Jangan pikir cuma orang tua saja yang bisa menjual anak nya. Karena anak pun bisa melakukan hal yang sama.
"Akak cantil! Akak cantil! Mau ndak jadi Mommy kita! Daddy kita duda loh, cekalian dapat anak comel cepelti kami ini."
"Iya! Iya! Nanti daddy akan bayal utang na Mommy! gelatis catu dapat catu. Nikah cama duda dapat anak.. Hehehehe!"
Berharap bertemu jodoh pangeran kuda putih, Larasati Aqela justru bertemu dengan dua anak kembar lucu yang menawarkan Daddy mereka.
Larasati seorang mahasiwi semester akhir yang harus bekerja di sebuah restoran untuk mencukupi kebutuhan nya harus terjebak dengan anak kembar pengusaha paling kaya. Angkara Brawijaya, dia memiliki sikap dan sifat yang sangat aneh bagi Laras.
"20 juta sebulan! Jadi Ibu dari anak saya!"
" Hapaaa???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hachichan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPAD. Perasaan Aneh
🩵
🩵
🩵
"Tunggu?!"
Grep..
"Apa yang Om lakukan?" Tanya Angkara. hampir saja dia memukul seseorang yang dengan lancang nya memegang pergelangan tangan calon istrinya. Tapi saat dia melihat bahwa pelakunya adalah orang yang sangat dia kenal, pukulan itu menggantung di udara.
Iya, sudah sejak tadi Mario menahan diri untuk tidak berbuat onar di dalam acara saat masih berlangsung, meskipun hatinya begitu gelisah saat melihat wajah yang tampak sangat tidak asing baginya.
Saat perlahan semua tamu sudah pulang dan hanya tinggal keluarga Brawijaya, Mario memberanikan diri untuk mendekati Laras, dia menatap wajah itu dengan dalam. Hatinya bergetar.
"Maaf," Mario melepaskan genggaman tangan nya."Om cuma tidak menyangka saja kalo kamu akan menikah lagi. Apa kamu tidak berniat memperkenalkan calon istrimu kepada Om?"
"Dia Laras, Om. Calon istriku! Dan Laras, dia Om Mario, sahabat dari Daddy dan Mommy." Angkara memperkenalkan keduanya, meskipun dia merasa agak aneh, tatapan mata Mario kepada Laras membuatnya tidak nyaman.
Laras mengulurkan tangan untuk berjabat, dengan senang hati Mario menerimanya. Saat kedua tangan saling menyentuh, ada perasaan aneh di hati keduanya.
'Ada apa ini? Aneh, kenapa sentuhan tangan pria ini terasa sangat tidak asing'
'Nak, apakah itu kamu?'
"Ehem, ehem.." Deheman Angkara menyadarkan Laras, dengan cepat Laras menarik tangan nya hingga terlepas.
"Kalo begitu kami permisi dulu, Om. Laras juga harus istirahat." Tapi saat Angkara dan Laras ingin pergi, Mario kembali menghentikan keduanya.
"Tunggu! Apa kamu sibuk besok? Sudah lama kita sekeluarga tidak makan bersama." Mario ingin mencari alasan, dia masih sangat penasaran dengan sosok Laras yang dia yakini adalah anak kandung nya yang sudah lama menghilang.
"Tentu, Om. Besok Om bisa datang ke rumah. Kalo begitu, saya permisi." Malam ini keluarga Brawijaya akan menginap di hotel karena sudah terlalu malam dan besok mereka akan kembali.
"Apa Papa curiga kalo dia itu Kirana?" Tanya Rafael muncul dari belakang.
Mario menoleh, melihat Rafael."Kamu tau siapa gadis itu?"
"Aku sudah menyuruh orang mencari tahu identitas nya. Saat pertama kali aku melihat nya, aku seperti melihat Mama. Aku juga penasaran dengan nya, naluri ku mengatakan kalo wanita itu adalah adek ku, Kirana."
"Kita tidak bisa berasumsi sendiri sebelum ada bukti, tapi Papa juga nggak bisa berbohong kalo Papa juga merasakan hal yang sama. Papa akan bicara sama orang tua Angkara tentang masalah ini." Tanpa menunda lagi, Mario menghubungi Jiro, sahabat nya. Kebetulan mereka juga masih ada di hotel dan menginap.
Di sisi lain, Jiro dan Safitri yang baru saja membersihkan diri di salah satu kamar hotel menerima panggilan dari sahabat nya.
"Siapa, Dad?" Tanya Safitri yang duduk di meja rias
"Mario menelfon, Daddy menduga, pasti ini ada hubungan nya dengan Laras. Dia pasti curiga tentang asal usul nya."
"Angkat saja."
Jiro langsung mengangkat panggilan.
"Hallo bro?"
"Ck, sombong sekali kamu, sudah lama tidak memberi kabar, sekalinya memberi kabar justru kabar yang mengejutkan."
"Apa Risa tidak memberitahu? Dia mengetahui kabar pernikahan Angkara!"
Tentu saja Mario terkejut."Risa tau! Apa itu artinya dia sudah bertemu dengan Laras?"
Jiro menggeleng meskipun Mario tidak melihat nya, lalu dia menceritakan apa yang di ceritakan oleh istrinya, meskipun saat itu Jiro tidak ada di rumah. Mendengar hal itu tentu saja membuat Mario menjadi tidak enak hati, hanya karena anak angkat itu, Risa menjadi lupa diri.
"Aku benar - benar minta maaf! Aku tidak menyangka jika Risa bisa berkata seperti itu. Dia terlalu menyayangi Sheila sampai melupakan hubungan persahabatan kita. Dan soal perjodohan, justru aku bahagia karena Angkara menolak Sheila. Bukan apa, tapi perjanjian itu hanya berlaku antara anak kandung ku dan Angkara, bukan nya Angkara dan Sheila."
"Aku mengerti! Dan sejujurnya, aku memang kurang suka dengan anak angkat mu, maaf jika aku menyinggung mu."
Mario malah tersenyum."Tidak perlu meminta maaf, karena aku pun juga begitu, hanya saja aku tidak bisa melakukan apapun, kamu tau sendiri kalo Risa sangat menyayangi Sheila."
Hening!
"Oya, aku ingin bicara padamu tentang Laras, aku tau mungkin ini terdengar aneh. Tapi aku curiga jika Laras adalah anak ku."
"Temui aku di restoran XXX besok." Tanpa menunggu jawaban Mario, Jiro mematikan sambungan nya. Sementara di seberang sana, Mario mengerutkan kening nya saat mendapat respon seperti itu dari sahabat nya.
Safitri yang berada di samping nya menoleh."Daddy yakin ingin memberitahu tentang Laras?"
Jiro mengangguk."Bagaimanapun juga, Mario berhak tau siapa Laras, dan dia juga harus tau siapa Sheila."
"Apa Daddy menemukan sesuatu tentang Sheila?" Tanya Safitri beralih pindah duduk di sofa.
"Mommy tau kan, saat Kirana di culik dan menghilang. Kami semua berusaha menemukan nya tapi hasil nya gagal. Sampai kami saja sempat menyerah dan berpikir bahwa Kirana sudah meninggal. Seminggu yang lalu, saat Daddy ada pertemuan meeting dengan klien, Daddy tidak sengaja melihat Sheila di restoran yang sama bersama seorang wanita paruh bayah. Awal nya Daddy tidak peduli, tapi saat Daddy memperhatikan wajah wanita itu, Daddy ingat bahwa dia adalah mantan pembantu dari keluarga Admaja. Daddy sangat yakin karena pembantu itu sempat bekerja beberapa tahun sampai akhirnya mengundurkan diri. Bahkan pembantu itu juga yang menyarankan agar keluarga Admaja mengadopsi anak dari panti asuhan"Jelas Jiro.
"Apa yang Sheila lakukan bersama pembantu itu?" Safitri berpikir tapi hasil nya nihil, padahal setahunya, pembantu itu sudah mengundurkan diri saat Sheila berusia 4 tahun. Yang artinya pembantu itu dan Sheila tidak terlalu dekat.
"Daddy curiga karena itu Daddy meminta seseorang untuk menyelidiki nya, kita hanya perlu menunggu hasil nya." Safitri hanya menganggukkan kepalanya, dia berharap jika kebenaran tentang kejadian itu terungkap.
Di tempat lain, Laras baru saja selesai membersihkan diri, saat sedang mengeringkan rambut nya. Suara ketukan pintu terdengar, Laras bangkit dan membuka handle pintu.
Glek... Angkara menelan saliva dengan kasar, rambut Laras yang basah dengan pakaian tidur tipis memperlihatkan sesuatu yang menggoda. Angkara mengalihkan pandangan nya, meskipun yang di bawah sana mulai terasa sesak dan minta di bebaskan.
"Ngapain disini? Aku pikir kamu udah tidur?" Tanya Kirana heran.
"Belum, aku mau ajak kamu ke suatu tempat! Mau ikut nggak?"
"Kemana?"
"Nanti juga kamu tau, ayo!"
"Tunggu! Aku ganti baju dulu." Angkara mengangguk dan menunggu.
Setelah kurang dari 5 menit, Laras keluar dengan memakai baju setelan hoddie. Angkara merangkul pinggang Laras dan berjalan memasuki lift, tangan nya memencet sebuah tombol angka, lift langsung bergerak ke atas menuju lantai sesuai nomor yang di pencet.
Setelah pintu lift terbuka, suara musik DJ memekakan gendang telinga. Ternyata lantai itu adalah tempat BAR. Beberapa orang menari dan berjoget ria, ada juga yang duduk santai menikmati gelas minuman.
"Aku nggak tau kalo ada BAR di sini?" Bisik Laras tepat di telinga Angkara.
Angkara pun membalas bisikan Laras."Cuma buat happy - happy aja. Tapi jangan khawatir, tempat ini bebas narkoba karena semua yang datang pasti menjalani pemeriksaan dulu. Aku nggak mau ambil resiko yang buat rugi."Angkara menarik tangan Laras menuju sebuah ruangan.
Saat masuk, beberapa orang di dalam nya menatap Laras dengan pandangan yang Laras juga tidak tau.
"Wiihh, akhirnya temen kita lepas dari status dudanya euy.." Pria berpakaian santai, memegang gelas berisi anggur. Dia salah satu sahabat Angkara. Zenath.
"Halo Kakak ipar, perkenalkan nama saya Zenath, biasa di panggil Zen." Laras menerima uluran tangan nya.
Tiga orang lagi juga memperkenalkan diri mereka.
"Kakak ipar sangat cantik, pantas saja duda karatan itu tergila - gila sama Kakak ipar, perkenalkan nama saya Dito, kalo Kakak ipar butuh bantuan, Kakak ipar bisa menelfon saya."
"Ayo duduk Kakak ipar, nama saya Letto."
"Kalo saya yang paling bungsu di antara mereka semua, nama saya Aditya."Dengan senyum khas nya.
Satu lagi pria yang sudah Laras kenal ada di antara mereka." Halo Kakak ipar!!"Siapa lagi kalo bukan Angkasa.
"Mereka sahabat - sahabat aku! Katanya mereka juga mau kenal sama kamu, makanya mereka maksa buat di kenalkan." Angkara menuntun Laras untuk duduk di sebelah nya. Laras menjadi canggung, meskipun mereka berpakaian santai tapi bisa di tebak kalo mereka bukan dari kalangan biasa, apa lagi wajah - wajah mereka tidak kalah tampan dari Angkara.
Cek lek.....
"Sorry gue telat??!!!"
kopi & vote untuk mu