NovelToon NovelToon
Sebaiknya Kamu Lari

Sebaiknya Kamu Lari

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Nikahmuda / Duniahiburan
Popularitas:853
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Hanya cerita fiktif belaka, jangan dijadikan keyakinan atau kepercayaan. Yang pasti ini adalah cerita horor komedi.

Awalnya dia hanyalah seorang ibu biasa tetapi saat dia kehilangan putrinya saat mengikuti masa orientasi penerimaan mahasiswi baru, dia tak tinggal diam. Kematian putrinya yang mencurigakan, membuatnya tak terima dan mencari tahu penyebab kematiannya serta siapa yang paling bertanggung jawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 : Jejak yang Hilang

Jejak yang Hilang

Agni, kedua putrinya, dan Kakek saling bertukar pandang di tepi hutan. Kepergian kakek tua itu yang begitu tiba-tiba meninggalkan kebingungan dan sedikit rasa takut. Kabut di luar hutan memang tidak setebal di dalam, namun sisa-sisanya masih menggantung di udara, menambah kesan misterius.

"Siapa sebenarnya kakek itu, Kek?" tanya putri sulung Agni, memecah keheningan.

Kakek menggeleng pelan. "Kakek juga tidak yakin, Nak. Tapi ada sesuatu yang aneh tentangnya. Cara dia tiba-tiba muncul dan kemudian menghilang..."

Putri bungsu Agni memeluk ibunya erat. "Aku takut, Ma. Apa mungkin dia... Jin Bunian?"

Agni mencoba menenangkan putrinya, meskipun ia sendiri merasakan bulu kuduknya berdiri. "Sudah, sayang.

Mungkin dia hanya orang baik yang kebetulan lewat dan membantu kita." Namun, dalam hatinya, ia tidak sepenuhnya yakin.

Mereka memutuskan untuk segera kembali ke rumah Kakek. Sepanjang perjalanan, mereka terus memikirkan kejadian aneh di hutan Lakuk Kandang. Pukul menunjukkan sekitar tengah malam lebih sedikit saat mereka tiba kembali di rumah. Suasana kampung terasa sunyi dan damai, kontras dengan kejadian menegangkan yang baru saja mereka alami.

Keesokan paginya, Agni tidak bisa menghilangkan bayangan kakek tua misterius itu dari benaknya. la bertanya kepada Kakek apakah ia mengenal seseorang dengan ciri-ciri seperti itu di sekitar kampung. Namun, Kakek mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat orang asing seperti itu sebelumnya.

"Anehnya lagi," kata Kakek sambil berpikir, "biasanya kalau ada orang tersesat di hutan Lakuk Kandang, pasti ada warga yang tahu atau ikut mencari. Tapi kemarin, sepertinya tidak ada yang menyadari kejadian itu."

Agni merinding mendengar perkataan Kakek. Seolah-olah kejadian di hutan itu hanya dialami oleh mereka bertiga.

Siang harinya, Agni memberanikan diri untuk bertanya kepada beberapa tetangga Kakek tentang hutan Lakuk Kandang dan legenda Jin Bunian. Beberapa orang tua yang ia temui membenarkan adanya cerita tersebut, bahkan ada yang mengaku pernah mendengar suara-suara aneh dari arah hutan. Namun, tidak ada yang pernah melihat penampakan Jin Bunian secara langsung.

Salah seorang tetangga tua, seorang nenek yang sudah sangat renta, bercerita dengan nada pelan, "Dulu, ada yang bilang, kalau Jin Bunian menampakkan diri dalam wujud manusia, biasanya ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan atau bantu. Tapi kita tidak boleh sembarangan menerima bantuan dari mereka."

Malam harinya, saat Agni dan keluarganya sedang bersantai di beranda, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara gamelan yang sayup-sayup terdengar dari arah hutan Lakuk Kandang. Suara musik itu terdengar sangat merdu namun juga terasa mistis.

"Suara apa itu, Kek?" tanya putri sulung Agni dengan mata terbelalak.

Kakek mendengarkan dengan seksama. "Ini... suara gamelan. Tapi setahu Kakek, tidak ada acara atau perayaan di sekitar hutan malam ini."

Suara gamelan itu semakin lama semakin jelas, seolah-olah sumbernya semakin mendekat. Agni dan kedua putrinya saling berpelukan, merasakan hawa dingin yang tiba-tiba menyelimuti mereka.

Tiba-tiba, suara gamelan itu berhenti begitu saja, meninggalkan keheningan yang mencekam. Kemudian, mereka melihat sesuatu yang aneh di langit. Beberapa kunang-kunang dengan ukuran yang tidak biasa, sebesar telapak tangan, terbang berkelompok menuju arah hutan Lakuk Kandang.

Cahaya yang mereka pancarkan berwarna kebiruan, tidak seperti kunang-kunang biasa yang berwarna kekuningan.

"Lihat, Mal" bisik putri bungsu Agni sambil menunjuk ke arah langit.

Agni terpana melihat pemandangan aneh itu. la tidak pernah melihat kunang-kunang sebesar itu sebelumnya, apalagi dengan cahaya berwarna biru. Kejadian-kejadian aneh ini semakin membuatnya yakin bahwa ada sesuatu yang misterius dan tak terduga sedang terjadi di sekitar hutan. Lakuk Kandang.

Mungkinkah mereka telah berinteraksi dengan Jin Bunian yang sebenarnya? Rasa penasaran dan sedikit ketakutan bercampur aduk dalam benaknya.

Malam dengan Cahaya Biru

Agni dan kedua putrinya terus terpaku pada pemandangan kunang-kunang biru yang terbang menuju hutan Lakuk Kandang. Jumlahnya semakin banyak, membentuk kawanan cahaya yang bergerak perlahan di kegelapan malam. Suasana di beranda rumah Kakek terasa sunyi, hanya suara jangkrik yang sesekali memecah keheningan.

"Kakek, apa itu sebenarnya?" bisik putri sulung Agni, matanya tidak lepas dari langit.

Kakek menghela napas panjang. "Kakek belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Kunang-kunang sebesar itu dan bercahaya biru... ini bukan hal yang biasa."

Agni merasakan jantungnya berdebar lebih kencang. Kejadian-kejadian aneh sejak mereka memasuki hutan Lakuk Kandang terasa semakin intens.

Kabut tebal yang tiba-tiba datang, kakek tua misterius yang menghilang, suara gamelan tanpa ada perayaan, dan kini kunang-kunang biru raksasa. Semua ini terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang belum terpecahkan.

"Apakah ini ada hubungannya dengan Jin Bunian, Kek?" tanya putri bungsu Agni dengan nada khawatir.

Kakek mengangguk pelan. "Mungkin saja, Nak. Dalam cerita-cerita lama, kadang Jin Bunian menampakkan diri melalui fenomena alam yang tidak biasa."

Mereka terus mengamati kawanan kunang-kunang itu hingga akhirnya menghilang di balik pepohonan hutan Lakuk Kandang. Setelah itu, suasana kembali sunyi, namun keanehan malam ini masih terasa membekas.

"Sebaiknya kita masuk," kata Kakek akhirnya. "Hari sudah semakin larut. Ini sudah lewat tengah malam, Minggu dini hari tanggal 13 April 2025. Kita istirahat saja. Besok pagi kita coba cari tahu lebih lanjut tentang semua ini."

Agni dan kedua putrinya setuju. Mereka masuk ke dalam rumah dengan perasaan campur aduk antara penasaran dan sedikit takut.

Di dalam rumah, mereka mencoba untuk tidur, namun bayangan kunang-kunang biru dan suara gamelan misterius terus berputar di benak Agni.

Keesokan paginya, setelah sarapan, Agni dan Kakek memutuskan untuk kembali ke sekitar hutan Lakuk Kandang.

Mereka ingin melihat apakah ada jejak atau petunjuk yang bisa menjelaskan kejadian aneh semalam. Kedua putri Agni juga ikut, rasa penasaran mereka tampaknya lebih besar daripada rasa takut.

Saat mereka berjalan menuju tepi hutan, mereka melihat sesuatu yang tidak terduga di tanah. Di beberapa tempat, mereka menemukan jejak kaki kecil yang tidak seperti jejak kaki manusia biasa. Ukurannya lebih kecil dan bentuknya sedikit berbeda.

"Kek, lihat inil" seru putri sulung Agni sambil menunjuk ke arah jejak kaki tersebut.

Kakek mengamati jejak kaki itu dengan seksama. "Ini... bukan jejak kaki manusia. Terlalu kecil dan jari-jarinya lebih panjang."

Agni ikut melihat jejak kaki itu. la merasakan merinding. Jejak kaki itu seolah menguatkan dugaan mereka tentang keberadaan makhluk lain di hutan ini.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara tawa kecil yang riang dari arah dalam hutan. Suaranya terdengar sangat dekat namun tidak terlihat siapa yang tertawa. Tawa itu terdengar seperti tawa anak-anak, namun ada nada riang yang aneh di dalamnya.

"Siapa itu?" bisik putri bungsu Agni sambil bersembunyi di belakang ibunya.

Mereka bertiga terdiam, mencoba mendengarkan dengan seksama. Suara tawa itu terdengar lagi, semakin dekat.

Kemudian, dari balik semak-semak, muncul beberapa sosok kecil dengan tinggi sekitar satu meter. Mereka memiliki kulit yang agak pucat, rambut hitam panjang yang terurai, dan mata yang besar dan bulat.

Mereka mengenakan pakaian yang terbuat dari dedaunan dan bunga-bunga hutan.

Agni dan keluarganya terkejut bukan main. Mereka tidak pernah melihat makhluk seperti ini sebelumnya.

Makhluk-makhluk kecil itu tampak ramah dan tersenyum kepada mereka. Salah satu dari mereka melambaikan tangan kecilnya.

"Selamat pagi," sapa salah satu makhluk kecil itu dengan suara yang lembut dan merdu. "Selamat datang di Lakuk Kandang."

Agni, Kakek, dan kedua putrinya hanya bisa terdiam, terpana melihat pemandangan yang luar biasa ini. Apakah mereka benar-benar telah bertemu dengan Jin Bunian? Misteri di hutan Lakuk Kandang semakin dalam dan tak terduga.

1
HARJUANTO
😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!