Warning
Harap Bijak dalam membaca!
Seorang Mafia Kondang yang tidak percaya menemukan seorang gadis yang terdampar di pulau pribadi miliknya dalam keadaan masih hidup. Namun masalah muncul ketika ia tidak tahu siapa gadis itu karena dia hilang ingatan setelah pengalaman tragis dialaminya.
Disisi lain Pria Mafia itu akan dijodohkan dengan wanita pilihan ayah nya, yang jelas dia akan menolak nya karena pekerjaan yang terlalu beresiko.
Nasib gadis terdampar itu mengalami hal buruk karena tak sengaja bertemu pria mafia itu.
Bagaimana dia akan menemukan kembali ingatan nya? Dan bagaimana pria mafia itu apakah menerima perjodohan nya atau dengan pertumpahan darah?
Silahkan baca disini yaa^^
OrchidCho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
...Budidayakan Like/Vote sebelum membaca, cerita ini hanya fiksi untuk hiburan semata ^^...
...Happy Reading!...
...⋋*。・✿・。*⋌...
Tatapan Alice tertuju kelapa yang berbekas pukulan logam besi dari alat pemadam.
Dari depan pintu Zac melihat arah jauh pada Alice yang sedang berbicara sendiri.
"Pukulan nomor 1 atau 2 yang lebih dulu" monolog Alice yang mengambil kelapa tersebut memeriksa apa benar luka nya.
Zac yang penasaran apa yang dilakukannya pun mendekat.
Yang jelas Ia mulai teringat alat apa yang membuat kepalanya hilang ingatan hebat adalah alat pemadam.
"Aku salah pertanyaan.. Siapa yang melakukan nya padaku.. Kenapa? Aku salah apa?" Monolog lagi Alice yang masih melihat kelapa tersebut.
Ia hanya frustasi karena tidak bisa mengingat. Satu-satu nya yang tersisa siapa dirinya adalah kalung yang Ia pakai.
Alice menggigit bibir dalamnya lalu membanting kelapa itu ke pasir.
Buk
Lalu mengambil alat pemadam, Ia mengayunkannya ke kelapa tersebut memukul dengan brutal.
Dang.. Daangg
Daaang
"Aaarrrgghhh" Frustasi Alice ia luapkan begitu saja.
Hantaman dengan alat pemadam itu membuat Zac kaget, Ia semakin mendekat ke Alice.
Belum puas Alice berkali-kali memukul kelapa tersebut.
Dang
Sampai kelapa tersebut menggelinding ke segala arah, Alice tetap memukul dengan alat pemadam.
"Hentikan" sahut Zac.
Karena dipasir membuat pergerakkan Alice terasa sulit dan lelah, Ia pun berlutut ke pasir dengan ngos-ngosan.
"Jangan terlalu menyalahkan dirimu, kecelakaan yang menimpamu tidak ada yang berharap itu terjadi tapi kau harus menerima karena takdir, kau bisa memulainya kembali" ujar Zac.
Alice hanya terduduk dipasir, dan menatap kosong.
"Masuklah.. Chris sudah memaafkan mu, tidak ada salahnya untuk belajar dari hal-hal kecil" saran Zac yang sangat baik pada Alice.
"Sudah kuduga.. Kalian sangat baik padaku, pada orang asing yang tidak bisa mengingat nama dan hidupnya" satu tetes air mata mengalir bebas dipipi mulus nya.
Ia mengelap pipinya.
"Aku hanya frustasi dengan keadaan ku, tapi.. Aku masih ingat pria yang kusuka, aku tidak tahu kapan.. Aku ingat saat SMA.. Aku sering datang ke fansign nya" jelas Alice.
"Itu bagus, kau bisa memulainya dari pria yang kau suka itu, barangkali kau bisa mengingat keluarga mu dari nya" Zac memberikan semangat.
"Baik" senyum Alice lalu ia bangkit dengan membawa alat pemadam.
Dari kamar Chris, ia dengan teropong kecil melihat nya mereka sedang mengobrol bahkan Chris melihat semuanya, tapi tidak dengan apa yang mereka bicarakan.
Diluar depan pintu kamar Chris, Alice agak ragu untuk mengetuk nya atau tidak, apalagi setelah membuatnya kesal berkali-kali.
"Masuklah" sahut dari dalam padahal Alice belum mengetuk nya.
Akhirnya Alice pun masuk masih dengan alat pemadam ditangannya. Melihat Chris yang selesai ber telfon.
"Besok sudah ku suruh pelayan untuk datang lagi, pastikan kau benar-benar belajar dari mereka" perintah Chris.
"Kali ini aku biarkan, aku akan memahami keadaan mu" lanjut Chris.
Alice tidak menjawab ia memperlihatkan alat pemadam kebakaran pada Chris.
"Kau merusak tabung pemadam kebakaran??. Lihat ini penyok.. Harga nya mahal" omel lagi Chris melihat tabung itu penyok padahal isi nya juga masih ada.
"Aku ingin menunjukkan, ingatan ku yang baru ingat hanya sedikit" jelas Alice.
"Lalu? Kau merusaknya?" Tuduh lagi Chris.
Alice menurunkan tangannya yang memegang tabung.
"Benda ini, yang membuat ku hilang ingatan, kepala ku.. Paangg.. Seperti itu" ungkap Alice yang mendalami ingatannya bahkan suara yang teringat di telinga nya.
"Jadi benda ini menghantam kepalamu?? Siapa yang melakukannya?" Tanya Chris yang memancing kembali ingatan Alice.
"Iya. Itu aku juga belum ingat. Intinya hanya itu ingatan ku yang kembali, mungkin itu adalah ingatan yang paling menyakitkan bagiku, sebab itu ingatan nya muncul bukan nama ku" nunduk Alice seandainya ingatannya kembali pulih. Terlihat sedih, Chris merasa hari ini selalu memarahinya.
"Itu bagus, artinya kondisi mu makin membaik, secara perlahan ingatanmu kembali" Meski tak ingin menunjukkan perhatian, Chris tetap berusaha memberikan saran.
"Tidak. Aku takut" jawab Alice yang masih menunduk.
"Kau Takut?" Ulang Chris.
Alice tanpa sadar ia menangis sambil memeluk alat pemadam. Karena banyak asumsi dipikirkan nya.
"Bagaimana jika Aku orang jahat?? Karena itu, orang memukulku? Bukankah lebih baik ingatan ku tidak pernah kembali" Ucap Alice yang melihat Chris dengan lelehan air matanya.
"Kau yakin?" Tanya Chris.
"Aku juga khawatir, bertanya-tanya apa salah ku? Kenapa begitu? Merasa frustasi..Tapi jika aku kembali sekarang aku akan menjadi sasaran empuk karena tidak ada yang kuingat. Sebab itu aku takut" terang Alice menatap Chris.
"Kenapa takut, saat melakukannya kau tidak merasa bersalah, kalau begitu tinggal Terima hukuman" jawab Chris memang tidak membantu, namun Chris mengatakan fakta. Jika berbuat salah ya pasti akan dihukum. Alice terdiam seribu bahasa.
"Kau sudah menulis nya?" Tanya lagi Chris.
"Sudah" singkat Alice.
"Good.. Sekarang bersihkan tubuhmu dan istirahat" perintah Chris yang kembali meneruskan pekerjaan nya.
"Aku... Benar-benar minta maaf atas dapurmu, aku tidak bermaksud membakar dapurmu" sesal lagi Alice.
"Aku tahu, pergilah" menaruh beberapa dokumen dimejanya.
Alice mengangguk lalu keluar dengan membawa alat pemadam, Chris melirik nya yang belum sampai pintu.
"Hey.. Tunggu" sahut Chris lalu menghampiri Alice yang berhenti.
"Berikan padaku" mengambil alat pemadam ditangan Alice.
"Istirahat lah" lanjut Chris yang balik ke meja kerja nya.
Alice hanya diam dan keluar dari kamar Chris, lalu menuju kamarnya tepat disebelah kamar Chris.
Rumah ini ada 3 lantai, lantai paling atas untuk peralatan Gym, game, bahkan jacuzzi ada.
Kamarnya ada di lantai dua, tak hanya kamar di lantai dua juga ada ruang tamu, tempat bersantai.
Didalam kamar Alice ia terduduk dikursi nya, ia menatap cermin terpantul wajah nya disana, dan mengingat-ingat namanya.
Ia sudah mencoba beberapa kali namun belum ada yang ingat, Ia pun meminum obat yang dibagi oleh Chris tanpa makan malam.
Segera membersihkan tubuhnya yang lengket, tak lama pun ia bersiap tidur.
Jika malam hanya lampu luar yang menyala, lampu kamar bahkan dimatikan, lampu tengah pun yang nyala hanya lampu gantung yang besar.
Saat Alice tengah tertidur, dalam tidurnya ia terlihat gelisah, bahkan pelipisnya terlihat berkeringat.
Diluar lantai dua ruang santai, ada anak buah Chris yang sedang melakukan tugasnya membungkus sesuatu bubuk.
"Kau memaafkan nya?" Tanya Zac yang mengelap senapan miliknya.
"Kau yang menyuruhku" tutur Chris yang memeriksa senapan ditangannya.
"Seandainya.. Jika dia mata-mata? Apa yang akan kau lakukan? Itu bisa saja" Tanya Zac.
"Aku akan mengawasi nya, jika dia terbukti mata-mata.. Akan ku bunuh dengan kedua tangan ku" terang Chris yang selesai memeriksa senapan nya.
Klekk
Didalam kamar Alice gelisah dalam mimpinya.
Matanya terpejam didalam air yang banyak, tubuhnya makin turun ke dalam kegelapan. Mata Alice terbuka hanya kegelapan didepan matanya, merasakan tubuhnya yang terus turun ke paling dasar kegelapan.
Ia melihat kebawah lagi-lagi hanya gelap yang terlihat, Ia tidak bisa bernafas, nafasnya tercekat Ia memegang lehernya tidak ada udara masuk.
Ia berteriak meminta tolong, namun tidak ada yang mendengar nya, berenang ke atas pun Ia merasa terus kebawah.
Tiba-tiba Alice membuka matanya, nafasnya terengah-engah dengan berat.
"Hhh..hhh"
Ia terduduk memegang lehernya barusan mimpinya seperti terasa nyata.
...灬。•☆•。灬...
...Jangan lupakan tinggalkan jejak ya~...
...OrchidCho...