Karena Fitnah Ibu Mertua ku, rumah tangga ku berantakan. Dia tega memfitnah dan menghadirkan orang ketiga di dalam rumah tangga ku.
Aku tak tahu, kenapa ibu mertua jadi kejam seperti ini, bahkan bukannya dia yang meminta agar aku dan Mas Doni segera menikah.
Ada apa ini?
Bagaimana nasib rumah tangga ku?
Siapa yang akan bertahan, aku atau ibu mertua ku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pisah Ranjang
Sepanjang perjalanan menuju kantor, Sindy dan Doni terlihat seperti orang asing. Tak ada pembicaraan apapun diantara mereka.
Sindy juga enggan memulai pembicaraan terlebih dahulu karena Doni yang masih saja cemberut.
Tiba di gedung tersebut, keduanya keluar dari mobil. Sindy dan Doni menghampiri gedung dengan bergandengan tangan. Namun masih terlihat wajah kesal Doni saat itu, meski ia mencoba untuk tersenyum kepada semua orang yang tersenyum dan menyapanya.
"Selamat sore pak Doni," sapa salah seorang pria ketika berhadapan dengan Doni.
"Selamat sore juga Pak Maman."
Pak Maman melihat wanita cantik yang mengenakan kerudung pink di samping Doni.
"Ini istri anda?" tanya Pak Maman pria berumur 40 tahun itu.
"Iya perkenalkan ini istri saya, Sindy."
Pak Maman dan Sindy saling melempar senyum sekilas.
"Maaf ya Pak Doni Saya tidak sempat menghadiri pernikahan anda."
"Tidak apa-apa Pak, lokasi rumah istri saya juga jauh banyak kok rekan-rekan yang tidak bisa hadir."
Tak hanya dengan Pak Maman, Doni juga berbicara bahkan bercanda dengan rekan-rekannya yang lain.
Doni terlihat ramah terhadap rekan-rekan, tapi tidak dengan istrinya.
Selama acara itu, tak ada obrolan sepatah kata pun dari keduanya. Doni sibuk mengobrol dengan rekan kerjanya, sementara Sindy hanya diam menunggu dan duduk di salah satu meja yang ada di sudut ruangan bersama dengan para istri dari karyawan yang lain.
Hingga acara selesai dan mereka kembali pulang ke rumah,tak ada pembicaraan apapun di antara mereka.
Waktu menunjukkan pukul 07.00 malam. Sindy dan Doni tiba di rumah.
Setelah membuka pintu mobil, Doni langsung keluar dari mobil dan berjalan sendiri memasuki rumah meninggalkan Sindy di belakangnya.
Dari arah jendela bu Misye mengintip. Melihat wajah Doni yang tampak kesal dan tampak acuh terhadap Sindy. Bu Misye kembali tersenyum menyeringai.Bu Misye menghampiri Doni di depan pintu.
"Doni!"
Langkah cepat Doni itu terhenti.
"Kamu Kenapa Nak?" tanya Bu Misye.
"Lagi kesel saja Ma."
Sejak awal Doni memang cemburu pada Sahrul, maklum saja wajah Sahrul memang lebih tampan dan lebih muda darinya.
"Ada apa Doni, kamu beritahu Mama, Siapa tahu mama bisa membantu kamu memecahkan masalah kamu."
Bu Misye melirik ke arah Sindy yang memasuki rumah.
"Masalah Cindy dengan Sahrul ya?" Bisik Bu Misye.
Doni mendelikkan matanya ke arah bu Misye.Sambil bertanya "Kok mama tahu?"
Bu Misye dan Doni membiarkan Sindy melewati mereka. Sindy yang sudah lelah langsung berjalan menuju tempat tidur tanpa menghiraukan kedua ibu dan anak itu.
"Tahu dong, bukan rahasia umum lagi."
'"Maksud Mama apa?"tanya Doni penasaran bercampur cemburu.
Bu Misye bersedekap.
"Mama itu sudah lama curiga tentang hubungan mereka. Tapi mama memang sengaja menyuruh Sindy untuk mengantar minuman itu, Karena Mama tahu apa yang mereka lakukan di belakang kamu, jadi Mama ingin kamu melihat mereka dengan mata kepalamu sendiri. Makmum sajalah, kalau mama sendiri yang bilang, kamu pasti nggak akan percaya, kamu pasti lebih percaya pada istri kamu kan? Nanti mama kamu bilang fitnah lagi."
"Jadi Sindy dan Sahrul…?"kata-kata Doni terputus.
"Iya mereka ada hubungan khusus." Bu Misye menginterupsi.
Kaget dan kecewa reaksi yang tertangkap dari wajah Doni.
"Mama tahu, kenapa nggak bilang ma," lirih Doni menahan sesak di dadanya. Bola mata Doni perlahan memerah.
"Mama sudah bilang kan Doni, kamu pasti nggak akan percaya jika mana yang mengatakannya. Untungnya Mama itu punya bukti-bukti tentang kedekatan mereka."
"Bukti apa Ma?"tanya Doni.
"Sini, kamu ke kamar Mama."
Bu Misye menarik tangan Doni kemudian mereka berjalan menuju kamar Bu Misye.
Setibanya di kamar, Bu Misye memperlihatkan semua foto-foto kebersamaan Sindy dan Sahrul.
Bola mata Doni membelalak membulat dengan sempurna ketika melihat foto-foto di galeri handphone Bu Misye.
Ada Sindy dan Sahrul memasuki kamar secara bersama,ada juga foto Foto keduanya yang terlihat sedang ngobrol di depan pintu kamar mandi.
Sesak seketika terasa di dada Doni
"Jadi mereka sudah sejauh itu ma? Kenapa Mama membiarkan Sahrul masih tinggal di sini?" tanya Doni dengan suara parau menanhan tangisnya.
"Ya karena ini bukan kesalahan Sahrul, tapi istri kamu itu yang menggodanya, memancing mancing Sahrul untuk berada berdua di kamarnya. Kucing kalau dikasih ikan mana mungkin bisa nolak, apalagi kalau ikan nya gratis. "
Doni terdiam dengan perasaan yang bergemuruh di hatinya.
"Sindy aja gak sadar diri. Ngak tahu di untung. Tapi kamu tenang saja, mama sudah pecat itu si Sahrul. Jadi mereka gak bisa berbuat bebas di rumah ini."
Doni terduduk di atas tempat tidur Bu Misye, karena Syok ia sampai tak bisa menahan berat tubuhnya.
"Doni harus bagaimana Ma, Doni gak mau rumah tangga Doni berantakan. Doni hanya cinta sama Sindy."
"Yah semua terserah kamu Doni. Kalau kamu masih mencintai
Sindy kamu Maafkan saja dia, Siapa tahu dia berubah kan? Kamu beri saja dia pelajaran dengan mengacuhkan nya. Jika dia sudah sadar dan meminta maaf, serta berjanji tidak mengulangi kesalahannya lagi, baru kamu Maafkan dia, dan lupakan segala kesalahan yang pernah dilakukan, Mungkin saja dia khilaf."
Doni menundukkan kepalanya, sambil meremas rambutnya.
Dia sendiri bingung, harus bagaimana. Doni mencintai istrinya, jadi rasanya ia tak akan sanggup jika harus mengucapkan kata talaq itu.
Perlahan air mata Doni menetes membasahi wajahnya.
Bu Misye tersenyum, karena berhasil membuat keretakan rumah tangga Doni.
'Tinggal menunggu kehancurannya saja. Akan ku buat Doni menjauhi Sindy agar dia tak bisa membujuk Doni,'
Bu Misye duduk di samping Doni yang terlihat bingung untuk bersikap.
"Ingat lo Doni, kalau masih ada rasa cinta di hati kamu terhadap Sindy, kamu Maafkan saja dulu kesalahannya. Nggak usah diributin. Kamu cukup diam sampai dia menyadari dan meminta maaf."
Doni merasakan dadanya semakin terasa sesak hingga hampir meledakkan jantungnya, membuatnya hampir tak bernafas.
"Hiks tega sekali kamu Sin, Memangnya Apa kurangnya aku sama kamu hiks hiks."
Akhirnya, air mata itu tak lagi mampu dibendung oleh Doni. Ia pun menangis tergugu memeluk Bu Misye.
"Doni kecewa Ma, benar-benar kecewa."
"Sudahlah sabar saja, mungkin ini ujian dari Tuhan untuk rumah tangga kalian. Istri kamu sedang khilaf, Doni."
Berkali-kali bu Misye membujuk Doni dan menasehatinya, seolah-olah Ia adalah ibu yang baik dan bijaksana. Tapi dibalik itu semua, bu Misye masih merencanakan sesuatu yang lebih jahat dan sesuatu yang akan membuat Doni langsung membenci Sindy dan menceraikannya dalam waktu dekat.
***
Keesokan harinya.
Waktu menunjukkan pukul 07.00 malam. Sindy mondar-mandir di depan pintu ruang tamu.
Senyum kecil terbit di bibir Sindy ketika melihat mobil suaminya memasuki garasi rumah mereka.
"Alhamdulillah syukurlah Mas Doni sudah pulang," ucap Sindy.
Doni menghampiri pintu ketika keluar dari garasi.
"Mas kenapa kamu baru pulang?" tanya Sindy.
Bukannya menjawab pertanyaan dari istrinya, Doni justru menatap sinis ke arah Sindy.
"Bukan urusan kamu?"cetus Doni.
Hatinya serasa ditikam dengan menggunakan sembilu, ketika Sindy mendengarkan ucapan dari Doni itu.
"Mas aku tanya baik-baik, Kenapa jawaban kamu sinis. Sebenarnya ada apa Mas, kalau aku ada salah sama kamu, tolong beritahu aku, biar aku perbaiki."
Doni menoleh ke arah Sindy dengan tatapan tajam.
"Sekarang tinggal kamu saja yang memikirkan Apa kesalahan kamu Sindy!"
Doni langsung berlari kecil menuju kamarnya.
"Mas, nggak bisa gitu, Mas. Kamu jelasin apa salah aku sama kamu Mas. Kenapa tiba-tiba saja sikap kamu berubah seperti itu sama aku."
Bukannya berhenti, Doni terus menaiki anak tangganya. Tiba di kamar ia langsung membanting pintu, hingga membuat Sindy kaget.
Sindy menggedor-gedor pintu.
"Mas, Mas buka pintunya Mas, kamu beritahu aku, salah aku apa sama kamu Mas."
Beberapa kali mengetuk pintu kamar, Sindy tetap tak mendapatkan jawaban dari Doni.
Sindy menunggu di depan pintu kamar mereka.Namun hingga satu jam tak juga Doni membukakan pintu.
Tok tok
"Mas, buka pintunya Mas, Mas aku mau masuk Mas."
Beberapa saat kemudian Doni keluar dari kamar dengan membawa koper.
"Mas, kamu mau kemana?"
"Kamu tidur saja di kamar ini, aku akan pindah ke kamar sebelah."
"Hah, maksud kamu kita pisah ranjang Mas?" tanya Sindy kaget.
Doni terus saja berlalu, tanpa menjawab pertanyaan Sindy.
"Ya Allah, padahal ini semua hanya salah paham," gumam Sindy sambil meneteskan air mata.
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘
tahniah buat kehamilan mu Ainun
tahniah Ainun