NovelToon NovelToon
Bukan Menantu Biasa

Bukan Menantu Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyuni Soehardi

Amira menikah dengan security sebuah pabrik di pinggiran kota kecil di Jawa Timur. Awalnya orang tua Amira kurang setuju karena perbedaan status sosial diantara keduanya tapi karena Amira sudah terlanjur bucin maka orang tuanya akhirnya merestui dengan syarat Amira harus menyembunyikan identitasnya sebagai anak pengusaha kaya dan Amira harus mandiri dan membangun bisnis sendiri dengan modal yang diberikan oleh orang tuanya.

Amira tidak menyangka kalau keluarga suaminya adalah orang-orang yang toxic tapi ia berusaha bertahan sambil memikirkan bisnis yang harus ia bangun supaya bisa membeli rumah sendiri dan keluar dari lingkungan yang toxic itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Suster datang memeriksa uwak kemudian suster berbicara melalui melalui handphone dan tak lama datang beberapa suster dan seorang dokter.

Dokter menggeleng dan mendekati ibu.

“Bu maaf saya terpaksa memberitahukan kalau ibu Ratih telah meninggal setengah jam yang lalu. Saya turut berdukacita ya Bu. Saya permisi.”

Dokter telah meninggalkan ruangan uwak diikuti oleh yang lain kecuali satu orang. Prosedurnya kita harus menunggu dua jam baru jenazah boleh dibawa pulang ya Bu. Mohon di selesaikan administrasinya.” Kata susternya.

“Iya terimakasih suster. Saya akan menghubungi pihak keluarga inti dulu.” Jawabku. Amira tidak tega melihat ibu mertuanya menangis sesenggukan sambil memeluk kakak kandungnya. Ratapannya membuat hatinya teriris.

“Yu kamu kok tega ninggalin aku to yu. Kamu janji mau berjuang. Kita sudah ada rencana nginep di hotel di sarangan kalau kamu sembuh. Oalah yu..yu. hu… hu.. hu”

Amira segera menghubungi suaminya dan langsung diangkat “halo waalaikumsalam ada apa dek? Ya Allah Innalillahi wa innailaihi rojiun. Mas akan mengabarkan kepada keluarga uwak Ratih dek. Kamu jaga ibu dulu ya nanti mas nyusul.” Telpon langsung ditutup sepihak.

Tak lama suaminya dan mas Adam bersama dengan keluarga uwak Ratih tiba di rumah sakit.

Tangis Dewi anak bungsu uwak Ratih langsung pecah. Amira merangkulnya dan menghiburnya.

Semua terdiam. Ibu mertua Amira masih menangis dan duduk di pojok ruangan.

Setelah suasana agak tenang Amira menghampiri suaminya.

“Mas kemana anggota keluarga yang lain kok cuma Dewi yang ke rumah sakit. Administrasi nya harus segera diurus.”

“Mas ga tahu dek. Pokoknya mas sudah mengabarkan tentang Kematian uwak tapi cuma Dewi yang ikut yang lain pada cuek mendengar berita ini.”

“Lah terus yang mengurus administrasi nya nanti siapa?”

“Entahlah dek mas juga bingung.”

“Mas pergilah ke rumah uwak Ratih kabarkan kematiannya ke RT setempat dan minta bantuan warga untuk membantu proses pemakamannya. Biar aku yang mengurus administrasi rumah sakitnya. Aku akan mentransfer uang ke rekening mu barangkali diperlukan kalau tidak kau simpan saja.” kata Amira.

“Ini kunci motor dan karcis parkirnya. Pakailah motorku biar aku dan ibu nanti pulang dengan mas Adam.”

“Baiklah, mas pergi dulu. Kabari segera bila ada perkembangan.” Kata Dedy sambil bergegas pergi keluar dari rumah sakit.

Amira menuju ruang administrasi dan ternyata uwak memakai BPJS. Amira segera mengurus ambulance dan membayar jasa ambulance nya.

Amira menemani Dewi naik ambulance bersama jenazah ibunya.

Ibu mertuanya pulang dengan Adam ke rumah uwak Ratih.

Iring-iringan ambulance telah sampai dan warga telah siap menyambut jenazah uwak Ratih. Kemudian jenazah dimandikan, dikafani dan disholati. Lalu diantar ke peristirahatan yang terakhir.

Dewi tampak terkejut dan terpukul dengan kematian ibunya dia seolah tidak mempercayai apa yang sudah terjadi. Pacarnya tidak pernah lepas memeluk pundaknya dan sesekali menenangkan Dewi tiapkali tangis gadis itu pecah lagi.

Semua serba mendadak tidak ada persiapan dari pihak keluarganya. Tahlilan pun akhirnya Amira yang mengurusnya. Dia memesan katering saja dari restoran langganan mamanya.

Besoknya Amira dan mertuanya berniat membantu memasak supaya biayanya tidak terlalu banyak.

“Dena boleh saya minta uang untuk belanja keperluan tahlilan untuk ibumu nanti malam? Biar saya dan menantu saya yang membantu memasak disini.” Kata ibu kepada salah satu anak tiri dari kakaknya.

“Minta uangnya sama Dewi saja Wak kan dia anak kandungnya. Lagipula uang dukacita juga dipegang dia kok.” Jawab Dena.

“Dewi uwak minta uang untuk belanja buat tahlilan ibumu nanti malam.” Pinta ibu.

“Yang sederhana saja Wak buatkan saja nasi soto.” Kata Dewi sambil menyerahkan beberapa lembar uang merah. Tanpa banyak kata ibu menerima saja dan bergegas pergi ke pasar.

Amira mengantarkan mertuanya ke pasar setelah selesai berbelanja mereka langsung memasak untuk acara tahlilan. Hanya mereka berdua yang bekerja tidak ada seorangpun yang membantu mereka.

Anak-anak tiri uwak Ratih hanya muncul saat makan saja itupun setelah selesai makan tidak mau mencuci piring bekas makan nya sendiri.

Amira geram dengan kelakuan anak-anak tiri uwak Ratih. Tapi dia masih menahan diri demi mertuanya.

Selama beberapa hari mereka terus bekerja tanpa kenal lelah untuk tahlilan uwak Ratih. Untunglah tetangga ada yang bersedia membantu jadi beban kerja tidak terlalu berat.

Akhirnya hari terakhir tahlilan. Kelelahan luar biasa dirasakan oleh Amira dan mertuanya. Untunglah mas Adam datang dengan suaminya. Amira meminta suaminya membawa motornya pulang dan dia pulang naik mobil bersama mas Adam dan mertuanya.

Keesokan harinya pagi-pagi ada kiriman untuk Amira. Satu bingkisan besar berbagai macam roti dari toko roti terkenal.

Amira membatin ini pasti ulah mamanya. Dia bersyukur mamanya mengirim roti untuknya pagi itu jadi dia tidak perlu repot-repot memasak. Hari itu semua orang sarapan roti dengan kopi racikan khas dari Amira. Dia membuat kopi dalam cerek besar dan menuang ke cangkir-cangkir untuk anggota keluarga nya. Tidak ada satupun yang komplain bahkan ibu sangat menikmati kopinya.

“Hari ini kita perlu istirahat yang panjang Mir tenaga kita terforsir belakangan ini.” kata ibu.

“Iya saya setuju bu.” Sahut Amira.

“Kalian istirahat saja biar aku yang cuci piring dan bersih-bersih rumah” kata Ani sambil membereskan bekas sarapan pagi mereka dan membawanya ke belakang.

1
Nadira ST
thor smoga keluarga mertua Amira baik terus ya jangan sampai berubah jahat
Diah Susanti
kalau yang aq baca sampai sini sih, yang toxic cuma kakak iparnya saja. ibu dan ani juga baik, semoga gk dibikin berubah sama othor😁😁😁
Sri Wahyuni
😍
Sri Wahyuni
Amira benar kakak ipar harus dilawan KLO ngelunjak
Sri Wahyuni
Amira pinter bgt
Sri Wahyuni
Bagus ceritanya n tidak belibet
Ceritanya bagus kak, reletabel sama kehidupan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!