NovelToon NovelToon
Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mafia / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:757
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Hari yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan Eireen justru berubah menjadi neraka. Dipelaminan, di depan semua mata, ia dicampakkan oleh pria yang selama ini ia dukung seorang jaksa yang dulu ia temani berjuang dari nol. Pengkhianatan itu datang bersama perempuan yang ia anggap kakak sendiri.

Eireen tidak hanya kehilangan cinta, tapi juga harga diri. Namun, dari kehancuran itu lahirlah tekad baru: ia akan membalas semua luka, dengan cara yang paling kejam dan elegan.

Takdir membawanya pada Xavion Leonard Alistair, pewaris keluarga mafia paling disegani.
Pria itu tidak percaya pada cinta, namun di balik tatapan tajamnya, ia melihat api balas dendam yang sama seperti milik Eireen.

Eireen mendekatinya dengan satu tujuan membuktikan bahwa dirinya tidak hanya bisa bangkit, tetapi juga dimahkotai lebih tinggi dari siapa pun yang pernah merendahkannya.
Namun semakin dalam ia terjerat, semakin sulit ia membedakan antara balas dendam, ambisi dan cinta.

Mampukah Eireen melewati ini semua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebaikan dan Pengkhianatan

"Kenapa kau malah menyeringai begitu, hah? Gila karena tidak jadi dinikahi? Kasihan sekali!" Anabia mencecar dengan ekspresi geram.

Ia pikir, Eireen akan langsung meronta, menangis memohon-mohon, karena gagal dinikahi.

Tapi lihatlah, bukannya menangis, gadis itu justru menyeringai dengan tatapan yang bahkan tampak menggebu, seolah sudah siap meladeni apapun itu.

Bukannya menyahuti perkataan Anabia, Eireen justru mengarahkan pandangan kepada Pram. "Oh, jadi... kalian diam-diam berselingkuh di belakangku. Kemudian mau menikah, tapi tidak modal hingga membuatku yang membayar semua ini? Hebat sekali ya, untuk ukuran pengkhianat!?"

"Siapa yang kau bilang berselingkuh dan penghianat, hah? Jaga itu ucapanmu! Kau itu justru yang menghalangi cinta kami selama ini!" Zeya menyergah emosi.

Eireen menyeringai, sambil menggelengkan kepala sekilas. Tatapannya begitu tidak habis pikir.

Lebih-lebih Aslan pun dengan lemah lembut berkata kepada Zeya. "Tenang, Sayang. Tenang, jangan langsung emosi begitu. Eireen pasti shock, karena mengira aku sungguhan mencintainya."

Gigi Eireen menggertak, menatap tajam ke arah Aslan, hatinya sakit, tapi ia tahan agar tidak terlihat.

Laki-laki itu pun menatapnya. "Asal kau tahu saja. Selama ini, aku hanya kasihan kepadamu, yang selalu saja mendekatiku. Jadi, aku pura-pura menerimamu, biar kau tidak terbuang, seperti keluargamu membuangmu."

"Ya tapi maaf. Ternyata, cintaku kepada Zeya lebih besar, jadi aku tidak mau membuatnya dan hatiku sendiri terluka. Kuharap, sekarang kau mau gantian yang mengerti kami ya?" imbuhnya dengan ekspresi tanpa dosa.

Savero saja sampai menganga mulutnya. Bagaimanapun dipikir, perkataan Aslan itu tidak masuk akal sekali.

Ia mau melampiaskan kemarahan. Tapi, Eireen ternyata lebih dulu tertawa, membuat semua orang menatap ke arahnya.

"Ih, kenapa dia itu? Gila sungguhan?" Azusa berbisik kepada putranya. "Aduh, untung kau tidak jadi menikah dengannya, Aslan!"

"Salah, Bu. Salah!" ucap Eireen sambil menatap ke arah mantan calon mertuanya.

Gadis dengan wajah tegas itu menepuk-nepuk dadanya. "Aku... yang beruntung karena tidak jadi menikah dengan putra tidak tahu malumu itu. Ya, itu baru benar!"

"Apa katamu?!" Mata Azusa sudah melotot, tidak terima anaknya yang dihina begitu.

"Tenang, Bu. Tenang." Aslan memegangi ibunya, yang seolah sudah mau mendekat ke arah Eireen.

"Bagaimana bisa tenang? Lihatlah? Sopir tidak tahu diri itu menghina anakku yang seorang jaksa!"

"Hahaha." Eireen tertawa lagi. "Astaga, bangga sekali dengan title jaksa. Hei, uangku yang dihutangnya punya andil besar untuk membiayai kuliah anakmu. Sudah begitu masih selingkuh dan tidak mampu bayar biaya pernikahan, sampai menipuku, yang katanya hanya seorang sopir begini segala pula? Saking hebatnya, penipu di luar sana pasti berlutut di hadapan kemampuan menipu kalian!"

Perkataan Eireen masuk akal, bisik-bisik pun terdengar dari tamu yang mereka bawa. Azusa yang mulai malu seketika naik pitam. "Ka-kau..."

Namun, perkataan Azusa tercekat, saat melihat Anabia menggerakkan tangan menampar Eireen.

PLAK!

"Berhenti bicara, kau menghancurkan pernikahan putriku!"

"Eir!" Savero terkejut, kemudian menatap nanar ke arah Anabia. "Keterlaluan. Kau..."

Laki-laki itu hendak membalas perbuatan Anabia kepada Eireen. Tapi, gadis itu mencegah.

Pipinya memerah, tapi wajahnya masih tampak santai. "Tenang, Paman. Biar aku yang membalas sendiri. Toh, dia yang menampar lebih dulu."

PLAK!

BRUK....!

Sekali tampar, Anabia terjungkal ke lantai sambil mengeram kesakitan karena saking kerasnya.

"Bu....!" Zeya sampai teriak, segera menundukkan badan, berusaha membantu ibunya yang masih tergeletak di lantai. Aslan juga tampak membantu calon mertuanya.

Sementara, Savero, Azusa dan semua orang yang melihat masih ternganga.

Mereka terkejut, karena kekuatan tamparan Eireen, sampai membuat Anabia tergolek di atas lantai begitu.

Mereka tidak tahu saja, jika Eireen bukan hanya sopir biasa, makanya gajinya pun sangat tinggi. Tubuhnya sudah sangat terlatih, bahkan jika dibanding laki-laki.

Sambil masih terduduk di lantai, dipegangi oleh Zeya dan Aslan di kanan kiri, Anabia menyeka sudut bibirnya yang berdara kemudian berteriak, "Kurang ajar kau....!"

"Aduh-aduh, jangan teriak begitu, tanganku masih sakit ini. Kau sih, kenapa memaksaku menamparmu?" Dengan santai, Eireen pura-pura tangannya sakit, padahal mengejek saja.

"Kau..."

"Teriak lagi, tidak malu dengan para tamu undanganmu itu? Pantas saja, yang diundang adalah semua kenalanmu, ternyata menipuku, memang rencana kalian sejak awal?" imbuhnya menyela dengan mata menyisir ke orang-orang kenalan Anabia.

Awalnya, Eireen memang merasa aneh, karena tamu yang diundang dari keluarga Savero justru lebih banyak kenalan Anabia dan Zeya.

Tapi, karena ia tidak punya banyak kenalan yang diundang, jadi Eireen membiarkan saja itu, biar pernikahannya dirayakan banyak orang, bahagia bersamanya.

Sayangnya, kebaikannya dibalas pengkhianatan, yang ternyata telah disusun serapi itu sejak awal, sampai biaya pernikahan selesai.

Semua tamu undangan yang tadinya seolah sudah siap mengejek Eireen, kini lebih banyak mengalihkan pandangan saat dia tatap, seolah takut, karena Eireen tidak tampak seperti orang yang bisa ditindas.

"Diam kau!" Anabia memaksakan berdiri. Ia sangat kesal melihat rambutnya sudah acak-acakan karena terjatuh tadi. "Sialan!"

Napasnya menderu, menatap nyalang ke arah Eireen dengan jari telunjuk teracung.

"Kuperingatkan sekali lagi. Kau... berhenti mengacaukan pernikahan putriku atau..."

"Atau apa?" Eireen menyela sambil berjalan maju mendekat.

Takut-takut, Anabia memundurkan langkah, membuat Eireen menyeringai sambil mengejeknya, seolah sedang berkata, 'Didekati saja takut, pakai mengancam segala!'

"Atau akan kuusir kau dari sini sekarang juga!" Anabia pura-pura berani, padahal sudah bersiap berlindung di balik Aslan.

Eireen terkekeh. "Astaga. Usir? Aku yang membiayai semua acara ini, bahkan sewa gedung ini juga. Jadi... kalian itu yang harusnya kuusir dari sini bukan?"

"Enak saja. Ini acara pernikahan kami, Eir. Kenapa kau itu kok tidak tahu malu sekali sih?!" Zeya justru membuat Eireen terkekeh sekali lagi.

Eireen bersedekap tangan, menatap perempuan dengan dress pengantin sepertinya. "Pernikahan kalian? Apakah ada... namamu tercantum di undangannya?"

"I-itu..." Zeya tergagap, karena jelas-jelas, undangan itu atas nama Eireen sebagai mempelai perempuannya.

"Tidak ada, kan? Lihat!" Eireen sampai menunjuk ke beberapa hand tag di meja tamu undangan, yang menampilkan nama Eireen sebagai mempelai perempuan. "Semuanya namaku. Lantas kau mengaku-aku, tanpa tahu malu?!"

"Tapi Aslan lebih memilih menikah denganku, bukan denganmu! Masa' begitu saja kau tidak paham?!" Zeya menoleh ke arah Aslan. "Ya, kan, Sayang?"

"Tentu saja. Aku tidak akan pernah menikahimu, Eir. Dan soal biaya, nanti, akan kubayar semuanya lunas tanpa terkecuali!" kata Aslan sambil membusungkan dada.

Zeya dan Anabia tampak memasang wajah penuh kemenangan mereka. Namun, Eireen justru menyeringai, menatap ke arah Zeya, kemudian ibunya. Ya, perempuan itu melirik Aslan seolah protes, 'Bayar pakai apa?'

Aslan pun mengedipkan mata ke arah ibunya, seolah memberi kode. 'Bohong saja, biar bisa nikah dan mengusirnya dulu, tapi tidak akan kubayar nanti!'

Sayangnya, saking sudah pahamnya dengan tabiat kedua orang itu, Eireen menatap ke arah Savero. "Maaf ya, Paman? Mungkin, kali ini Paman akan malu dengan keputusanku."

Bukan hanya Savero, Anabia dan Zeya jadi menatap penasaran. Maksudnya apa? Keputusan apa yang akan membuat malu?

Savero pun menghela napas. "Jangan memikirkanku, Nak! Lakukan apa yang menurutmu benar. Mereka sudah sangat keterlaluan, jadi aku... tidak akan membela."

"Kak!"

"Paman!"

Anabia dan Zeya berseru bersamaan, menatap protes ke arah Savero, yang selalu saja ada di pihak Eireen dari dulu.

Savero tidak menyahut. Laki-laki berkumis tipis itu bahkan malas menatap mereka.

"Sudahlah, Eir. Jangan banyak bicara lagi, kau cepat pergi dari sini, atau kuseret kau...!" Aslan bicara dengan arogannya, mau mendekat.

Namun, tangan Eireen terangkat ke atas melambai seolah memanggil seseorang.

Langkah Aslan terhenti. Penasaran Eireen memanggil siapa, ia menoleh ke belakang, hingga matanya membulat. "I-itu..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!