Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….
===========
“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31 ~ Bersiap
Bab 31
“Adel, Adelia,” panggil Mona saat Adel meninggalkan ruangan.
Adel menoleh.
“Kalau dipanggil tuh jawab. Aku ini ketua tim kamu. Lama-lama darah tinggi punya tim model kamu begini.” Mona mencibir dan bergidik seakan menghadapi hal menyebalkan dan menjijikan.
Adel malas untuk merespon. Bukan karena takut, tapi sudah muak dengan sikap Mona. Saat ini urusannya hanya profesionalisme sesama rekan, bukan lagi menjadikan Mona sahabatnya.
“Ada apa, Mon?”
“Kamu dengar ‘kan, kalau besok ada rapat dan acara penting. Presdir kita akan mengumumkan siapa direktur yang baru dan aku menjadi salah satu perwakilan divisi marketing untuk hadir. Bayangin Del, dari empat orang perwakilan aku salah satunya.”
“Iya, aku sudah dengar.”
Melihat sikap Adel yang biasa saja, Mona lalu berdecak.
“Besok kerjakan tugas aku, nanti listnya aku kirim.”
“Hah, tugas kamu? KOk, gitu? Aku udah ada tugas sendiri,” cetus Adel. Mona ternganga mendapati Adel menolak permintaannya.
“Ya itu arahan dari aku, masa kamu nolak.”
“KAmu ketua tim, tapi bukan atasan langsung aku. Kalau arahan mengenai kerja tim aku oke aja. Tugas yang tidak ada hubungannya dengan tim kita, maaf aku tidak bisa.”
“Ya ini urusan tim kita.”
“Kamu share aja di grup, mana yang harus aku kerjakan dan yang dikerjakan oleh anggota lain. Masa harus aku sendiri, itu namanya tidak adil.”
Mona menghela nafas. “Kok, lo jadi ribet sih?”
“Aku nggak ribet, kamu yang ribet. Posisi kamu ketua tim, jangan berlagak seperti bos dan jangan menindas aku,” tutur Adel. Mona heran mendapati sikap Adel berubah, bahkan ia menelan saliva tidak tahu harus menjawab apa. Hanya bisa menatap saat wanita itu meninggalkannya.
“Adel makan apaan sih, kok jadi berani gitu. Pasti karena Abi.”
Berbeda dengan Zahir, setelah meninggalkan ruangan rapat bergegas menuju lift. Tujuannya adalah lantai di mana direksi berada. Masih ada waktu, pikirnya. Apapun akan dilakukan. Melewati ruang kerja direktur, terlihat sedang dirapikan dan dikondisikan karena besok akan ditempati oleh orang baru. Ia tersenyum simpul membayangkan dirinya yang menempati ruangan itu.
Sampai di depan ruang kerja Indra, ada Kemal dan sekretaris Indra di sana.
“Pak Indra, ada?”
Kemal yang awalnya sedang fokus dengan tablet, akhirnya menoleh.
“Tidak ada, hari ini beliau tidak ada di tempat,” sahut Kemal lalu kembali fokus pada tabletnya.
“Di mana aku bisa temui Pak Indra. Di luar pun tidak masalah.”
“Tidak bisa, hari ini jadwal beliau cek up dan istirahat. Apalagi besok jadwal penting, tidak mungkin diundur apalagi digantikan aku untuk sampaikan masalah penting ini.”
“Kemal,” ucap Zahir membuat Kemal melirik sinis.
Kurang ajar juga si Zahir, batin Kemal.
“Kita sama-sama bekerja. Jangan terlalu kaku begini, memangnya siapa kamu? Cuma asisten.”
Kemal menghela nafas lalu meletakkan tablet di atas meja dan bersedekap memandang Zahir. Sudah tahu maksud kedatangan Zahir, pasti untuk menjil4t agar Indra luluh. Kenapa sama dengan ibunya, pikir Kemal. Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya.
“Sudah tahu kku Kemal, kenapa bertanya lagi. DI sini aku dan kamu memang bekerja, tapi ada porsi dan prioritas yang berbeda.”
Zahir terkekeh.
“Asisten itu bisa dibuang oleh majikannya. Penerus Pak Indra mungkin tidak akan memakai kamu lagi. Jadi, jangan sombong. Aku bisa saja membuatmu didepak dari sini,” ancam Zahir.
Kemal membalas dengan kekehan.
“Benarkah? Wah, kamu memang menakutkan. Tapi, bagaimana kamu mendepakku dari sini? Memanfaatkan ibumu?”
Wajah Zahir berubah teg4ng. Tampak ia menahan amarah bahkan rahangnya mengeras.
“Seharusnya kamu lindungi ibumu bukan sebaliknya. Kasihan dia sampai merengek untuk bertemu Pak Indra. Bahkan mengobral cinta.” Ucapan Kemal cukup provokatif, terbukti Zahir semakin kesal.
Zahir langsung mendekat dan menarik kerah kemeja Kemal.
“Berani kamu!”
Sekretaris Indra berteriak agar Zahir melepaskan tangannya bahkan mengancam akan memanggil keamanan.
“Apa yang harus aku takuti,” seru Kemal sambil tertawa sinis. “Seharusnya kamu menjaga sikap, mana tahu Pak Indra berubah pikiran.”
“Anj!ng.” Zahir melepaskan tangan kanannya lalu mengayun dan siap mengh4jar Kemal, tapi kaki Kemal lebih cepat mend4ngnya sampai tersungkur.
Kejadian itu menjadi perhatian para sekretaris direksi juga OB yang bertugas di lantai tersebut. Zahir kembali beranjak dan ingin membalas Kemal. Namun, sia-sia karena Kemal berhasil membuatnya tersungkur.
“Cukup!” pekik Kemal. “Ini kantor, jangan buat masalah. Pergi sebelum aku panggil keamanan.”
Kemal menunjuk arah menuju lift. Zahir pun meninggalkan tempat itu masih dengan raut wajah kesal.
“Ck, apa jadinya perusahaan kalau pemimpinnya macam dia.”
***
Adel tiba di kantor. Pagi ini menggunakan taksi seperti perintah Abi, sempat komunikasi saat masih berada di rumah. Menggunakan dress batik dilapisi blazer hitam, Adel melewati lobby bertepatan dengan kedatangan presdir. Pernah melihat foto Indra Daswira melalui web perusahaan dan kali ini dia melihat langsung.
Pria paruh baya yang masih terlihat gagah diikuti beberapa orang pria. Adel sempat mengangguk saat iring-iringan pria itu melewatinya.
“Itu Pak Indra. Mirip siapa ya, agak familiar.” Adel menggeleng pelan, lupa kalau Indra mirip seseorang, tapi entah siapa. Menatap pria yang berjalan di samping Indra. “Itu bukannya Pak Kemal, temannya Mas Abi.”
Baru saja berlalu rombongan pemilik perusahaan, Adel sudah menunggu antrian lift. Datang Zahir, berdiri di belakang Adel. Saat pintu lift terbuka, Zahir mendahului bahkan menabrak Adel dengan bahunya. Tidak seimbang, Adel pun tersungkur. Yang menyaksikan kejadian itu, sempat ada yang berteriak.
“Jalan yang benar. Jangan menghalangi jalan orang lain, yang ada kamu celaka,” cetus Zahir lalu menekan tombol menutup pintu lift.
Adel dibantu berdiri oleh seseorang.
“Tadi pak Zahir ya, kok tega dia dorong mbak.”
“Oh, nggak pa-pa. Saya yang tidak hati-hati,” ujar Adel tidak ingin menambah masalah dan berurusan dengan Zahir.
Di tempat berbeda, Indra dan Kemal melangkah keluar dari lift.
“Perempuan di lobby, yang memakai batik dan blazer. Apa dia istri Abi, menantuku?” tanya Indra lirih.
“Betul pak,” jawab Kemal. Tidak heran kalau Indra sudah mengetahui pernikahan Abi. Selama ini selalu mengawasi putranya melalui orang lain. Tentu saja info dan foto Adelia pasti sudah diterima oleh Indra.
“Anak nakal. Bisa-bisanya menikahi perempuan tanpa bawa apa-apa. Mau ditaruh di mana wajahku, kalau besan tahu Abi itu anakku.”
“Sabar pak. Nanti adakan saja resepsi pernikahan mereka dengan mewah. Kalau perlu satu minggu.”
“Ck, kamu sama saja. Lindungi Abi terus,” keluh Indra. “Hubungi dia, minta bersiap. Jangan-jangan masih tidur."
“Oke, Bos.”
palang merah euy baru jg dikasih paham dah mau nyosor aja 🤣
Lagi bucin²nya suamimu..
🥹🥹🥹🥹🥹
anak yang terlahir dan dididik dari seorang pelakor mank beda yaaaa...
ngeri bener...gak takut dosa ke orang tua...
ya mau gimana lagi,sepak terjang emaknya aja dia tau,jadi ya hilang rasa hormat anak ke ibunya...
ayooook cari cara lain lagi ...
yang lebih dahsyat rencana nya...
yang bisa sekali tepuk kamu dan moda langsung ikutan modar
ada aja ya pemikiran mu Del 😆😆😆