Akia tengah lari dari Ayahnya, yang menikah lagi pasca kepergian Ibunya. Kia bersembunyi dan bekerja di sebuah Rumah sakit sebagai seorang perawat disana. Akia dipertemukan oleh seorang pasien dengan trauma kecelakaan yang menyebab kan pengelihatan nya hilang.
Bisma Guntur Prayoga. Seorang pria yang harusnya menjadi ahli waris untuk hotel besar milik Ayahnya, justru memiliki nasib tragis dengan harus kehilangan cahaya dari matanya.
Kedua dipertemukan dalam sebuah instiden, ketika Kia dituduh akan mencelakai Bisma. Padahal, itulah yang membuat Bisma sadar dari tidur panjangnya selama ini.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Akan kan mereka akan bersatu, dan Kia menerima Bisma sebagai pengisi cahaya dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna Surliandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa ini Karma ku?
Hp Akia berdering pada akhirnya. Yang Ia ingat, nomor Hp itu baru saja Ia ganti dan tak ada yang tahu kecuali pihak Rumah sakit tempatnya bekerja. Ia lalu meraih Hp nya di nakas, dan menjawab panggilan itu.
"Ya?"
"Akia, benar?" Jantung Kia seolah langsung berhenti berdegup. Ia faham benar akan suara itu, dan langsung menghela nafas dengan begitu berat.
"Tolong jangan dimatikan..." mohon wanita yang tengah bicara itu padanya.
"Kenapa?" rasanya begitu malas untuk Kia menimpali semua ucapan yang di lontarkan darinya.
"Kia... Mama, minta maaf kalau mengganggu kamu malam ini. Mama hanya.... Ehmm, memberitahu jika Ayah kamu sedang sakit. Jadi, Mama mohon, tengok lah Ayah sebentar saja." Mama Lisa memohon dengan sangat kali ini, terdengar begitu tulus ditelinga Kia hingga menggetarkan hatinya.
" Dimana, Ayah sekarang?"
" Di Rumah sakit, tempat kamu bekerja, Kia. Makanya, Mama dapat nomor Hp ini dari sahabat kamu. Maaf, jika lancang. "
" Edhaaaaaa!" geram Kia dalam hati.
"Tapi, kalau Kia capek ngga papa. Besok aja jenguk Ayahnya. Beliau, sedang tidur sekarang. Jadi, biar kan istirahat." imbuh Mama Lisa tanpa menyebut nama Nanda diantara mereka.
"Hmmm... Kia kesana besok, sekalian dinas pagi. Chat nama dan nomor ruangan nya." Kia membalas dengan begitu datar. Entah, rasanya ragu jika Ayahnya sakit mendadak, karena memang tak ada riwayat penyakit berat di tubuh sang Ayah. Yang memang di usia 49 tahun, tubuhnya masih bagus, kekar dan memiliki otot di lengan nya.
"Lagian, jauh banget ke Medika? Ngapain coba?" gerutu Kia. Yang memang aneh, ketika Ayahnya begitu jauh dari fasilitas kesehatan yang ada.
"Oh, Tuhaaan! Beginikah rasanya terlunta-lunta? Aku hanya mempertahankan semua yang Ibu miliki, tapi Ayah justru memilih melepasku demi wanita itu!" tunjuk Kia pada Hpnya, pada nomor yang baru saja menghubunginya beberapa menit yang lalu.
"Apakah ini karma karena aku anak pembangkang, Tuhan! Tak menuruti mau nya Ayahku, yang harus menjalankan bisnisnya. Sedangkan aku... Ya, Aku... Justru memilih menjadi seorang perawat kontrak di sebuah Rumah sakit swasta? Aaah, entah lah... Aku bingung. Ingin rasanya aku menemukan seorang pangeran, yang mampu membawaku pergi dari semua derita ini. Eh, jangan pangeran lah. Raja aja sekalian. Yuk, tidur lagi... "
Kia kembali membaringkan tubuhnya, dan memejamkan mata agar siap menyambut esok hari yang cerah meski tak seperti biasa. Ia tahu, ketika Ayahnya telah masuk kembali dalam hidupnya, pasti akan ada lagi masalah yang menimpa. Entah apapun itu, Kia hanya bisa bersiap dengan menguatkan mental dan isi kepalanya yang mulai kosong.
"Aaarrrghhh! Telat!" Akia terkejut ketika bangun pukul Tujuh pagi, sedangkan Ia harus bangun satu jam lebih awal dari itu. Ia lari tunggang langgang untuk segera mandi dan bersiap, bahkan tak sempat sarapan pagi ini. Hanya meneguk segelas air putih agar perutnya tak kosong dan membuat asam lambungnya kumat makin parah.
Kia naik ojek langganan nya. Namnya Mba Sri, seorang janda ber anak Dua yang sudah menjadi langganan nya selama beberapa bulan ini. Kadang, di saat genting begini, Akia mengambil alih stang motor dan meminta Mba Sri duduk dibelakang dan memeluknya dengan erat..
"Lagian, kok bangun kesiangan?" omel Mbw Sri, di sela rasa takutnya dengan kebrutalan Kia menyetir kala itu.
"Ada kunti nelpon malam-malam, Mba. Jadi Kia ngga bisa tidur. Pas baru mau merem, malah udah pagi. Dah lah, kesel. '
"Kunti?". Mba sri menggaruki kepalanya yang tak gatal, dengan satu tangan terus memeluk erat pinggang Kia.
koq rubah² mulu