NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Si Mujur / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah / Cinta Murni
Popularitas:110
Nilai: 5
Nama Author: Dagelan

Kayyisa nggak pernah mimpi jadi Cinderella.
Dia cuma siswi biasa yang kerja sambilan, berjuang buat bayar SPP, dan hidup di sekolah penuh anak sultan.

Sampai Cakra Adinata Putra — pangeran sekolah paling populer — tiba-tiba datang dengan tawaran absurd:
“Jadi pacar pura-pura gue. Sebulan aja. Gue bayar.”

Awalnya cuma kesepakatan sinting. Tapi makin lama, batas antara pura-pura dan perasaan nyata mulai kabur.

Dan di balik senyum sempurna Darel, Reva pelan-pelan menemukan luka yang bahkan cinta pun sulit menyembuhkan.
Karena ini bukan dongeng tentang sepatu kaca.

Ini kisah tentang dua dunia yang bertabrakan… dan satu hati yang diam-diam jatuh di tempat yang salah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dagelan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Hari Pertama Kontrak Sinting Itu Jalan.

Aku selalu mikir hari paling menyebalkan itu hari Senin.

Ternyata, aku salah.

Hari paling menyebalkan adalah hari setelah lo tanda tangan kontrak pacaran pura-pura sama pangeran sekolah, dan harus berpura-pura… normal.

Atau mencoba.

Aku menghela napas panjang di depan loker, sambil ngeliatin sepatu sekolahku yang udah sedikit kusam. Aku nggak siap mental. Nggak siap jadi pusat perhatian. Nggak siap ngeliat wajah malas-misterius itu lagi.

Dan tentu saja—seolah hidup suka nge-prank—suara itu muncul.

“Pindah tas lo, gue bantuin.”

Aku spontan merapat ke loker kayak maling ketahuan. “HAH?”

Cakra berdiri di sebelahku, tinggi menjulang, mukanya datar kayak biasanya. Dia ngambil buku dari tanganku kayak itu hal paling wajar sedunia.

“Gue bilang mulai hari ini jangan kabur.”

“Ini bukan kabur, ini refleks bertahan hidup,” dengusku.

Cakra cuma nyungging senyum kecil—yang, sumpah, harusnya ilegal. “Nggak apa-apa. Lo bakal kebiasaan.”

Belum sempet aku protes, dua anak kelas sebelah lewat sambil bisik-bisik.

“Eh itu… Kayyisa, kan?”

“Iya. Kok deket banget sama Cakra?”

“Masa sih…?”

“Gila, cewek itu hoki banget.”

Hoki apanya?! Ini hukuman!

Aku buru-buru narik bukuku dari tangan Cakra. “Udah! Gue bisa sendiri.”

“Gue tahu,” jawabnya santai. “Tapi orang lain harus lihat usaha gue.”

Oh my God. Merinding bukan karena romantis, tapi karena absurd.

Kami jalan ke kelas bareng—atau lebih tepatnya, aku jalan setengah kabur dan dia santai kayak lagi shooting MV.

Begitu masuk kelas, suasana langsung… berubah.

Anak-anak yang tadinya heboh langsung pelan. Ada yang melirik. Ada yang mengangkat alis. Ada yang pura-pura sibuk tapi jelas nguping.

Sialan. Ini baru awal dan aku udah pengen pulang.

“Bangku belakang,” bisik Cakra.

“Gue dengar,” balasku ketus. “Nggak usah bisik-bisik kayak agen rahasia.”

Tapi jantungku tetap deg-degan pas duduk di sebelahnya.

Bangku belakang. Sebelah Cakra. Selama satu semester?

Sial.

Sinting.

Kontrak tersial yang pernah kutandatangani.

Cakra duduk santai sambil buka buku pelajaran. “Relax. Lo kaku banget. Orang bakal tau ini pura-pura kalau gini.”

“Lo pikir gampang apa duduk di sebelah lo? Semua mata kayak laser,” gumamku sambil nutup muka pakai buku.

Cakra menahan tawa kecil. Aku dengar itu.

Aku benci karena itu lucu.

“Kalau lo nutup muka gitu justru makin mencurigakan,” katanya. “Gue bilang apa kemarin?”

Aku mendesis lemah. “Jangan kabur.”

“Good.”

Aku pengen lempar penggaris ke dia.

Tapi lalu, sesuatu terjadi.

Seorang anak cowok dari kelas sebelah lewat pintu, nengok sebentar, terus senyum ke aku. Senyum yang agak… ganggu. Tipe senyum “eh gue suka liat lo dari kejauhan” gitu.

Aku refleks merenggut.

Cakra?

Dia ngeh.

Tentu aja dia ngeh.

Cowok itu belum sempat jalan jauh ketika Cakra nyenggol mejaku pelan dengan sikunya. Bukan keras—cuma cukup bikin aku nengok.

“Mulai sekarang,” katanya pelan, nada datar tapi… serius, “…jangan senyum balik ke cowok lain.”

AKU KOCAK.

Napasku langsung nyangkut di kerongkongan.

“HAH?! Gue bahkan nggak senyum!” bisikku panik.

“Tadi lo keliatan kayak mau,” jawabnya santai.

“NGGAK.”

“Bagus.”

Aku pengen banting meja.

Tapi gimana coba aku mau marah kalau ekspresinya tenang banget, seakan-akan dia cuma ngasih tahu jadwal istirahat?

Aku berbalik, pura-pura fokus ke papan tulis. Padahal tulisannya masih kosong.

Beberapa menit kemudian, kelas mulai rame lagi. Guru belum datang. Anak-anak ngobrol. Suasana kembali normal—hampir.

Cuma jantungku yang nggak normal.

Tiba-tiba, Cakra nyender sedikit mendekat. “Satu hal lagi.”

“Apa lagi?” gumamku putus asa.

“Kalau ada yang nanya… kita mulai dekat sejak festival sekolah.”

“Hah? Kenapa?”

“Karena itu alasan paling nggak dramatis.”

Aku mendengus. “Lo udah mikirin skenario juga?”

“Harus dong.”

Aku menutup mata sejenak. “Lo serius banget soal ini.”

Cakra terdiam sebentar.

Lalu suaranya turun, lebih pelan. “Kalau mau berhasil, kita berdua harus komit.”

Ada nada… entah. Bukan datar. Bukan bercanda. Lebih kayak…

Sesuatu yang bikin dadaku nggak nyaman.

“Komit, ya?” gumamku pelan.

“Hmm.”

Diam.

Sunyi aneh.

Jarak terasa terlalu dekat.

Sampai akhirnya guru masuk, dan semuanya buyar.

Aku bisa bernapas lagi.

Tapi sepanjang jam pelajaran, aku cuma bisa mikir:

Kontrak ini ternyata lebih rumit dari yang kukira.

Dan Cakra… jauh lebih rumit dari yang aku bayangkan.

✨Bersambung...

1
Yohana
Gila seru abis!
∠?oq╄uetry┆
Gak sabar nih nunggu kelanjutannya, semangat thor!
Biasaaja_kata: Makasih banyak ya! 😍 Senang banget masih ada yang nungguin kelanjutannya. Lagi aku garap nih, semoga gak kalah seru dari sebelumnya 💪✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!