Baron sudah muak dan mual menjadi asisten ayah kandungnya sendiri yang seorang psikopat. Baron berhasil menjatuhkan ayahnya di sebuah tebing dan berhasil melarikan diri. Di tengah jalan Baron tertabrak mobil dan bangun di rumah baru yang bersih dan wangi. Baron mendapatkan nama keluarga baru. Dari Baron Lewis menjadi Baron Smith. Sepuluh tahun kemudian, Baron yang sudah menjadi mahasiswa hukum kembali dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yg dulu sering dilakukan oleh ayah kandungnya. Membunuh gadis-gadis berzodiak Cancer. Benarkah pelaku pembunuhan berantai itu adalah ayah kandungnya Baron? Sementara itu Jenar Ayu tengah kalang kabut mencari pembunuh putrinya yang bernama Kalia dan putri Jenar Ayu yang satunya lagi yang bernama Kama, nekat bertindak sendiri mencari siapa pembunuh saudari kembarnya. Lalu apa yang terjadi kala Baron dipertemukan dengan si kembar cantik itu, Kama dan Kalia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapuh
Jenar Ayu berlari lebih kencang saat dia masih bisa menemukan punggung pria tinggi besar yang memakai topi baseball. Namun, tetap saja Jenar Ayu kalah cepat berlari dengan kaki pendeknya.
Jenar membungkukkan badan dengan napas tengah-tengah dan pandangannya dia edarkan ke seluruh penjuru basement. Jenar kemudian menegakkan badan lalu berkacak pinggang dan dengan masih mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru basement dia bergumam, "Dia hilang ke mana?"
Di saat itulah Jenar melihat di badan mobil yang berada tidak jauh dari tempat dia berdiri ada bayangan orang di belakangnya. Dengan sigap Jenar menarik kakinya ke belakang setengah lingkaran dan terhindar dari pukulan tongkat baseball.
Dengan gerakan lincah, Jenar yang mengantongi sabuk hitam DAN 9 Taekwondo, menendang pinggang orang yang bertopi baseball dan orang itu hampir saja memukul bagian kepalanya dengan tongkat baseball.
Pria yang Jenar curigai sebagai si pemburu zodiak cancer terjengkang ke samping lalu matanya tampak menyipit saat pandangannya mengarah ke Jenar Ayu, kemudian terdengar gema tawa orang itu saat orang itu menegakkan badannya.
Jenar bersiap dengan kuda-kuda andalannya, tetapi orang itu justru berbalik badan dengan cepat lalu berlari kencang sambil berteriak, "Aku menyukaimu dan aku pasti kembali mencarimu!"
Saat Jenar ingin berlari mengejar pria itu, lengannya ditahan oleh seseorang.
Detektif Akira langsung berkata saat Jenar menoleh ke dia, "Jangan dikejar!"
Jenar menarik kasar lengannya sambil berteriak kesal, "Tapi dia pelakunya. Aku yakin. Dia yang sudah membunuh Kalia"
"Anggota kepolisian sudah mengejarnya saat ini. Kita pulang saja menunggu kabar dari pihak kepolisian sambil mendiskusikan temuan kita. Dia berbahaya dan dia gila. Kalau kamu mengejarnya bisa-bisa kamu terbunuh dan kamu tidak bisa membalaskan dendam putri kamu"
Jenar menghembuskan napas kasar lalu menyemburkan kata, "Baiklah"
...♥️♥️♥️♥️...
Kama langsung melotot ke Baron, "Buruan cerita! Kamu udah makan tuh," setelah dia duduk berhadapan di meja paling pojok kafe milik ayah angkatnya Baron.
Baron mendengus kesal lalu berkata sambil mengunyah, "Ya elah Kam, baru juga satu gigitan, Kam"
"Buruan cerita!" Kama semakin melotot.
Baron merengut lalu meletakan garpu dan pisau steaknya. Angan Baro kemudian melayang ke pertemuan tidak sengaja dirinya dengan Kalia yang menggunakan nama dan identitasnya Kama. Setelah menghela napas panjang, Baron mulai bercerita, "Oke aku mulai cerita. Kalia ikut klub voli dan secara tidak sengaja bola voli yang di-smash Kalia waktu itu melesat keluar lapangan dan bola itu jatuh kena kepalaku. Itu awal perjumpaanku dengan saudari kembar kamu"
Kama sontak mengulum bibir menahan geli membayangkan kepala Baron terkena bola voli. "Kalau aku ada pas kepala kamu kena bola voli, aku pasti ngakak parah, pfftttt"
Baron mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Kamu ngetawain aku?"
Kama mengangguk puas, "Iya, pffttt!" Kama menutup mulutnya dengan telapak tangan untuk menahan tawanya.
"Kamu ngeselin"
"Kamu lebih ngeselin" Kama menjulurkan lidah ke Baron.
Baron menatap intens Kama dan membatin, gemes banget sih.
Kama sontak melotot ke Baron, "Jangan menatapku seperti itu kalau nggak mau aku colok pakai garpu ini"
"Kamu tahu nggak? Kalau kamu galak gitu kamu tambah cantik lho, sumpah!"
"Baron!" Kama makin melotot.
Baron terkekeh geli lalu berkata, "Aku boleh lanjutkan ceritanya"
"Iya, teruskan! Ngapain pakai ijin? Aku kan udah penasaran sejak tadi"
Baron kembali menghela napas panjang lalu berkata, "Saat aku mengaduh kaget, Kalia sontak berlari keluar lapangan untuk mengambil bola itu dan meminta maaf ke aku, tetapi Kalia berlari masuk kembali ke lapangan sebelum aku sempat mengajak Kalia berkenalan"
Saat Baron asyik bercerita, Kama curi-curi pandang dan membatin, dia kalau serius gitu tambah cakep, astaga ngapain aku muji dia cakep?
"Aku pengen ajak Kalia kenalan waktu itu tapi dia malah lari kembali masuk ke lapangan"
Kama memutar bola matanya jengah, "Dasar playboy, cih! Bilang pengen ngejar aku tapi cerita ke aku pengen kenalan sama Kalia"
Baron menaikkan kedua alisnya dua kali dengan ekspresi jenaka sambil berkata, "Jadi udah mau nih aku kejar?"
"Baron!!!!!" Geram Kama.
Baron kembali terkekeh geli, "Oke aku lanjutkan ceritaku"
"Aku jujur memang pengen ajak Kalia kenalan waktu itu"
"Kenapa pengen ajak Kalia kenalan waktu itu?"
"Ya, karena dia cantik dan keren banget main volinya"
"What?!" Kama membeliak kaget.
"Waktu itu, Kam. Itu karena kalian memiliki wajah yang sangat cantik"
"Dasar playboy! Bilang Kalia cantik lalu bilang aku juga cantik, cih!"
"Aku nggak playboy. Aku bilang kalian cantik, kan, kalian kembar. Wajah kalian sama. Aku nggak salah dong"
"Playboy itu pinter ngeles" Dengus Kama.
"Aku bukan playboy dan aku nggak ngeles, aku bicara jujur. Aku nggak pernah pacaran, Kam"
Kama kembali curi-curi pandang dan membatin, dia memang cakep dan keren banget. Badannya juga bagus. Tapi kenapa Kalia milih Bernard? Bernard juga cakep sih, tapi nggak macho kayak Baron.
"Kamu boleh nanya ke Kenzo. Aku beneran nggak pernah pacaran"
"Boong banget" Cibir Kama.
"Sumpah! Aku akan nelpon Kenzo sekarang juga" Baron menyemburkan protesnya dengan sangat serius.
"Ish! Nggak usah nelpon Kenzo! Kalau kamu klaim kamu bukan playboy, sekarang aku tanya sama kamu, jika Kalia masih hidup, kamu pilih aku apa Kalia?"
"Di dalam kamus kehidupanku nggak ada kata jika"
Kama mendengus kesal, "Dasar ngeselin"
"Ngeselin tapi cakep, kan?"
"Mana ada cakep. Kamu bukan tipe aku"
"Bukan tipe kamu tapi kenapa curi-curi pandang dari tadi?"" Baron mengulum bibir menahan geli.
Kama menunduk malu sambil menyemburkan, "Aku nggak curi-curi pandang jangan kepedean kamu!"
Baron terkekeh geli lalu berkata, "Iya, Oke baiklah kamu nggak curi-curi pandang. Aku lanjutkan nggak ceritanya?"
Kama sontak mendongak dan menyemburkan, "Lanjutkan dong!"
Baron terkekeh geli kembali dan berkata, "Oke, aku lanjutkan. Aku tidak pernah mengobrol dengannya sejak peristiwa kepalaku kena bola voli itu, tetapi terus terang aku terpana akan kecantikan Kalia, ah, tidak, nama dia adalah Kama waktu itu"
"Ish! Masih mau bilang bukan playboy?"
"Aku jujur memang aku terpana sama kecantikannya Kalia waktu itu, kok malah dikatain playboy. Kamu cemburu ya?"
"Mana ada cemburu, cih!" Kama kembali menunduk.
Baron kembali terkekeh geli.
"Dasar gila parah" Gumam Kama lirih.
"Bibir kamu komat-kamit, kamu ngomong apa?"
"Nggak ngomong apa-apa!" Kama mendengus kesal lalu menyesap jus jeruknya.
"Kalia suka nyanyi di kafe ini dan suka nyanyi juga di klub malam tempat di mana aku ketemu dia untuk yang ketiga kalinya sebelum dia hilang lalu......" Baron menghela napas panjang karena dia tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
Kama mengarahkan pandangnya ke Baron lalu bertanya, "Lalu, yang kedua kalinya kapan?"
"Yang kedua kalinya, emm, di depan toilet kampus yang ada di dalam perpustakaan lantai tiga"
"Di toilet perpustakaan? Kalia tidak suka pergi ke perpustakaan. Dia tidak suka baca buku"
"Entahlah kenapa dia bisa ada di toilet itu. Dia dibully dan......"
"Dibully? Nggak! Nggak mungkin dibully. Kalia itu anaknya aktif dan......."
"Dia tidak pinter dan dia jadian sama Presma Kampus, si Bernard itu"
"Hah?! Bernard Presma Kampus?"
"Iya"
"Tapi, kenapa Kalia tidak melawan saat dia dibully? Kalia itu bar-bar kalau di rumah. Dia sering melawan Mama dan Papa. Selalu berani melawan peraturan baik di rumah maupun di sekolahan"
"Mungkin karena dia berada di tempat asing, tanpa keluarga, karena dia nggak mungkin minta ditemani keluarganya. Penyamaran dia sebagai Kama bisa terbongkar kalau dia minta ditemani keluarganya, lalu cita-citanya jadi penyanyi bisa gagal ditambah lagi dia tidak menguasai semua mata kuliah, dia......."
"Kalia memang tidak menyukai hukum. Dia lebih menyukai seni" Potong Kama.
"Nah, itu yang bikin dia menjadi rapuh dan jadi bahan bully-an apalagi pas dia jadian sama Bernard"
"Dia jago voli dan jadi pacarnya Presma Kampus, tapi kenapa dia justru rapuh?"
"Jangan lupa kalau dia suka nyanyi di klub malam dan dia sering mabuk. Dia nggak ingin Kama dikeluarkan dari kampus, kalau sampai pihak Kampus tahu dia sering nyanyi di klub malam dan sering mabuk, dia akan dikeluarkan, Kama akan dikeluarkan dari kampus. Aku yakin itu yang membuat dia rapuh"
Kama menunduk sedih dsn bergumam, "Seharusnya aku tidak menyetujui idenya waktu itu. Jika aku tidak menyetujuinya, dia nggak akan meninggal"
"Itulah kenapa di kamus kehidupanku tidak ada kata jika. Kalau sudah terjadi ya terjadilah, kita tinggal perbaiki yang salah"
Kama mengangkat wajahnya dan tatapannya bertabrakan dengan tatapannya Baron.
Kama lalu berkata, "Antar aku ke klub malam itu"
"Nggak! Klub malam itu tidak boleh kamu kunjungi"
"Kenapa?"
"Karena di klub malam itu penuh hidung belang dan bad boy"
"Berarti kamu hidung belang dan bad boy juga"
"Aku?" Baron menunjuk dirinya sendiri dengan alis bertaut erat.
"Iya. Kamu tadi cerita kalau kamu ke klub malam itu dan ketemu sama Kalia"
"Aku ke sana karena temanku mabuk dan minta dijemput, tapi ternyata temenku udah dijemput ceweknya. Aku langsung balik ke mobilku"
"Kalau kamu nggak mau anter, aku akan nanya ke Cantika apa Adam dan minta mereka nemenin aku ke klub malam itu"
"Baiklah. Aku akan anter kamu ke sana tapi kamu harus pakai masker dan topi"
"Oke"
Dan sekali lagi ada sepasang mata yang memandang Kama dan Baron dengan tatapan tidak suka tanpa Kama dan Baron sadari.