NovelToon NovelToon
Dari Dunia Lain Untuk Anda

Dari Dunia Lain Untuk Anda

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin
Popularitas:384
Nilai: 5
Nama Author: Eric Leonadus

Sepuluh mahasiswa mengalami kecelakaan dan terjebak di sebuah desa terpencil yang sangat menjunjung tinggi adat dan budaya. Dari sepuluh orang tersebut, empat diantaranya menghilang. Hanya satu orang saja yang ditemukan, namun, ia sudah lupa siapa dirinya. Ia berubah menjadi orang lain. Liar, gila dan aneh. Ternyata, dibalik keramah tambahan penduduk setempat, tersimpan sesuatu yang mengerikan dan tidak wajar.

Di tempat lain, Arimbi selalu mengenakan masker. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa masker selalu menutupi hidung dan mulutnya. Jika sampai masker itu dilepas maka, dunia akan mengalami perubahan besar, makhluk-makhluk atau sosok-sosok dari dunia lain akan menyeberang ke dunia manusia, untuk itulah Arimbi harus mencegah agar mereka tidak bisa menyeberang dan harus rela menerima apapun konsekuensinya.

Masker adalah salah satu dari sepuluh kisah mistis yang akan membawa Anda berpetualang melintasi lorong ruang dan waktu. Semoga para pembaca yang budiman terhibur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - MASKER - Arimbi ( POV )

‘HANYA DEMI KEUTUHAN KELUARGA KITA’

Kata – kata itu disebutkan berulang kali dalam surat wasiat yang diberikan wanita tua yang pernah merawatku semenjak masih bayi setelah 7 hari orang tua angkatku, Keluarga Van Giels, tewas dalam kecelakaan maut. Aku berontak, mengapa ibu menyebutkan itu jika pada kenyataannya harus kuterima sebuah kehancuran. AKU TIDAK MEMPERCAYAINYA. Tuhan tidak adil ! teriakku dalam hati sambil terus menerus meremas bantal di pelukanku, sementara, wajahku terbenam pada kedua ujungnya. Aku tak peduli bantal tersebut basah oleh cucuran airmataku. Aku terus menangis, berontak, menuntut bahkan mengutuk Tuhan.

Hanya sampai disinikah aku harus mengecap kebahagiaan bersama keluarga yang telah mengasuhku saat sejak aku berumur 7 tahun sampai kini. Kemana perginya Naomi, Alya, Erico dan orang – orang yang pernah dekat denganku, mengapa semuanya menjauhiku, apa kesalahanku. Dan aku merasa kesepian. Keluargaku hancur berantakan. Aku masih ingat ketika bermimpi tentang kecelakaan yang menimpa keluarga Van Giels, ‘kemanapun kita pergi, saya mohon tidak menyetir mobil sendiri setidaknya menyewa sopir’ paksaku. Ayah tersenyum dan menyetujuinya. Tapi, entah mengapa, hari naas itu sopir sewaan Ayah berhalangan hadir dan memaksa Ayah menyetir mobil sendiri. Aku bersikeras mencegah tapi justru kena marah dan kecelakaan itu terjadi. Mengapa Ayah tidak mempercayaiku. Mengapa ! Aku tidak terima. Kembali aku menangis tersedu – sedu dan Bu Zahra tidak bisa berbuat apa – apa, yang ia lakukan hanyalah mengelus – elus kepala dan punggungku. Hingga akhirnya tangis tak kurasakan lagi, aku tenggelam dalam tidurku.

Entah berapa lama aku tertidur, saat membuka mata aku berada di sebuah ruangan dengan cahaya lampu yang remang – remang. Duduk di antara 3 wanita, salah satunya ibu angkatku Mariam Van Giels yang lainnya, 2 wanita berwajah cukup cantik salah satu diantara kedua wanita itu bukanlah seperti penduduk aseli pribumi, tapi lebih mirip wanita Jepang dengan kimononya yang berwarna kuning gading, seorang wanita lagi wajahnya hampir sama denganku, berhidung mancung, berambut hitam panjang berombak diikat, dia tampak cantik dengan beberapa untaian rambut pada pelipisnya. Ketiga wanita itu sedang berbincang – bincang dan bersenda gurau.

Aku terdiam manakala mendengar namaku disebut – sebut oleh Mariam Van Giels, “Utari, Arimbi sekarang sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cantik sepertimu. Sayang, aku hanya bisa merawatnya sebentar, hanya beberapa tahun saja. Tidak bisa melihatnya tumbuh menjadi seorang gadis dewasa,” Wanita yang dipanggil dengan sebutan Utari tersebut tersenyum, “Kau beruntung Mariam, bisa mendampinginya hingga kini berumur 17 tahun. Sementara aku, hanya beberapa hari menggendongnya setelah beberapa minggu melahirkannya. Setelah itu kami terpisah oleh jarak dan waktu,”

Utari dan Mariam sama – sama tersenyum,tapi wanita berkimono kuning gading tersebut meletakkan nampan berisi beberapa makanan diatas meja sambil berkata, “Kalian sama – sama beruntung bisa bertemu dengan cucuku. Tapi, kita masih harus terus menjaganya, sebab, nyawanya terancam. Seorang wanita jahat tengah mengincarnya dan wanita tersebut ada kaitannya dengan kakek kalian RADEN MAS DJOJO DININGRAT,”

Utari dan Mariam mengalihkan pandangannya ke arah wanita berkimono kuning gading tersebut, “Itu tidak mungkin ! Ayahku sama sekali tak ada kaitannya dengan wanita tersebut,” ujar Utari. Baru saja Utari menutup mulutnya, mendadak pintu terpentang lebar, hembusan angin kencang menerobos masuk dan membuat perabotan di ruangan tersebut berantakan. 3 wanita yang ada di ruangan itu berdiri bak patung manakala seorang wanita berambut hitam panjang tergerai, pakaiannya serba hitam dan sepasang matanya menyorot tajam dan dingin ke arah mereka.

“Aku sudah bersumpah ... takkan membiarkan orang – orang yang berhubungan dengan Djojo Diningrat hidup dengan tenang dan damai di dunia ini. Maka dari itu cepat atau lambat anak bernama Arimbi itu jatuh ke tanganku dan aku takkan sudi mengampuninya,” kata wanita itu dengan suara dingin.

“Oh, kukira siapa yang datang ternyata salah seorang utusan dari Penguasa Lembah Iblis NINI BUJANA ANDRAWINA, ANRE ATINUY. Kau hidup sedemikian lamanya hanya untuk menjadi budak dendam. Bukankah ayahku sudah menjelaskannya padamu tapi kau masih tidak mau menerimanya,” kata Rara Utari, “Seandainya dulu kau kubunuh, maka, anakku Arimbi takkan menderita karenamu. Kini kau masih membuat ulah lagi dengan kami. Lebih parah lagi, kau mendatanginya lewat mimpi dengan mengambil perwujudanku. Aku takkan memaafkanmu kali ini,”

Tawa wanita yang dipanggil dengan sebutan Anre Atinuy itu menggelegar memekakkan telingaku, mendadak ia berpaling ke arahku,

“Aku tak perlu lagi hadir dalam mimpi – mimpinya. Kini ia berada disini, bersama kita apa kau tak menyadarinya ?” sambil berkata demikian ia menjulurkan tangannya. Kuku – kukunya hitam, panjang dan runcing seakan memanjang dan hendak menyambar bahu kananku, Aku melompat mundur, “Pergi kau ! Biarkan aku sendiri !” bentakku.

Suara tawa wanita itu digantikan dengan bunyi ledakan yang cukup keras membuatku terpental dan tubuhku mengapung di udara untuk beberapa saat sebelum akhirnya aku mendarat di sebuah tempat tidur berwarna putih dan cahaya putih menyilaukan menyorot ke mataku. Perih sekali rasanya dan telingaku mendengar suara orang memanggilku, “Rimbi ... kau sudah sadar,” suara penuh dengan nada kecemasan itu menyadarkanku, dan aku berpaling ke arahnya. Seorang wanita tua berdiri di samping kananku, “Bu Zahra,” panggilku sambil hendak memeluknya, tapi gerakanku tidaklah leluasa dengan jarum infus di pangkal lengan kiriku, “Aku ada dimana, bu ? Apa yang sudah terjadi ?” tanyaku.

Bu Zahra menghela nafas panjang, “Kau tidak ingat apa yang terjadi padamu, nak ?” tanyanya. Aku menggeleng. Wanita bekas kepala panti asuhan Prana Werdha itu menatapku heran, “Kau pingsan 2 hari, nak ... untung Bu Zahra ini masih ada di rumahmu, kalau tidak ... entah bagaimana aku harus mempertanggung jawabkannya di hadapan ibumu kelak,”

“Pingsan 2 hari ?” ulangku.

Aku mengerutkan dahiku, dan satu – persatu kukumpulkan memori ingatanku. Yah, semenjak orang tuaku tewas dalam kecelakaan maut beberapa waktu yang lalu, aku selalu mengurung diri di dalam kamar, hari demi hari kuhabiskan waktu dengan menangis sementara Bu Zahra sudah berulang kali mengiburku agar tabah menghadapi semua cobaan yang Tuhan berikan untukku. Isi surat dari ibu kandungkulah yang membuatku makin sedih.

Aku menganggap bahwa ibuku sudah membuangku semenjak aku bayi dan membiarkan Bu Zahra, yang tak ada hubungan apa – apa dengan keluarga menjaga dan merawatku hingga saat ini sekalipun sudah menjadi anak angkat keluarga Van Giels. Bagiku, bu Zahra-lah yang berhak menjadi ibuku satu – satunya bukan wanita yang bernama RARA UTARI itu.

Kesedihan hatiku inilah yang membuatku terus – menerus menangis hingga pingsan dan membawaku ke dimensi lain lewat mimpi. Dimensi yang baru kusadari bahwa nyawaku kini terancam, dan wanita yang selalu hadir dalam mimpi – mimpiku bukanlah ibu kandungku yang sebenarnya tapi, dialah musuh keluargaku yang sebenarnya. Dan dia, memanfaatkan rasa takutku, maka, mau tak mau aku harus mengumpulkan seluruh keberanianku untuk menghadapinya. Ibu bantulah aku. ‘Ibu akan selalu membantumu, nak... percayalah pada kekuatanmu sendiri. Kau bisa mengatasinya,’ suara itu terdengar dengan jelas sekali di telingaku. Aku menoleh kesana – kemari untuk mencari asal suara itu. Sebelah kanan, buru – buru aku mengalihkan pandanganku ke kanan. Pintu keluar. Aku sempat melihat seorang wanita berbaju hijau dengan untaian rambut di pelipisnya, wanita yang kulihat dalam mimpiku dan dipanggil dengan sebutan Utari. Ia tersenyum penuh kehangatan mengangguk perlahan lalu tubuhnya lenyap di kelokan. “Ibu Tunggu Arimbi,” panggilku sambil hendak melompat turun dari pembaringan tapi, Bu Zahra dan beberapa perawat mencegahku. “Tenanglah, nak kondisimu belum sepenuhnya pulih,” ujar Bu Zahra.

“Yah, mungkin nanti. Ibu akan hadir kembali dan saat itulah aku akan memeluknya erat – erat berharap tidak akan berpisah lagi. Sekarang aku akan beristirahat dan bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Sekalipun itu buruk dan membahayakan nyawaku,” harapku dalam hati.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!