NovelToon NovelToon
Debaran Hati

Debaran Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan mengenai Debby Arina Suteja yang jatuh cinta pada pria yang sudah beristri, Hendro Ryu Handoyo karena Hendro tak pernah jujur pada Debby mengenai statusnya yang sudah punya istri dan anak. Debby terpukul sekali dengan kenyataan bahwa Hendro sudah menikah dan saat itulah ia bertemu dengan Agus Setiaji seorang brondong tampan yang menawan hati. Kepada siapakah hati Debby akan berlabuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penuh Obsesi

Kegilaan Hendro terhadap Debby mencapai puncaknya. Penolakan Debby, kedekatannya dengan Agus, dan kemarahannya yang terus diabaikan, membuat Hendro semakin nekat. Otaknya dipenuhi obsesi untuk memiliki Debby sepenuhnya, dengan cara apa pun. Hari ini, ia merencanakan tindakan yang sangat berbahaya: penculikan.

Hendro sudah memantau aktivitas Debby beberapa hari terakhir. Ia tahu jam berapa wanita itu pulang kantor dan rute yang biasa dilaluinya. Sore ini, dengan mobil yang berbeda agar tidak dikenali, Hendro menunggu di sebuah jalan sepi tidak jauh dari kantor Debby. Jantungnya berdebar kencang, bercampur antara kegelisahan dan hasrat yang membara.

Tepat seperti yang ia perkirakan, Debby terlihat keluar dari gerbang kantor sendirian. Wanita itu berjalan menuju halte bus, tampak lelah setelah seharian bekerja. Ini adalah kesempatan Hendro. Ia segera menjalankan mobilnya perlahan, mengikuti Debby dari belakang.

Ketika Debby melewati jalan yang relatif sepi, Hendro memacu kendaraannya lebih cepat, memepet Debby, dan menghentikan mobilnya tepat di depannya. Debby terkejut dan mengernyitkan dahi melihat mobil asing itu tiba-tiba menghalangi jalannya.

Belum sempat Debby bereaksi, pintu mobil bagian belakang terbuka, dan dua orang berbadan tegap keluar dengan cepat. Mereka langsung menghampiri Debby.

"Ikut kami!" salah satu pria itu meraih lengan Debby dengan kasar.

Debby terkejut dan berusaha melawan. "Apa-apaan ini?! Lepaskan saya!" teriak Debby panik, mencoba memberontak. Namun, kedua pria itu terlalu kuat. Mereka menarik Debby paksa menuju mobil.

Debby terus meronta dan berteriak meminta tolong, namun jalanan saat itu cukup sepi. Ia mencoba mencengkeram tiang listrik di dekatnya, namun cengkeraman kedua pria itu terlalu kuat. Mereka berhasil menyeret Debby masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil, Hendro sudah menunggu dengan senyum licik di wajahnya. Debby semakin ketakutan melihat mantan kekasihnya itu. "Hendro! Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!" teriak Debby histeris, air matanya mulai menetes.

Hendro tertawa pelan. "Tenanglah, Sayang. Kamu akan bersamaku sekarang. Tidak ada lagi yang bisa memisahkan kita." Ia mengulurkan tangannya hendak menyentuh Debby, namun wanita itu menepisnya dengan kasar.

"Aku tidak mau bersamamu! Kamu gila!" bentak Debby, mencoba membuka pintu mobil, namun pintu itu sudah terkunci dari luar.

Hendro hanya tersenyum sinis. "Kita akan bicara baik-baik nanti. Sekarang, kita pergi." Ia memberi isyarat kepada kedua anak buahnya, dan mobil itu pun melaju dengan cepat meninggalkan tempat itu. Debby hanya bisa menangis dan berteriak dalam keputusasaan, menyadari bahwa ia kini menjadi tawanan obsesi gila Hendro. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya selanjutnya. Ketakutan yang selama ini ia rasakan kini menjadi kenyataan yang mengerikan.

****

Keluarga Naura kini harus menghadapi kenyataan pahit di rumah kontrakan mereka. Setelah terusir dari desa, mereka berharap bisa menemukan ketenangan di tempat baru ini. Namun, kedamaian itu kembali terancam oleh ulah Fathia. Dendam sepupu Naura itu rupanya belum padam.

Fathia yang mengetahui keberadaan Naura di kota tersebut, kembali melancarkan aksinya. Ia mencari informasi tentang pemilik rumah kontrakan yang ditinggali Naura dan keluarganya. Dengan bakat menghasut yang dimilikinya, Fathia berencana untuk membuat Naura dan keluarganya kembali terusir.

Suatu siang, Fathia mendatangi rumah pemilik kontrakan, seorang ibu paruh baya bernama Bu Ratih. Dengan wajah dibuat-buat prihatin, Fathia mulai bercerita tentang Naura.

"Maaf, Bu Ratih, saya tetangga Naura di desa dulu," kata Fathia dengan nada sopan namun penuh intrik.

Bu Ratih yang sedang menyiram tanaman di halaman menoleh. "Oh, iya, ada apa, Mbak?"

"Saya hanya merasa kasihan sama Ibu. Ibu tahu kan, Naura itu punya reputasi yang kurang baik di desa kami?" Fathia memulai hasutannya dengan hati-hati.

Bu Ratih mengerutkan kening. "Kurang baik bagaimana maksudnya, Mbak?"

"Begini, Bu. Dulu di desa, banyak sekali desas-desus miring tentang dia. Bahkan, banyak warga yang percaya kalau dia itu membawa sial. Makanya mereka diusir dari sana," lanjut Fathia dengan nada meyakinkan.

Bu Ratih tampak terkejut. "Diusir? Kenapa bisa begitu?"

'Ya itu, Bu. Banyak kejadian aneh setelah dia tinggal di sana. Warga jadi resah. Saya khawatir, kalau Ibu membiarkan mereka tinggal di sini, nanti dampaknya bisa ke lingkungan sini juga," ujar Fathia, mencoba menakut-nakuti Bu Ratih.

Bu Ratih tampak berpikir. Ia memang belum terlalu mengenal Naura dan keluarganya. Mendengar cerita dari orang yang mengaku tetangganya di desa membuatnya jadi sedikit khawatir.

Fathia terus melancarkan aksinya. Ia menambahkan bumbu-bumbu cerita yang membuat Naura terlihat semakin buruk. Ia mengatakan bahwa keluarga Naura sering membuat masalah di desa dan tidak menghormati adat istiadat setempat.

"Saya cuma kasihan sama Ibu. Jangan sampai Ibu menyesal nanti karena sudah menerima mereka di sini," kata Fathia dengan nada akhir yang dibuat-buat khawatir.

Setelah mendengar cerita Fathia, Bu Ratih jadi merasa tidak nyaman. Ia mulai berpikir untuk meminta Naura dan keluarganya pindah. Meskipun mereka terlihat sopan dan tidak pernah membuat masalah selama tinggal di kontrakannya, cerita Fathia membuatnya jadi waspada.

Fathia tersenyum licik dalam hati. Rencananya berjalan lancar. Ia akan terus menghasut Bu Ratih hingga wanita itu benar-benar mengusir Naura dan keluarganya. Baginya, melihat Naura menderita adalah kepuasan tersendiri. Dendamnya yang sudah lama ia pendam kini perlahan mulai terbalaskan. Ia tidak akan berhenti sampai Naura benar-benar hancur dan tidak memiliki tempat untuk berlindung. Sementara itu, Naura dan keluarganya yang sedang berusaha membangun kembali kehidupan mereka di tempat baru, tidak menyadari adanya ancaman baru yang sedang diatur oleh sepupu yang penuh dengki itu.

****

Debby terbangun dengan kepala terasa pening dan mulut terasa kering. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan asing, dengan dinding kayu dan jendela yang tertutup rapat. Tangannya terikat di belakang kursi yang ia duduki. Rasa panik langsung menyeruak dalam dadanya. Ia ingat dengan jelas bagaimana dua orang pria menariknya paksa masuk ke dalam mobil setelah ia keluar dari kantor.

Hendro! Pasti ini ulahnya.

Debby mencoba memberontak, menarik-narik tali yang mengikat tangannya, namun percuma. Ikatan itu terlalu kuat. Ia menoleh ke sekeliling ruangan, mencari celah untuk melarikan diri, namun tidak ada. Pintu kayu terlihat kokoh, dan jendela pun tertutup rapat dengan gorden tebal.

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka, dan Hendro masuk dengan senyum puas di wajahnya. Di tangannya tergenggam nampan berisi makanan dan minuman.

"Selamat pagi, Sayang," sapa Hendro dengan nada dibuat-buat lembut. "Sudah bangun?"

Debby menatap Hendro dengan tatapan penuh amarah dan jijik. "Lepaskan aku, Hendro! Kamu gila!" bentak Debby.

Hendro tertawa pelan. "Tenanglah, Debby. Sekarang kamu aman bersamaku. Di sini, tidak ada yang bisa memisahkan kita." Ia meletakkan nampan di meja kecil dekat Debby.

"Aku tidak mau bersamamu! Kamu penculik!" teriak Debby lagi, suaranya bergetar karena ketakutan.

"Aku melakukan ini karena aku mencintaimu, Debby. Aku tidak bisa membiarkanmu bersama pria lain," jawab Hendro dengan nada posesif. Ia mendekati Debby dan mencoba menyentuh pipinya, namun Debby memalingkan wajahnya.

"Cinta katamu? Ini bukan cinta! Kamu sakit!" desis Debby.

Hendro menghela napas. "Kamu hanya belum mengerti perasaanku, Debby. Tapi nanti, kamu pasti akan mengerti." Ia kemudian menyodorkan makanan ke arah Debby. "Makanlah dulu."

Debby menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku tidak akan makan apa pun darimu!"

Hendro menghela napas lagi. "Terserah kamu. Tapi kamu tidak bisa terus seperti ini." Ia kemudian duduk di kursi lain, terus menatap Debby dengan tatapan penuh obsesi.

1
kalea rizuky
klo ortu agus gk bs nrima ywda
kalea rizuky
lanjut
Serena Muna: terima kasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!