Aluna Maharani dan Reza Mahesa sudah bersahabat sejak SMA. Mereka kuliah di jurusan yang sama, lalu bersama-sama bekerja di PT. Graha Pratama hingga hampir tujuh tahun lamanya.
Kedekatan yang terjalin membuat Aluna yakin, perhatian kecil yang Reza berikan selama ini adalah tanda cinta. Baginya, Reza adalah rumah.
Namun keyakinan itu mulai goyah saat Kezia Ayudira, pegawai kontrak baru, masuk ke kantor mereka. Sejak awal pertemuan, Aluna merasakan ada yang berbeda dari cara Reza memperlakukan Kezia.
Di tengah kegelisahannya, hadir sosok Revan Dirgantara. Seorang CEO muda yang berwibawa dari perusahaan sebelah, sekaligus sahabat Reza. Revan yang awalnya sekadar dikenalkan oleh Reza, justru membuka lembaran baru dalam hidup Aluna. Berbeda dengan Reza, perhatian Revan terasa nyata, matang, dan tidak membuatnya menebak-nebak.
Sebuah kisah tentang cinta yang salah tafsir, persahabatan yang diuji, dan keberanian untuk melepaskan demi menemukan arti kebahagiaan yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPERGOK KISSEU
Kepalanya terangkat cepat, matanya menyapu seisi kamar. Dan di lantai, tepat di dekat kasur tergeletak baju yang semalam ia kenakan.
Mata Aluna langsung membesar. Ia refleks menutup mulut dengan kedua tangannya, tubuhnya menegang seketika.
"Hhhh… jangan-jangan…"
Aluna kini kembali memikirkan kejadian semalam. Ia mencoba mengingat lagi dengan jelas, tapi yang terlintas hanya ucapan Revan bahwa tidak ada apa-apa. Katanya, Aluna hanya menahan tangannya hingga akhirnya ia tertidur di sampingnya.
"Apa aku harus nanya lagi ke dia? Malu-maluin nggak sih?" gumam Aluna pada dirinya sendiri.
Ia menggeleng cepat, menepis pikirannya. Daripada terus kepikiran, ia memilih untuk bersiap-siap berangkat kerja.
****
Setibanya di kantor, beberapa karyawan menyapanya, menanyakan kabar dan kondisi kakinya. Aluna membalas sapaan mereka dengan senyum hangat dan ucapan terima kasih, meski mereka berasal dari divisi berbeda. Ia merasa dihargai dengan perhatian itu.
Saat tiba di ruangannya, ia mulai merapikan beberapa berkas yang di atas meja. Suasana masih tenang, sampai terdengar langkah kaki dan tawa kecil dari arah pintu masuk.
Kezia dan Reza kini sudah berangkat kerja bersama. Karena Reza sempat mengira Aluna tidak masuk kerja hari ini, jadi ia akhirnya berangkat bersama Kezia. .
Namun, saat hendak menuju mejanya, ia sedikit terkejut. Pandangannya langsung tertuju ke meja di dekat meja kerjanya. Aluna sudah duduk di sana, sibuk menata berkas-berkas di atas mejanya.
"Loh, Na? Kok nggak ngasih tahu kalau hari ini masuk kerja? Kan semalam aku udah bilang kalau—"
"Kalau masuk kerja harus kabarin kamu dulu, kan?" potong Aluna cepat, membuat Reza terdiam.
"Eung…" jawab Reza sambil mengangguk.
Aluna tersenyum kecil, senyum yang sebenarnya ia gunakan untuk menutupi perasaan cemburu dan pura-pura tidak tahu bahwa pagi ini Reza berangkat bersama Kezia.
"Aku pengen jalan kaki aja tadi. Lagian kakiku udah mendingan kok," ucap Aluna santai.
"Yang bener, Na? Jangan maksa kalau masih sakit, nanti bisa—"
"Shhhht," sela Aluna sambil menaruh satu jari di bibirnya sendiri, namun wajahnya tetap melukiskan senyuman. "Bawel banget pagi-pagi. Udah, sana duduk."
Reza hanya terkekeh, lalu berjalan melewati mejanya sambil mengacak-acak pelan rambut Aluna. Gerakan itu spontan membuat Aluna tersenyum lebar, hampir memperlihatkan giginya.
Tak lama kemudian, beberapa rekan kerja masuk. Mereka menyapa Aluna dengan ramah, menanyakan kabarnya sebentar, sebelum akhirnya kembali ke meja masing-masing. Obrolan ringan pun perlahan mereda, berganti dengan kesibukan.
Suasana kantor semakin sibuk seiring berjalannya waktu. Suara ketikan papan keyboard terdengar bersahut-sahutan, telepon meja berdering sesekali, dan beberapa karyawan berlalu-lalang sambil membawa tumpukan berkas.
Aluna ikut tenggelam dalam pekerjaannya. Sesekali ia merapikan dokumen, mengetik data, atau menerima panggilan dari divisi lain. Meski kakinya masih agak nyeri, ia berusaha tetap fokus.
Beberapa jam tenggelam dalam pekerjaannya, kelopak mata Aluna mulai terasa berat. Ia menghela napas panjang lalu memutuskan untuk pergi ke pantry khusus divisinya tepat di samping ruangan dan membuat kopi agar kembali segar.
Namun, begitu pintu pantry dibuka, matanya langsung membesar.
"AAAAAAAKKHHHH!" teriak Aluna kaget bukan main.
Di dalam ruangan kecil itu, Yuna tengah duduk di atas meja kosong. Sementara di depannya, Andika dengan berani mencumbu bibirnya mesra dengan tangan Yuna yang melingkar di lehernya.
Pemandangan itu membuat Aluna berteriak. Bagaimana tidak? Bahkan di pantry kantor sekalipun, pasangan gila itu berani berciuman seolah tempat itu milik mereka berdua.
Karena teriakan keras Aluna, seketika Yuna dan Andika langsung menghentikan aksi mereka. Mata Yuna membelalak panik, sementara Andika hanya berdiri kaku tak berkutik.
Beberapa rekan kerja yang mendengar teriakan itu dari ruangan mulai saling pandang, beberapa rekan ada yang melangkah mendekati pantry untuk memastikan apa yang terjadi.
Namun sebelum siapa pun sempat masuk, Yuna buru-buru meraih tangan Aluna dan menariknya keluar. "Aluna, ikut aku!" katanya cepat, berlari sambil menyeret Aluna yang masih syok.
Mereka berdua akhirnya masuk ke toilet wanita.
Aluna berdiri membelakangi wastafel dengan mulut masih sedikit menganga, matanya kosong seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Aluna, sorry… sorry banget," ucap Yuna terburu-buru, suaranya panik, takut dimarahi oleh sahabatnya itu.
Aluna perlahan mengedipkan mata, mulai sadar dari keterkejutannya. Ia mendongak, menatap Yuna tajam dengan ekspresi jengkel.
"Yu-Na," Aluna mengeja pelan nama sahabatnya itu. "Bahkan… di dalam pantry, Yun?"
Yuna terkekeh kecil, jelas gugup.
"Hehe, Na… tadi malam aku nggak dapat giliran untuk cium Andika pas kita lagi main bareng di rumahmu." jawab Yuna sambil memanyunkan bibirnya.
Aluna melipat tangannya di depan dada, menatap Yuna.
"Oh, alasan yang sangat masuk akal. Bagus sekali, Yun." jawabnya ketus.
Yuna mencoba mencairkan suasana dengan menyenggol pelan bahu Aluna.
"Na, kan bukan cuma aku yang berani begitu di pantry. Pasangan lain juga pernah kiss-kiss di sana."
Alis Aluna bertaut, tak percaya dengan apa yang dikatakan Yuna. "Hah? Siapa?" tanya Aluna penasaran
"Tapi janji ya, jangan kaget." ucap Yuna.
Aluna mengangguk, meyakinkan Yuna.
"Re..."
...----------------...
Re? Re siapa ya..... 😁
kebanyakan nonton Drakor lu lun..
kali dia emang mau ngasih duit segepok,tapi nyuruh jgn ninggalin anaknya
abis....takut belok beneran
ini mumpung ada betina yg mau dan khilaf🤣🤣🤣
yg penting pasangan perempuan..
seenggaknya lega euy,anak gw ga belok
abis ga pernah ketawan gandeng cewek
di ga tau aja,udah kyk soang anknya maen nyosor Mulu🤣🤣