Sebuah novel romansa fantasi, tentang seorang gadis dari golongan rakyat biasa yang memiliki kemampuan suci, setelahnya menjadi seorang Saintes dan menjadi Ratu Kekaisaran.
Novel itu sangat terkenal karena sifat licik dan tangguhnya sang protagonis menghadapi lawan-lawannya. Namun, siapa sangka, Alice, seorang aktris papan atas di dunia modern, meninggal dunia setelah kecelakaan yang menimpanya.
Dan kini Alice hidup kembali dalam dunia novel. Dia bernama Alice di sana dan menjadi sandera sebagai tawanan perang. Dia adalah pemeran sampingan yang akan dibunuh oleh sang protagonis.
Gila saja, ceritanya sudah ditentukan, dan kini Alice harus menentang takdirnya. Daripada jadi selir raja dan berakhir mati mengenaskan, lebih baik dia menggoda sang duke yang lebih kejam dari singa gurun itu. Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Alice Mabuk
Di sela-sela sarapan Alice dan Lucian, akhirnya Alice buka suara perihal apa yang mengganjal di hatinya setelah para pelayan meninggalkan mereka.
“Lucian, sebenarnya sampai kapan?” tanya Alice. Lucian sedikit kebingungan.
“Sampai kapan?” beo Lucian. Alice mengangguk pelan dan mengangkat wajahnya. Nampak semburat merah menghiasi kedua pipinya.
“Apa Anda tidak ada keinginan untuk kita tidur sekamar? Hem... mungkin di sini tidak sama dengan di tempat saya dulu. Namun di tempat saya, suami istri harus tidur satu kamar.” Malu sudah Alice saat itu, benar-benar kali ini Alice menyumbat urat malunya sendiri.
“Sungguh? Ah, maksud saya, apa Anda tidak keberatan?” tanya Lucian gugup. Kini dia tiba-tiba merasa kenyang.
“Bukankah kita suami istri? Ya, meski belum melakukan sumpah. Tapi secara legal kita ini pasangan.” Alice merasakan wajahnya sudah sangat panas saat itu.
“Kita akan menikah besok di hadapan dewa, bila itu yang Anda inginkan. Jangan cemaskan apa pun, biar saya yang mempersiapkan segalanya.” Lucian hendak bangkit dari duduknya.
“Anda mau ke mana?” Alice menghentikan lengan Lucian saat melihat pria itu hendak melangkah pergi.
“Saya akan mempersiapkan pernikahan kita.” Jelas sudah wajah Lucian yang merona. Alice membelalakkan matanya. Nampaknya kini yang tengah dimabuk cinta bukan hanya Alice, namun juga Lucian.
Padahal, realitanya di dunia modern Alice sudah pernah berpacaran dengan berbagai orang. Bahkan wajah mereka rata-rata di atas standar. Namun, Lucian itu berbeda. Dia adalah satu-satunya pria yang membuat Alice merasa nyaman dan juga merasa dimiliki.
“B-baiklah, nanti malam apa Anda bisa menginap di kamar saya?” tanya Alice gugup.
Blush!
Wajah Lucian akhirnya merona hebat. Alice tak ingin kehilangan kesempatan emas untuk semakin membuat Lucian merona.
Alice bangkit dari duduknya. Dia mendekat ke arah Lucian dengan sangat perlahan. Wajahnya mendekat ke arah pipi Lucian.
Cup!
Satu kecupan meluncur gratis di sana. Seketika Lucian memalingkan wajahnya dan akhirnya Alice hanya terkekeh dan tersenyum saat Lucian pergi tanpa sepatah kata pun.
Alice menikmati hidupnya saat ini. Dia mengusap gelang di tangannya. Hatinya amat berterima kasih atas berkah tak ternilai yang kini dia miliki. Kehidupan yang tidak pernah dia impikan sebelumnya, namun berhasil membuat dirinya dapat bangkit dan berdiri sendiri.
“Saya akan mewujudkan keinginan Anda, teman.” Alice mengusap gelangnya dan menyudahi sarapannya.
Setelah sarapan, Alice bekerja seperti biasanya. Namun, di luar kastil nampak kesibukan kini tengah dilalui oleh Lucian dan para kesatria.
“Tolong bunganya ditata dengan baik!” teriak Lucian lagi pada seorang tukang kebun yang juga ikut bekerja ekstra.
Sejenak Alice memperhatikan Lucian. Pernikahan yang disiapkan sendiri oleh sang mempelai pria. Sungguh luar biasa, pikir Alice. Bahkan gaun untuk pernikahan saja sudah siap di kamar Alice dengan ukuran yang pas, seolah semuanya memang sudah direncanakan dengan sangat matang.
Para warga yang mendengar bila Duchess mereka akan bersumpah di hadapan dewa bersama dengan Duke mereka, akhirnya mulai berbondong-bondong menghias jalanan kota.
Libur ditetapkan selama tiga hari. Para pekerja diperbolehkan beristirahat, kecuali para pengawas yang akan bekerja saling bergantian.
.
.
Malam akhirnya tiba, Alice menikmati segelas anggur dan memandangi gaun putih yang ada di hadapannya. Perasaan aneh namun nyata itu sekali lagi membuat hati Alice menghangat.
“Alice?” Lucian masuk perlahan tanpa mengetuk pintu. Alice tersenyum dan menatap Lucian yang nampak baru saja mandi.
“Aku tidak berencana melakukan itu malam ini, karena besok akan sibuk. Tapi bukan berarti kamu tidak tampan, ya…” Alice nampak mabuk, sedangkan Lucian yang mencium aroma anggur dari mulut Alice hanya terkekeh dan mengangkat tubuh Alice setelah meletakkan gelas kosong yang semula dipegang Alice.
“Apa saya benar-benar tampan?” Lucian berani, karena Alice saat itu tengah mabuk.
“Ya, kamu pria paling tampan. Lucian, sayang… cium aku doang, aku di dunia nyata tuh cantik banget loh… hik…” Alice mulai melantur. Lucian terkekeh dan mengecup kening Alice sekilas.
“Sekarang tidurlah, Anda sangat curang.” Lucian merebahkan tubuh Alice, namun Alice tak melepaskan Lucian begitu saja.
“Ayo tiduri aku saja, kamu mau, kan? Hahaha…” Tawa ala orang mabuk itu kini keluar dari mulut Alice.
“Bukankah Anda sendiri yang berkata tak ingin melakukan itu malam ini?” Alice kembali tertawa-tawa tidak jelas dan mengecup bibir Lucian.
“Kamu pasti tidak berani, kan?” Alice melepaskan tali penyangga baju tidurnya. Lucian dengan cepat menggelengkan kepalanya dan menyelimuti tubuh Alice dengan selimut.
“Jangan aneh-aneh dan tidurlah.” Lucian tidur di samping Alice, dan benar saja. Saking telernya Alice, kini dia juga ikut tertidur.
.
.
Pagi akhirnya tiba, Alice membelalakkan matanya selebar-lebarnya. Dia menatap sekeliling dan akhir tatapannya jatuh pada Lucian. Kini tubuh bagian atas Alice sudah tak mengenakan apa pun.
“Lu-ci-an!!!” pekik Alice mencubit tangan dan perut pria di hadapannya itu.
“Ssssst, Alice kenapa?” Lucian langsung terbangun dan menatap wajah merah Alice yang baru bangun tidur.
“Apa yang Anda lakukan pada saya? Anda tidak bisa sabar hanya semalam saja? Aku akan kasih kok, tapi kan kita belum sumpah. Melakukan janji suci juga penting!” cerca Alice dengan pipinya yang kembang kempis saking kesalnya.
“Apa maksud Anda?” Lucian bangkit dari tidurnya.
“Maksud saya, Anda sudah mengambil kesucian saya saat saya mabuk, bukan?” tuduh Alice. Lucian langsung mencubit hidung Alice.
“Anda kan istri saya, bukankah itu wajar? Anda yang sangat sering menggoda saya, apakah wajar bila saya tidak tergoda? Namun, untunglah kesabaran saya tak terbatas pada diri Anda, Alice.” Lucian terkekeh hambar dan turun dari ranjangnya.
“Apa maksud Anda?” Alice melihat bagian bawah tubuhnya masih utuh. Tak ada tanda-tanda malam pertama seperti yang dibayangkan oleh Alice.
“Ayo bangunlah, kita harus bersiap, bukan?” Lucian yang merasa tak berdosa mengulurkan tangannya. Seketika rasa malu menyeruak memenuhi hati Alice.
Sudah menuduh yang tidak-tidak, kini dia justru malu sendiri karena nyatanya Lucian tetaplah Lucian. Dia akan tetap dengan prinsipnya sesulit apa pun dia menahan hasratnya.
“A-Anda duluan saja, saya akan bersiap dibantu pelayan.” gumam Alice. Lucian akhirnya mengangguk patuh dan masuk ke dalam kamar mandi. Senyum terukir di wajah Lucian. Dia tak menyangka bila Alice akan melakukan hal menggemaskan seperti itu di pagi hari.
Sedangkan Alice buru-buru membenarkan pakaiannya. Hari ini adalah hari yang amat sakral untuk dirinya dan juga Lucian. Dia tak ingin kehilangan momen berharga di pagi hari. Dan dia juga harus bersiap untuk menyambut kehidupan barunya, sekaligus tantangan barunya.
Protagonis wanita kini mungkin sudah muncul di Ibu Kota dan tengah menjadi pembicaraan hangat. Dia juga akan segera diangkat menjadi seorang Saintes oleh Kuil Dewa dan menjadikannya sebagai wanita suci. Namun karena Raja amat menyukai Saintes itu, pada akhirnya tak merelakan dia tinggal di Kuil Dewa dan memintanya tinggal di Istana.
Ironis sekali, seorang Saintes seharusnya memikul penderitaan yang dirasakan orang-orang. Membantu mereka yang membutuhkan dan menjadi teladan bagi para bangsawan. Iris justru hidup mewah, serba berkecukupan, menggunakan siasat licik untuk menghukum bawahan, dan juga menyalahgunakan kemampuannya hanya untuk menolong Raja saja.
...KATA KATA HARI INI...
..."Kadang, cinta hadir tanpa suara, tapi membuat gema paling nyaring di dalam dada."...
^^^Uhuk!^^^
...By. Nuah...