Pembalasan Mantan Istri

"Pak Haris jangan kurang ajar ya," ucap Olivia dan menghempaskan tangan Haris dari lengannya.

"Kamu jangan sok deh Olivia, saya itu baik loh sama kamu, saya tau kalau kamu butuh kerjasama ini, kalau bukan saya siapa lagi yang mau kerjasama sama kamu. Asal kamu tau semua orang yang ada disini tau kalau kamu itu mantan istri dari Albert, semua orang juga tau gimana sikap kasar kamu, jadi harusnya kamu merasa terhormat karena saya masih mau kerjasama sama kamu," ucap Haris.

"Maaf Pak, jika perkataan saya tadi kasar. Maksud saya, atau begini saja kita bahas masalah kerjasama kita di restoran," ucap Olivia yang menurunkan egonya.

"Saya maunya di hotel," ucap Haris dan kali ini iaa le ih berani menyentuh Olivia, Haris menyentuh pinggang Olivia dan dengan cepat Olivia menjauh dari Haris.

Namun, Haris tidak menyerah, ia kembali mendekatkan tangannya pada tubuh Olivia, belum sempat tangan Haris menyentuh Olivia tiba-tiba seseorang datang dan menghempaskan tangan Haris.

"Apa memang kebiasaanmu merendahkan wanita, lebih baik kau pergi," ucap Elard dan Haris pun memilih pergi karena ia tau siapa yang ia hadapi.

Setelah kepergian Haris, Olivia menatap lekat Elard, sedangkan Elard memilih pergi dari hadapan Olivia. Olivia yang melihat adanya kesempatan untuk mendekati Elard pun berlari menghampiri Olivia.

"Terimakasih," ucap Olivia dan Elard lagi-lagi hanya diam.

"Nama saya Olivia," ucap Olivia yang memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

"Kau tau aku bukan?" tanya Elard.

"Iya, Rafael Elard Evandra, siapa yang tidak tau nama itu," ucap Olivia.

"Bagus kalau kau tau," jawab Elard dan kembali meninggalkan Olivia.

Olivia tidak diam saja, ia kembali menyusul Elard. "Soal kerjasama?" tanya Olivia.

"Kau tau aku Rafael Elard Evandra, aku tidak butuh kerjasama di acara ini," ucap Elard.

"Tapi, aku Olivia sangat butuh kerjasama di acara ini dan anda sudah merusak rencana kerjasama saya," ucap Olivia.

"Jadi, kalau aku tidak datang tadi maka kau akan tetap melanjutkan kerjasamamu dengan pria itu?" tanya Elard.

"Tentu saja, kerjasama ini penting bagi saya," jawab Olivia.

"Kalau begitu temui pria tadi, itu dia ada di dekat pintu keluar, temuilah sebelum dia pergi," ucap Elard.

Olivia yang melihat Haris pun menelan ludahnya kasar, tidak mungkin ia mendekati Haris, bisa-bisa Olivia akan masuk jebakan jahat Haris. "Tau ah, pusing," ucap Olivia lalu pergi meninggalkan Elard.

"Dia pergi begitu saja," heran Elard karena Olivia tidak bersikeras untuk mengajaknya bekerjasama, padahal biasanya orang-orang yang berhasil mendekati Elard akan mati-matian untuk bekerjasama dengannya.

Olivia duduk di salah satu kursi, otaknya saat ini sedang berpikir keras yang tetap saja Olivia tidak menemukan jawabannya. "Ck, aku sama Freya udah ngerencanain semua ini, tapi ternyata gagal total. Huh, mungkin besok hari terakhirku kerja, ah gimana ini," gumam Olivia dan tanpa sadar ia mengambil gelas yang berisikan alkohol lalu meminumnya hingga habis.

Beberapa saat kemudian, Olivia keluar dari tempat acara dengan sedikit linglung, namun Olivia masih mempertahankan kesadarannya yang sangat sulit itu.

"Ini gara-gara minuman itu, lagian ngapain juga aku minum sih," gumam Olivia.

Langkahnya semakin pelan hingga akhirnya Olivia tidak sanggup lagi menopang tubuhnya dan hendak jatuh, namun sebelum itu terjadi Elard datang dan menahan tubuh Olivia agar tidak menyentuh dinginnya lantai.

"Kalau gak kuat, ngapain minum dasar bodoh," maki Elard.

Olivia yang masih sadar itu hanya tersenyum dan tentu saja ia tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Elard menatap sang sekretaris yang ada di belakangnya, "Bawa perempuan ini pergi, taruh saja dipinggir jalan," ucap Elard lalu memberikan tubuh Olivia pada Vano.

"Baik, Tuan," jawab Vano.

Sesuai dengan yang Elard katakan, Vano pun membawa Olivia pergi, namun Vano tidak sejahat Elard yang ingin menaruh Olivia ke pinggir jalan, Vano justru membawa Olivia ke salah satu hotel mewah, Vano hanya membawa ke hotel setelah itu Vano pergi dan membiarkan Olivia istirahat.

Setelah itu, Vano pun kembali ke kantor dan menemui Elard. "Bagaimana?" tanya Elard.

"Semuanya sudah siap Tuan," ucap Vano dan memberikan sebuah dokumen pada Elard.

"Apa Aditama grup segitunya dibenci sampai kerjasama mereka hanya 40 persen?" tanya Elard.

"Sebenarnya Aditama grup salah satu perusahaan yang dapat di perhitungkan, tapi beberapa hari sebelumnya Tuan Adrian menarik kerjasamanya dengan Brata grup karena putrinya yang bercerai dengan putra dari keluarga Brata. Setelah penarikan kerjasama Tuan Adrian, banyak perusahaan yang akhirnya menarik kerjasama dengan Aditama grup," jawab Vano.

"Siapkan kontrak untuk kerjasama dengan Aditama grup, besok sore kirimkan ke perusahaan itu," ucap Elard.

"Baik, Tuan," jawab Vano.

'Apa Tuan tertarik dengan putri dari keluarga Aditama karena ini pertama kalinya Tuan mengingkari janjinya, padahal sebelumnya Tuan mengatakan tidak akan menjalin kerjasama apapun di acara tadi,' batin Vano.

"Singkirkan pikiran bodohmu itu, aku tidak tertarik dengan wanita itu. Aku hanya penasaran seperti apa bisnis disini dan ini juga jadi ajang untuk Evandra grup menyombongkan diri atas kekuasaannya di bisnis negara A," jawab Elard yang mampu membungkam Vano.

Meskipun hari sudah sore namun Elard tetap menyelesaikan segala urusannya di kantor. Ketika Elard tengah fokus pada kerjaannya, pintu ruangannya diketuk dari luar, Elard pun mempersilahkannya untuk masuk.

"Papa, ada apa?" tanya Elard ketika melihat sang Ayah datang.

"Papa dengar kau akan bekerjasama dengan Aditama grup?" tanya Papa Darel.

"Ya, lalu?" tanya Elard.

"Kenapa?" tanya Papa Darel.

"Karena aku penasaran dengan bisnis di negara A, bagaimana bisa ketika Aditama grup menarik kerjasamanya dengan Brata grup lalu perusahaan lain ikut menarik kerjasama mereka dari Aditama grup," ucap Elard.

"Di negara A, hal itu sangat wajar. Di negara A ini kekuasaan bisnis ada pada nama keluarga, semakin besar nama keluarga maka perusahaannya akan semakin berada di puncak bisnis seperti Evandra grup," ucap Papa Darel.

"Inilah yang Elard tidak suka di negara A, Elard lebih suka berbisnis di luar negeri," ucap Elard.

"Sayangnya kau sangat di butuhkan disini dan untuk saat ini kau tidak boleh ke luar negeri, disana ada Pamanmu yang sudah mengurusnya," ucap Papa Darel.

"Papa kesini hanya untuk mengetahui alasan Elard mengajak kerjasama Aditama grup?" tanya Elard yang curiga ada maksud lain dari Papa Darel.

"Kau ini memang anak Papa, jadi begini Papa punya kenalan dia wanita yang baik dan Papa yakin kalian berdua akan cocok, ditambah perempuan ini belum menikah," ucap Papa Darel.

"Elard menolaknya, kalau Papa tidak ada yang dibicarakan lagi, Papa bisa pergi," ucap Elard.

.

.

.

Bersambung.....