh Cyara seperti karung beras dan membawanya masuk ke rumahnya, lebih tepatnya ke kamar dan menguncinya.
Vier lalu menurunkan Cyara. Cyara berusaha untuk tidak terlihat takut di hadapan Vier.
Memberanikan diri Cyara menatap Vier dan melipat tangannya di depan dadanya.
"Sudahlah Tuan Vier, saya tidak ingin berbasa-basi dan bermain-main lagi, saya sudah menuruti permintaan Anda untuk datang bersama Anda menemui keluarga Anda, jadi sekarang saya mau pulang!"
Vier menautkan kedua alisnya dan entah kenapa dia tidak suka dengan perkataan Cyara.
"Apa maksudmu bermain-main?" Tanya Vier.
Apa dengan membawaku kemari, ini namanya bukan bermain-main, dan lihatlah dia juga mengunciku di kamarnya, yang benar saja, dan tadi apa yang dia katakan, apa maksudku? Apa pria ini pura-pura b*d*h saat ini?" Batin Cyara berbicara.
"Sudahlah Tuan Vier, aku mau pulang sekarang! Aku sudah lelah, sudahi permainan Anda ini, daripada meladeni Anda, lebih baik saya gunakan waktuku buat beristirahat." kata Cyara tegas menatap Vier dengan ekspresi seriusnya.
"Kamu mau istirahat bukan? Baiklah!" Dengan seringaiannya, Vier mendekat ke arah Cyara dan diangkatnya tubuh Cyara ala bridal style.
Cyara yang terkejut dengan tindakan Vier tiba-tiba, refleks mengalungkan kedua tangannya di leher Vier.
"Apa yang kau lakukan Zavier Gottardo?" Teriak Cyara dengan mata melotot.
"Bukannya tadi kau bilang ingin istirahat, aku akan membawamu beristirahat," jawab Vier dengan santainya berbeda dengan Cyara yang justru semakin ketakutan.
Vier melempar tubuh Cyara hingga mendarat mulus di ranjang king size miliknya. Dada Cyara narik turun, dia menatap sekeliling, benar dugaannya jika ini pasti kamar pria itu, dan ketika tersadar, Cyara sampai susah payah menelan ludahnya susah payah.
Mata Cyara semakin melotot saat Vier melepas ikat pinggang dan satu persatu kancing kemeja yang dikenakannya.
"Vier kau mau apa?" Tanya Cyara dengan suara tertahan.
Vier tidak menjawab pertanyaan Cyara, semua kancing kemejanya sudah terlepas hingga membuat kemejanya terbuka tapi kemeja itu masih menempel di badannya, memamerkan tubuh Vier yang indah, dada yang begitu bidang dan perut yang…, Cyara dengan cepat menggelengkan kepalanya, menghempaskan pikiran kotor yang tiba-tiba saja terlintas di benaknya. Nafas Cyara bahkan sudah naik turun dengan wajah yang bisa Cyara pastikan sudah memerah.
Vier mendekat ke arah Cyara, dan dengan segera Cyara berusaha bangkit, dia harus segera kabur, sepertinya bosnya itu sudah kehilangan akal sehatnya sekarang.
Tapi setelah berhasil bangun, Vier justru menahan Cyara dan mendorongnya hingga kembali berbaring di atas ranjang, membuat Cyara begitu terkejut dengan aksinya yang begitu cepat, hingga Cyara tidak bisa menghindar.
"Vier apa yang kau lakukan? Cyara kembali berteriak bahkan sepertinya Cyara sudah terbiasa memanggil Vier tanpa embel-embel Tuan lagi.
Dan dengan cepat Vier mengurung tubuh Cyara dan menindihnya.
"Vier kau mau apa?" Tangan Cyara menahan dada polos Vier.
"Jika seperti tadi kau bilang aku bermain-main, bagaimana jika yang seperti ini," ucap Vier membelai wajah Cyara hingga wanita itu refleks memejamkan matanya.
"Kau…" sebelum Cyara menyelesaikan ucapannya, Vier justru sudah lebih dulu membungkam bibir Cyara dengan bibirnya. Bibir yang sedari tadi begitu menggoda Vier.
Cyara berusaha mendorong tubuh Vier yang menciumnya begitu brutal, tapi Vier justru mengunci tangan Cyara di atas kepala wanita itu.
Nafas Cyara terengah-engah begitu Vier melepas ciuman mereka. Cyara kini menatap Vier tajam.
Tapi bukannya takut dengan tatapan Cyara, Vier justru tersenyum, "Kau tahu Cyara, bibirmu sangat manis," katanya kemudian.
Cyara begitu marah melihat ekspresi Vier saat ini yang bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun.
Dengan sekuat tenaga, Cyara mendorong tubuh Vier hingga terjatuh di sampingnya.
"Kau pikir aku wanita mura*han? Aku tidak tahu, kenapa kau memperlakukan aku seperti ini? Tapi yang perlu kau tahu, aku masih punya harga diri," teriak Cyara yang sudah meneteskan air matanya, dirinya begitu marah, mungkin sangat marah, tapi hanya menangis yang bisa Cyara lakukan saat ini.
Vier marah mendengar perkataan Cyara. "Mura*han? Jadi dia pikir aku melakukan ini karena menganggapnya wanita mura*han?"
"Jadi itu yang kau pikirkan? Baiklah akan aku jadikan kamu benar-benar wanita mura*han yang seperti kau pikirkan!"
"Vier kau..Hmmmpp
Vier kembali membungkam bibir Cyara. Cyara terus meronta tapi Vier justru kembali menahan kedua tangan Cyara di atas kepala wanita itu.
Ciuman Vier turun di leher Cyara, menghisap kuat hingga meninggalkan bekas kemerahan. Vier semakin menggila tidak peduli dengan Cyara yang terus memberi perlawanan.
Vier sedikit mengangkat tubuh Cyara dan menarik resleting gaun yang Cyara kenakan, hingga terbukalah bagian tubuh atas Cyara yang begitu mulus.
Lidah Vier menyapu leher Cyara hingga nyaris saja Cyara mengeluarkan suara jika dia tidak menggigit bibirnya.
Ciuman Vier terus turun, Cyara masih mempertahankan dirinya, tapi dia tidak tahu sampai kapan bisa bertahan, jika Vier terus saja melakukan sesuatu yang memabukkan seperti itu.
Saat Vier melakukan semakin jauh, barulah terdengar suara isak tangis Cyara.
"Terus saja kau lakukan seperti itu, sepuasmu! Dan ingat, setelah ini, aku akan sangat-sangat membencimu!" ucap Cyara menekan setiap katanya menatap Vier dengan sorot penuh kebencian.
Melihat air mata Cyara yang sudah membanjiri hampir seluruh wajah wanita itu dan kata-kata benci dari Cyara, membuat Vier segera menghentikan apa yang tadi dilakukannya.
Vier menghapus air mata Cyara, mencium kening, kedua mata Cyara, kemudian beralih ke bibirnya, ciuman dengan penuh kelembutan, membuat Cyara sampai mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Lebih baik kamu tidur disini! Aku akan tidur di kamar lain," kata Vier bangkit dan berjalan pergi meninggalkan Cyara.