Dijual di Pasar Pengantin mengantarkan pertemuan antara seorang gadis bernama Rachel Olivia dengan seorang pemuda tampan bernama Jasper Allen. Di Pasar itulah, Jasper membeli Rachel yang dijual oleh kedua orang tuanya. Jasper membeli gadis itu karena merasa iba akan tangisannya.
Pernikahan memerangkap mereka, sehingga satu tahun kemudian sebuah rahasia yang disembunyikan oleh Rachel terkuak.
"Mari kita bercerai!" Ucap Jasper kepada wanita yang sudah satu tahun ini ia nikahi.
"Bercerai?" Rachel memperjelas.
Cover : By Pinterest, edit by me.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zinnia Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lantai 20
Alan memanggil semua waitress yang bersiap akan pulang.
"Berdirilah di sini!" Titah Alan kepada semua waitress.
Rachel dan kakaknya pun ikut berdiri di hadapan Alan bersama waitress yang lainnya.
"Hey, mengapa kau menggunakan masker?" Alan menunjuk Rachel yang tengah menundukan wajahnya.
"Aku sedang flu batuk, tuan!" Rachel berpura pura bersin dan batuk.
"Kalau begitu kau bisa terus memakai maskermu," Alan mengangguk-ngangguk.
"Aku ingin meminta bantuan kepada salah satu dari kalian," tambah Alan.
Para waitress pun bertanya-tanya apa bantuan yang Alan perlukan.
"Tolong antarkan temanku ini ke hotel yang ada di dekat klub ini! Kasihan dia mabuk," Alan menatap Jasper yang masih menelungkupkan wajahnya di meja. Sepertinya kepala pemuda itu benar-benar berat.
"Mengapa tidak anda saja yang mengantarkan, tuan?" Rachel memberanikan diri bertanya, tentunya dengan suara yang dikecilkan agar Alan tidak mengetahui siapa dirinya. Rachel dan Alan memang saling mengenal karena keduanya berada di dalam satu organisasi kampus yang sama.
"Aku ada urusan dengan kekasihku. Aku sudah menelfon keluarganya. Katanya mereka ada di hotel yang tak jauh dari sini dan meminta orang untuk mengantarkannya. Sepertinya kedua orang tuanya sedang meeting. Jadi, mereka meminta seseorang untuk mengantarkannya ke sana. Oh iya satu lagi, aku akan memberikan tips untuk orang yang mau mengantarkan temanku ini," jelas Alan panjang lebar.
"Aku, aku!" Para waitress berebut untuk mengantarkan Jasper ke hotel yang hanya berjarak 80 meter.
"Aku tidak ingin terlibat dengan Jasper. Akan tetapi, aku kasihan dengannya," batin Rachel sembari menatap Jasper.
"Aku ingin kau saja yang mengantarkannya," Alan menunjuk Rachel yang sedang menatap Jasper.
"Aku? Mengapa harus aku, tuan?" Rachel membenarkan topi yang ia pakai.
"Aku pikir kau sedari tadi bekerja dengan sangat baik. Tolong papah temanku menuju hotel sebelah dan ini imbalan untukmu!" Alan mengambil tangan Rachel dan memberikan amplop berisi uang yang lumayan tebal
"Baiklah, lagi pula hanya memapah saja. Setelah itu selesai. Sungguh naif jika aku tidak mau menerima uang ini. Aku butuh uang, aku suka uang," batin Rachel sembari menatap amplop berisi uang di tangannya.
"Baiklah, tuan," Rachel mengambil uang itu, kemudian memasukannya ke dalam tas.
Rachel berjalan ke hadapan meja Jasper. Ia menarik nafas panjang sebelum meraih bahu pemuda itu. Beberapa orang membantu Jasper berdiri dari duduknya.
"Ayo, tuan kita pergi menemui orang tuamu!" Rachel memeluk pinggang Jasper guna memapah teman sekelasnya itu agar tidak terjatuh.
Sementara itu Alan tersenyum saat Rachel dan Jasper mulai berjalan melewatinya.
"Kau berat sekali!" Keluh Rachel yang memapah pria jangkung itu keluar dari klub. Betapa tidak, tinggi Rachel hanya sampai bahu Jasper.
"Aurora!" Ucap Jasper dengan nada yang putus asa.
Rachel pun membuka masker dan topinya dengan tangan kirinya, sementara itu tangan kanannya masih memeluk pinggang Jasper.
"Mengapa kau tidak bisa putus dengan Alan? Hey tidak kah kau ingat bahwa kedua orang tua kita menginginkan aku dan kau berjodoh?" Jasper mengigau ke sana ke sini di sisi Rachel.
"Diamlah! Atau aku cabuti kuku-kukumu satu persatu!" Teriak Rachel dengan mengatur nafasnya.
"Aku yakin kau dan aku akan menjadi kita haha," Jasper tertawa terbahak-bahak.
"Kau benar-benar pria pecundang. Hanya karena wanita kau bisa seperti ini," Rachel terus memapah Jasper menuju hotel yang kini sudah semakin dekat.
"Aku cinta kau, Aurora!"
"Ya, ya, ya. Tahu apa kau mengenai cinta? Bekerjalah, hasilkan uang yang banyak lalu kau akan tahu kehidupan. Yah, anak kaya sepertimu tidak akan merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan uang. Aku lupa fakta itu," cerocos Rachel. Ia sungguh bisa berbicara sebebas ini karena tahu Jasper sedang mabuk.
Saat mereka sampai di depan hotel, ada seseorang yang menghampiri mereka.
"Nona, aku supir dari tuan Jasper. Bisakah anda antarkan tuan Jasper ke kamarnya? Nanti keluarganya akan menyusul ke kamar. Mereka masih meeting saat ini," ucap seseorang berkemeja hitam kepada Rachel.
"Kenapa tidak anda saja yang mengantarkan tuan ini ke kamarnya?" Tanya Rachel hati-hati.
"Aku harus menjemput kedua orang tuanya dulu, Nona. Tolong anda antarkan dulu tuan Jasper ke kamarnya!" Pintanya lagi.
"Tapi-"
"Aku mohon, Nona. Tuan sedang mabuk. Aku khawatir jika dia naik lift sendirian," potong laki-laki itu.
"Baiklah," Rachel menyetujui. Laki-laki itu menyerahkan kunci kamar hotel kepada Rachel.
Rachel kembali memapah Jasper masuk ke dalam lift. Ia memencet lantai 20 untuk sampai di kamar bernomor 107.
"Sungguh melelahkan!" Rachel menghela nafasnya panjang.
Ting. Lift terbuka.
Dengan terseok, Rachel memapah kembali tubuh Jasper yang masih berada dalam keadaan setengah sadar.
Rachel membuka pintu kamar bertipe suite room itu. Ia memapah tubuh Jasper masuk dan membaringkannya di kasur berukuran king size.
"Jadi ini hotel orang-orang kaya," Rachel tersenyum menatap betapa mewahnya kamar hotel itu.
"Aku lihat-lihat dulu sebentar," Rachel berjalan melewati kasur Jasper. Ia menyingkap tirai dan melihat pemandangan kota Birmingham dari kaca kamar hotel yang berada di lantai 20 itu.
"Aku harap bisa menginap di kamar hotel semewah ini bersama suamiku kelak," Rachel tersenyum.
"Aku bicara apa ya?" Rache menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal.
"Sudahlah. Aku harus pergi sebelum kedua orang tua Jasper datang," Rachel melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar hotel. Akan tetapi, saat ia melewati kasur, seseorang mencekal tangannya dengan kasar.
"Apa kurangku padamu, Aurora?" Jasper bangun dari posisi tidurnya.
"Anak ini meracau lagi!" Rachel memutar bola matanya.
"Hey, jagoan! Seperti inikah sikapmu? Ke mana Jasper Allen yang selalu memakiku seperti di kampus?" Rachel berusaha menyingkirkan cekalan tangan Jasper dari lengannya.
"Aku akan membahagiakanmu lebih dari Alan. Percayalah!" Jasper melepaskan tangan Rachel. Ia kini mengguncang bahu gadis itu.
"Hey, pemuda kurang ajar! Lepaskan aku!" Rachel masih santai dengan sikap Jasper. Ia tak gentar karena sudah sangat sering melihat orang-orang mabuk. Ya, orang-orang mabuk menjadi pemandangan setiap menit karena statusnya menjadi seorang waitress klub.
"Katakan kau akan membuka hati untukku!" Jasper menarik Rachel ke dalam pelukannya. Rachel pun langsung syok dengan prilaku Jasper yang menyangka dirinya adalah Aurora.
"Jasper Allen, tolong lepaskan pelukanmu. Aku bukan Aurora. Aku Rachel Olivia Ruzha, si pemakan jeroan kambing. Bukankah kau jiji padaku?" Rachel memberontak di dalam dekapan Jasper yang semakin erat memeluknya.
Rachel pun menginjak kaki Jasper dengan sekuat tenaga dan langsung mendorong tubuh pemuda itu kuat-kuat.
Saat pelukan Jasper terlepas, Rachel hendak lari ke luar. Akan tetapi, seseorang menutup pintu kamar dari luar.
"Hey, apa yang kau lakukan? Siapa di sana?" Rachel mendobrak pintu dengan amat keras.
"Aurora!" Jasper berdiri lagi dan berjalan mendekati Rachel.
"Tolong buka!" Rachel berteriak. Kini ia mulai panik dengan situasi yang menjeratnya. Siapa orang yang berani mengunci dirinya dari luar.
"Aurora, kau wangi sekali!" Sepasang tangan melingkar di pinggang Rachel.
"Jasper, lepaskan!" Rachel berteriak dan berusaha melepaskan tautan tangan di pinggangnya.
"Aku menginginkanmu," Jasper tampak semakin kuat memeluk Rachel. Ia membalikan tubuh Rachel menghadapnya.
"Jasper, sadarlah! Aku Rachel teman sekelasmu!" Suara Rachel bergetar. Ia berusaha untuk menyadarkan Jasper dari pengaruh alkoh*l yang menggelapkan matanya.
"Aku akan memberikan malam yang menyenangkan untukmu," Jasper mengapit pipi Rachel. Ia berusaha untuk menc*um paksa bibir gadis itu.
"Kumohon sadarlah!" Rintih Rachel ketika bibir Jasper melepaskan bibirnya.
"Aku benar-benar menginginkanmu," Jasper menatap leher Rachel yang putih.
"Ini tidak benar. Aku bukan Aurora!!!" Rachel masih berusaha menyadarkan Jasper sembari mendorong pria itu dengan sekuat tenaga. Apa daya, tenaganya tidak kuat untuk mendorong jatuh Jasper seperti tadi.
"Aku janji akan bersikap lembut," Jasper menggiring tubuh kecil Rachel ke tempat tidur.
"Tolong aku!" Tangis Rachel pecah saat Jasper membuka pakaiannya satu persatu.
*poin bagus dalam novel ini adalah membuat aurora sadar dan melepas jasper untuk bahagia dengan Rachel dan dia mencari kebahagiaan nya sendiri novel ini termasuk berani beda dengan novel lain yang sangat melaknat pelakor dan dibuat jadi wanita hina dan dibinasakan
*poin negatif di novel ini author masih membawa keegoisan wanita yang selalu membenarkan semua kelakuan pemeran utama wanita (Rachel) dan semua perbuatan laknat Rachel dibenarkan
* istri tapi berhubungan mesra dengan pria lain
* istri yang memberi harapan pada pria lain
* istri yang tidak menghargai kehormatan dirinya dan suami dan bahkan mertuanya yang sangat menerimanya kehadirannya
* istri yang gampang berduaan, ngomong mesra dan kontak fisik dengan pria lain
* wanita yang tidak pandai bersyukur ditoolong, derajjatnya diangkat, diterima baik di keluarga mertuanya tapi dia berkhianat masih mencari dan berhubungan dengan pria lain
yang jadi masalah adalah novel ini, Rachel, author, tidak menganggap salah kelakuan Rachel, malah seolah membenarkannya, tidak pernah rasa merasa bersalah, tidak pernah Rachel menyesal dengan apa yang dia lakukan dengan Han, tidak pernah Rachel minta maaf pada suaminya, tidak pernah Rachel berjuang untuk suami dan rumah tangganya
Saya suka !
positif
*sebagai karya novel udah sangat bagus
*moment harunya dapat
*segi penulisan sangat baik dan mudah dipahami
*alur cerita dan cerita kreatif
*(ini penting) novel adil memperlakukan PELAKOR dan PEBINOR (Hans dan aurora) (beda dengan novel lain yang memuja PEBINOR tapi melaknat PELAKOR, tidak adil)
negatif
*novel ini masih bawa keegoisan wanita, novel masih membenarkan semua kesalahan pemeran utama wanita dan selalu memandang salah pada pemeran utama pria
*jasper melakukan banyak kesalahan pada Rachel (semua udah pasti tau) , dan dia dibuat menyesal, minta maaf, mengejar maaf, dan berjuang dapat kesempatan, dan dibuat sedikit menderita (kan adil kalau begini
*(ini yang jadi masalah) Rachel tidak lebih baik dari pada jasper dan ini daftar kesalahan Rachel, kebohongan, cara licik, gampang dekat denga pria lain, dia juga sama tidak menghargai perasaan suami dengan dekat dengan pria lain, Rachel todak bersukur punya mertua yang baik menerimanya dengan tulus tapi dia malah gampang pergi jalan dan berkencan dengan pria lain, seorang istri curhat berduaan dengan pria lain, mengumbar aib suami pada lelaki lain, begitu banyak kesalahan Rachel tapi dia tidak merasa bersalah sama sekali dan tidak pernah minta maaf pada suaminya (tapi pada pria lain dia gampang minta maaf) dan yang jadi masalah paling utama dan sangat ironis adalah karena novel ini malah dan juga membenarkan semua kesalahan rachel