Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.
Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.
Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12 Teknik Kultivasi
Langkah Wang Cheng perlahan berhenti saat ia mencapai kamarnya. Setelah menutup pintu, ia kemudian membuka menu sistem.
“Status.”
Seketika, layar merah darah transparan muncul di depan matanya. Huruf-huruf terukir jelas dalam rona gelap yang berkedip samar, seolah denyut jantung iblis bersembunyi di balik cahaya itu.
[SISTEM DEWA JAHAT - INTERFACE]
Nama: Wang Cheng
Usia: 18 Tahun
Jumlah Qi: 1000
Ranah: Tempering Qi tingkat 0
(Kekuatan: 10) (Kelincahan: 8) (Ketahanan: 11) (Kepintaran: 9)
Poin Kebencian: 380
Skill dimiliki: Mata Penilai Takdir(D)
Toko: - Terbuka -
Peningkatan Skill: -terbuka-
Wang Cheng menatap layar itu dalam diam. Ranahnya... masih berada di tahap paling awal—Tempering Qi Tingkat 0, sebuah tahap yang bahkan anak-anak keluarga kultivator bisa capai sebelum usia sebelas.
Ada beberapa cara untuk menaikkan ranah kultivasi: Menyerap Qi alam melalui meditasi, menggunakan batu spiritual, mengonsumsi pil, dan berbagai teknik kultivasi yang diturunkan oleh keluarga-keluarga tertentu.
Tapi semua itu… terlalu lambat.
“Aku tak punya waktu bertahun-tahun hanya untuk berkultivasi,” gumamnya lirih.
Dan seolah menjawab keresahannya, suara familiar kembali terdengar—dingin, menyeret, tapi menyimpan nada manis seperti racun madu.
"Aku punya solusi."
Wang Cheng memutar mata malas. “Akhirnya kau muncul lagi, mulut lebar.”
Mouth muncul seperti biasa di sebelahnya. Matanya penuh kelicikan sementara mulutnya melengkung seperti senyum yang terlalu lebar.
"Kau tahu... pemilik sistem sebelumnya juga pernah berdiri di titik ini. Lemah. Lambat. Tak berguna. Tapi setelah ia memilih satu teknik kultivasi… kekuatan datang seperti hujan di tengah musim paceklik."
Mouth menjentikkan jarinya, layar sistem mendadak berganti, memperlihatkan daftar item dengan satu nama yang bersinar merah darah:
> [Teknik Kultivasi Demon Level 1]
Harga: 1000 Poin → Diskon 10%: 900 Poin
Teknik rahasia yang memungkinkan pengguna menyerap energi negatif seseorang, ketakutan, kebencian, kemarahan, semuanya akan meningkatkan kecepatan kultivasi hingga 30% di level 1.
Mouth berseru dengan bangga: "Cepat, kuat, dan... penuh kebebasan. Dengan ini kau bisa meningkatkan ranahmu sembari mengumpulkan Poin Kebencian, menguntungkan, bukan?"
Wang Cheng diam. Matanya tak bergeming dari deskripsi Teknik Kultivasi Demon yang mencurigakan. Lalu ia menyeringai tipis.
“Kau pikir aku bodoh apa?”
Mouth langsung berhenti bergerak, tampak kebingungan sekaligus terkejut.
Wang Cheng menyilangkan tangan, bersandar di kursinya.
“Aku tidak sebodoh itu untuk dibutakan oleh angka presentase dan iming-iming cepat kuat. Teknik itu memang cepat, tapi juga meracuni. Sedikit demi sedikit, membuat pengguna kehilangan kendali, menjadi mesin pembunuh tanpa arah. Itu juga yang terjadi pada pemilik sebelumnya, kan?”
"I-Itu bukan kesalahan sistem. Dia hanya terlalu rakus!"
Mouth mencoba mengelak, namun Wang Cheng sama sekali tidak terpengaruh.
Teknik Kultivasi Demon memang cepat, namun itu juga mempengaruhi kinerja pikirannya menjadi lebih gelap dan tidak berperasaan. Pemilik sebelumnya juga merasakan ada sesuatu yang aneh dengan pikirannya, ia tidak lagi merasakan iba pada orang-orang, padahal awalnya dia adalah orang yang sangat baik.
Membuat setengah penduduk desa mati kelaparan? Itu juga efek psikologis dari Teknik Kultivasi Demon. Pada akhirnya, pemilik sebelumnya menyadari jika dia sudah menjadi monster sepenuhnya dan memutuskan untuk melakukan Pengorbanan Jiwa, semuanya demi penebusan dosa.
'Seperti namanya, sistem dewa jahat... Ini tidak hanya jahat pada orang lain, tapi juga pada penggunanya. Aku harus lebih waspada untuk memilih skill karena efek samping yang disembunyikan...'
Mouth tampak tidak senang. "Lalu apa masalahnya? Bukankah kau sama saja jahatnya walaupun tidak memilih teknik ini?"
"Kau salah tentang satu hal, mulut lebar. Kejahatan jika dilakukan secara tidak sadar bukankah itu tidak menarik? Aku tidak ingin menjadi orang jahat yang tidak bisa menikmati sensasi dari kejahatannya sendiri. Lagipula, aku sudah memutuskan teknik kultivasiku sendiri."
'Cih, bocah ini berbeda dengan pemilik sebelumnya. Dia terlalu pintar untuk ditipu,' batin Mouth jengkel.
"Lalu, apa yang kau pilih? Kau pikir ada teknik kultivasi yang jauh lebih kuat dari yang aku sarankan?"
Wang Cheng tersenyum kecil. "Tentu saja, tapi aku tidak mengatakan jika ini lebih kuat dari teknik kultivasi demon."
Wang Cheng bangkit dari kursinya, ia berjalan pelan kearah jendela dan menatap langit yang menjelang malam. "Untuk itu aku perlu mengumpulkan Poin Kebencian lagi, sebelum diskon sistem berakhir."
Mouth terdiam, entah kenapa ia bisa merasakan sesuatu yang buruk dalam niat Wang Cheng.
....
Malam menjelang di kediaman keluarga Wang.
Langit di luar jendela telah berubah kelam, dihiasi gugusan bintang yang samar, menyapu lembut atap-atap rumah dalam bayangan biru gelap. Suara dedaunan yang bergesekan perlahan bercampur dengan gemericik air dari kolam kecil di taman belakang, menciptakan suasana sunyi yang nyaris mendamaikan.
Di dalam kamar Wang Cheng, cahaya lentera menggantung dengan tenang. Uap hangat masih tersisa dari kamar mandi di belakang, menyelimuti ruangan dalam kehangatan samar.
Wang Cheng berdiri di depan cermin besar, tubuhnya hanya dibalut celana kain tipis berwarna hitam. Rambutnya yang basah jatuh berantakan ke dahi, sementara tetesan air menuruni garis rahangnya, melewati leher, lalu menyusuri dada dan perutnya yang berotot namun belum terlalu kekar.
Bentuk tubuh dari seseorang yang mulai menapaki dunia kekuatan, namun belum mencapai puncaknya.
Tok tok tok.
Suara ketukan halus terdengar. Tanpa berpaling dari cermin, Wang Cheng mengangguk pelan. “Masuk.”
Pintu terbuka perlahan. Lishan melangkah masuk dengan langkah ringan namun teratur.
Gaun pelayan berwarna biru gelap yang ia kenakan sedikit lebih elegan dari biasanya, mengikuti lekuk tubuhnya dengan lembut.
Rambutnya disanggul rapi, hanya beberapa helai terurai di pelipis, menambahkan kesan lembut dan... sedikit menggoda.
Ia ingin menutup pintu kamar begitu masuk, namun Wang Cheng menghentikannya.
"Tidak usah ditutup, aku butuh angin segar."
Lishan menurutinya, lagipula bukan hak seorang pelayan memprotes tuannya.
“Permisi, Tuan Muda,” ucapnya pelan sambil menunduk. Suaranya nyaris seperti bisikan yang larut dalam keheningan malam.
“Ada yang ingin kau sampaikan?” Wang Cheng masih belum berbalik, tatapannya masih tertuju pada cermin. Suara tenangnya terdengar lebih dalam dari biasanya, entah karena hawa malam, atau karena napasnya yang masih hangat sehabis mandi.
Lishan menggenggam tangannya di depan tubuh, ragu sejenak sebelum menjawab, “Saya hanya ingin memastikan, apakah Anda memerlukan sesuatu sebelum tidur.”
Sekilas, Wang Cheng mengamati bayangan Lishan dari pantulan cermin. Sorot matanya jeli, tapi tak menghakimi. Ia tahu sesuatu telah berubah pada pelayan ini.
“Kemarilah,”jawab Wang Cheng dengan tenang.
sering sering update Thor