"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.
"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.
"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.
>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bikin Debay Lebih Menantang
"Kael ya ampun sumpah ya aku males banget sama kamu sekarang. Aku udah nurut sama kamu, sekarang giliran kamu yang harus nurut sama aku. Jangan buat aku emosi ya!" ujar Vanya sambil menatap wajah tampan lelaki di depannya ini.
"Tap....tapi hey lihat lekuk tubuhmu kelihatan, aku gak suka. Ini semua milikku gak boleh di lihat sama lelaki lain." sahut Kael dengan raut wajah kesalnya.
Dengan cepat Kael langsung menarik kemeja yang ia pakainya. "Aku gak mau ke kantor, gak jadi. Hari ini di mansion aja." ujar Kael yang merajuk seperti anak kecil.
"Hey, ini kamu sendiri yang pilih, terus kenapa sekarang gak boleh di pake. Sekarang aku tanya sama kamu, apa yang salah dari baju ini hah?" tanya Vanya dengan kesalnya juga.
Perasaan baju yang di pakainya ini masih normal aja. Dres selutut namun Kael tak mengeceknya kalau paha kanannya ada belahannya.
"Aku gak ngecek loh kalau belahannya itu rendah banget, terus yang sebelah kanannya ini malah ada belahannya. Aku gak tau. Gak boleh pakai itu kalau keluar, aku gak suka ya punyamu yang se indah ini gak boleh di lihat sama orang lain." ujar Kael panjang lebar.
Entahlah kini di mana Kael ini malah seperti anak kecil yang enggak di belikan permen pada ibunya.
"Ayo cepetan ini udah siang, kamu harus ke kantor woy!" omel Vanya dengan raut wajah kesalnya.
"Tapi ganti baju dulu ya, aku gak suka." ujar Kael.
Perlahan Kael langsung mendekat dan memeluk erat kaki kekasihnya. "Ayolah jangan buat aku cemburu." ujar Kael dengan raut wajah memelasnya.
"Kamu yang nakal, siapa suruh milih baju kaya gini. Lihat aku aja juga males pakeknya. Eh, tapi kok cantik juga ya. Dah ayo kita ke kantor." ujar Vanya sambil terkekeh pelan.
Sungguh Kael tak bisa diam aja kali ini, "Kamu mau hamil anakku saat ini juga? oke boleh." jawab Kael sambil menarik gespernya.
Tentu saja Vanya langsung menatap tajam Kael, "HUAA ENGGAK. OKE OKE AKU GANTI SEKARANG!" teriak Vanya dengan raut wajah takutnya.
Dengan cepat Vanya langsung berlari masuk ke walk-in closetnya lagi. Sungguh ia sangat takut kalau sampai Kael kehilangan kendali.
Kael langsung mengusap wajahnya dengan kasar, "Kamu jangan buat aku gila." ujar Kael sambil menggigit bibir bawahnya sendiri.
"Gila gila gak mungkin kan kalau gue sampai di bobol duluan sama tuh orang." ujar Vanya yang ketakutan.
"Duh gue pakai yang mana ini ya, gue takut kalau sampai tuh orang otaknya ilang lagi." ujar Vanya sambil memilih baju yang tepat.
"Dah lah ini aja, semoga aman." ujar Vanya. Ia mengenakan dres model Sabrina, entah nanti Kael akan marah lagi atau enggak.
CEKLEK!
"Kenapa harus pakai itu sih, pokoknya harus ganti lagi. Dah lah aku gak mood aku gak mau ke kantor, kita tidur aja." ujar Kael.
Ia langsung menggendong tubuh mungil namun berisi depan belakang itu seperti karung beras.
"Aargh aku mau muntah jangan gendong kaya gini huwek...huwek...uhuk...uhuk.....!" pekik Vanya sambil menahan rasa pusingnya.
Kael dengan perlahan menidurkan tubuh kekasihnya itu di atas ranjang empuknya. "Aku mau nen aja, kamu udah bikin dua kepalaku sakit cenat cenut semua. Sekarang kamu tanggungjawab." ujar Kael sambil menatap wajah cantik kekasihnya itu.
"Hey kamu sendiri yang pilihan bajunya. Dah lah sana minggir, aku juga gak minat ikut kamu ke kantor. Nyebelin banget sadar!" omel Vanya dengan raut wajah kesalnya.
Kael langsung memeluknya, "Gak boleh jauh jauh dari aku, aku mau nen. Sekarang kasih aku nen lagi." ujar Kael tanpa mau di bantah lagi.
"Hey aku harus sekolah juga, aku belum lulus loh adalah kamu tau." sahut Vanya, ia teringat bahwa masa liburnya telah usai dan ia udah Alfa selama 3 hari.
"Sekolah? Gak boleh sekolah lagi. Home schooling aja." jawab Kael dengan entengnya.
"Gak mau enak aja, aku udah mau lulus ya tinggal 3 bulan lagi. Jadinya harus selesai di sana juga." sahut Vanya dengan tegas, ia tak mau mengalah soal ini.
"Kamu sekolah di mana?" tanya Kael yang mulai tertarik dengan topik ini.
"SMA Garamosador." jawab Vanya singkat.
Senyum miring Kael langsung terbit, "Gampang, biar aku yang urus semuanya. Kamu bisa lulus tanpa harus ikut ujian." bisik Kael sambil terkekeh pelan.
"Heh! ya gak bisa gitu dong, walaupun kamu kaya gak semuanya bisa di beli. Di sana tuh aturannya ketat banget gak ada sogok menyogok." sahut Vanya dengan sinisnya.
"Kamu tau nama panjang aku?" tanya Kael dengan suara seraknya.
"Enggak." jawab Vanya sambil menggelengkan kepalanya.
"Look at me, dengar baik baik, namaku Kaelion Garamosador, dan kamu tau artinya apa. Sekolah yang kamu masuki itu milikku." jelas Kael panjang lebar sambil tersenyum miring.
"Hahahaha yang bener aja, bukan karna nama kamu sama terus itu punya kamu. Jangan ngaku ngaku deh." remeh Vanya sambil tertawa keras.
"Apa aku pernah bohong?" tanya Kael sambil mengubah raut wajahnya jadi dingin dan kaku.
"Pernah. Bahkan dari awal kenal, kamu udah bohongin aku soal anak, soal istri dan soal kontrak. Kamu gak amnesia kan?" jawab Vanya sambil tersenyum miring juga.
Seolah kali ini ia yang menang bukan Kael, lelaki posesif yang tampan di depannya ini.
Kael terbangun dengan rasa gembira yang tak terbendung. Dengan mata yang masih setengah terpejam, dia meraih sebuah dokumen dari laci meja di samping tempat tidurnya.
"Baca ini, ini sertifikat yang membuktikan tanah dan bangunan sekolah Galaxi itu milikku," ujarnya dengan semangat.
Vanya, yang masih terbungkus selimut tebal, menatap Kael dengan kedua mata yang melotot tajam.
Kejutan dan ketidakpercayaan bercampur menjadi satu. "Hah, jadi ini beneran?" tanyanya, suaranya terdengar serak karena saking terkejutnya dia.
"Yes," jawab Kael sambil tersenyum lebar. Senyum itu semakin melebar ketika dia melihat ekspresi terkejut Vanya.
"GAK MUNGKIN!" teriak Vanya, suaranya meninggi, penuh dengan kebingungan dan kekaguman. Dia mulai duduk.
Dres model Sabrina yang dikenakannya tadi agak melorot memperlihatkan dua squisy kembarnya yang sangat padat itu.
Kael mendekat, duduk di tepi ranjang sambil menatap Vanya dengan lembut. "Jangan teriak-teriak. Nanti tenggorokan kamu sakit," ujarnya dengan nada menggurui yang khas.
"Nakal sekali kamu ini, gak bisa di bilangin," sambungnya, mengomel panjang lebar sambil menggelengkan kepala.
Vanya hanya bisa menghela napas, merasa campur aduk antara kesal dan terharu. Kael selalu tahu cara mencairkan situasi, bahkan di tengah kejutan seperti ini.
Kael kemudian mendekat, memeluk Vanya dengan erat. Ciuman hangat diberikannya di kening Vanya, seolah menyegel setiap kata yang baru saja diucapkan.
"Aku yang punya, jadi kamu bebas mau sekolah atau enggak," bisik Kael lembut, matanya menatap dalam ke dalam mata Vanya, mencari tanda-tanda persetujuan atau bahkan kegembiraan.
Vanya merasa dunianya seakan berputar. Ini bukan hanya tentang memiliki sekolah atau tanah, ini tentang bagaimana Kael selalu berhasil membuatnya merasa dicintai dan dihargai.
Dengan dokumen di tangan Kael, tidak hanya masa depan mereka yang tampak cerah, tetapi juga rasa percaya dan keterikatan mereka yang semakin kuat.
Vanya akhirnya tersenyum, menunjukkan bahwa ia siap menghadapi apapun asalkan bersama Kael.
"Terus kalau aku gak sekolah aku ngapain? kerja kah?" pertanyaan konyol itu keluar dari bibir mungil Vanya.
"Bukan, kamu akan kerja. Kerjaan kamu enak kok cuma kasih aku nen aja." sahut Kael sambil tertawa keras.
"Gak mau mending aku taruhan boxing aja lebih menantang." sahut Vanya.
"Bikin anak lebih menantang..."
"Dasar gila." sahut Vanya sambil menatap sinis Kael.
Entah berapa lama mereka berdebat, tentu saja Vanya lah yang kalah, namun kali ini Vanya tak ingin dimanfaatkan lagi.
"Aku mau akhiri kontrak ini." ujar Vanya tiba-tiba.
"Gak mau ah gak usah bikin aku marah kamu ya. Di kontrak itu udah tertulis kalo aku dan kamu selamanya akan di mansion ini dan asal kamu tau kalau kamu mau keluar dari tempat ini kamu harus hamil dulu anakku." ujar Kael sambil tersenyum miring.
"Enggak mau itu namanya pemerasan aku bisa telepon dan laporin kamu ke polisi dan asal kamu tau aku gak takut apa pun di dunia ini gak ada yang bisa kendalikan aku, ini hidupku dan kamu yang bukan siapa siapa ku jadi jangan berani mengaturku sejauh ini Kael!" ujar Vanya dengan tegasnya.
Sungguh ia lebih memilih babak belur tanding boxing daripada harus berurusan dengan lelaki posesif bin gila di depannya ini.
Tentu saja setelah mendengar ucapan Vanya, Kael terkekeh sinis. "Kamu mulai berani, jangan buat aku marah. Sepertinya kamu memang harus dikasih paham biar gak melawan lagi sekarang dengarkan aku baik baik. Aku Kaelion Garamosador bisa melakukan apa pun yang aku inginkan termasuk memiliki kamu malam ini juga." ujar Kael panjang lebar sambil membelai lembut wajah mungil Vanya.
Air mata Vanya mengalir dengan derasnya, "Aku salah apa sama kamu sebenarnya? kita enggak saling kenal, bisa enggak sih kita hidup sendiri sendiri aja aku masih muda dan aku ingin bebas tanpa terkekang oleh siapa pun!"
"Dan sayangnya hal itu enggak akan pernah terwujud, kamu milikku selamanya dan apa pun yang terjadi kita akan tetap bersama mau tidak mau suka atau tidak suka. Jangan membantah lagi sabarku hanya setipis tisu." bisik Kael dengan suara seraknya.
"Bunuh aku aja kalo gitu, aku hidup pun gak ada artinya lagi asal kamu tau aku lebih baik mati daripada harga diriku harus kamu injak injak kayak gini. Aku bisa kerja, aku bisa cari uang, tapi enggak dengan cara kayak gini, harga diriku lebih tinggi daripada semua kekayaanmu ini, Kaelion Garamosador.....!" sahut Vanya dengan suara bergetarnya.
"Oke kalo itu mau kamu kita menikah besok, enggak ada penolakan lagi dan aku enggak mau dibantah. Kamu paham Vanya Laraysa Montgomery...?"
Vanya pun tidak bisa melawannya lagi ia hanya menatap Kael dengan raut wajah kecewanya, sungguh ia tak tahu harus apa lagi yang jelas mulai hari ini hidupnya terkurung di dalam sangkar emas ini.
Kael dengan kesal langsung keluar dari dalam kamarnya, ia langsung menuju ruang kerjanya. Di sana ia langsung menghancurkan beberapa vas bunga serta figura mahalnya.
Entahlah kalau soal urusan Vanya ia tidak bisa menahan amarahnya, apa pun caranya Vanya harus mau dengannya dan menjadi miliknya selamanya. Ia tak sudi kalau sampai Vanya dimiliki oleh lelaki lain selain dirinya.
Sedangkan di mansion mewah milik Arka Montgomery di sana terjadi keributan lagi, sungguh tiada hari tanpa ribut mereka berdua sekarang.
Setelah Vanya tidak pulang ke rumah, Arka dan Rosse Montgomery sering berdebat.
"Kamu udah jadi ibunya Vanya juga, kenapa kamu gak bisa nasehatin anakku sih? sebenarnya selama ini yang gak becus jadi orang tua itu aku atau kamu. Kenapa di saat Vanya pergi rumah berantakan masakan gak ada yang enak satu pun jadi selama ini bukan kamu yang ngerjain semua itu atau jangan-jangan selama ini Vanya yang urus semuanya hah?" tanya Arka panjang lebar.
Sungguh kali ini istrinya itu benar benar keterlaluan menurutnya.
"Kamu ini apa apaan sih mas, aku tuh capek loh, aku baru aja pulang nih aku baru aja beliin kamu baju brended keluaran terbaru dan asal kamu tau ya mas aku tuh juga capek mengurus rumah tiap hari kamu cuma bisanya ngasih aku uang aja, kamu gak pernah ngertiin aku." ujar Rosse yang tak mau kalah.
"Rosse apa yang kurang dari aku hah? kenapa kamu jadi seperti ini sekarang? dulu waktu Vanya ada kamu gak kaya gini, sekarang giliran anakku udah pergi dari rumah kamu beda sekali. Atau jangan jangan selama ini kamu yang habisin uang Vanya? apa benar yang dikatakan Vanya selama ini hah?" ujar Arka yang mulai menyadari sesuatu.
"Sial, jangan sampai mas Arka tau semuanya. Gue harus bisa hasut mas Arka lagi." ujar Rosse di dalam hatinya.
"Enggak mas, aku tuh keluar juga cari sesuatu buat kamu. Dan kamu juga harus tau mas, semua uang ini adalah uang tabungan aku, gak pernah sekalipun aku ambil uang jatah Vanya, yang ada aku malah sering kasih uang jajan lebih sama anak kamu itu, mas hikss hikss." ujar Rosse sambil menahan isak tangisnya.
Sungguh air mata kelicikan itu membuat Arka langsung kasihan, dengan perlahan ia mendekat ke arah istrinya.
"Lalu sekarang di mana Vanya, kemana anak itu?" tanya Arka dengan suara agak lirihnya.
"Vanya...Vanya sama om-om tadi aku lihat di mall mas hikss hikss, Vanya jadi simpanan suami orang, Mas Arka...."
KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥