Bella Cintia?" Gumam Eric. Dia seolah tidak asing dengan nama itu. Bahkan ketika menyebutnya namanya saja membuat hati Eric berdesir menghangat.
"Kenapa harus designer ini?" Tanya Eric.
"Karena hanya dia yang cocok untuk mode produk kita pak."
"Apalagi yang kau ketahui tentang designer ini?" Tanya Eric kembali.
"Dia adalah salah satu designer terkenal di dunia. Dia sering berpindah dari negara satu ke negara lain. Karena dia memiliki cabang butiknya hampir di setiap negara yang dia tinggali. Namanya Bell's Boutique. Tapi untuk rumah mode utama nya, dia hanya memilikinya di negara ini. Nama rumah mode itu adalah Bellaric."
Eric terkesiap kala manager produksi itu menyebutkan kata Bellaric.
"Bellaric?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gue Kangen Lo
Pagi ini Bella di kejutkan dengan kedatangan Eric di rumahnya. Untuk apa Eric pagi-pagi kesini, pikir Bella. Dengan senyuman lebar Eric berdiri dari duduknya.
"Lo sudah siap kan?" Tanya Eric
Tapi Bella mengangguk ragu masih tidak mengerti dengan keadaan. Dia menoleh pada mamahnya meminta penjelasan, tapi mamahnya hanya mengangkat kedua bahunya.
Tangan Eric terulur menarik salah satu tangan Bella.
"Bentar kunci mobil gue." Kata Bella hendak berbalik ke kamarnya. Tapi Eric tetap menarik tangannya.
"Ikut gue. Mulai sekarang gue yang antar jemput lo." Kata Eric tanpa meminta persetujuan dari Bella. Eric mencium punggung tangan mamah Bella kemudian pamit.
"Kami berangkat dulu tante." Ucap Eric.
"Ya. Hati-hati jangan ngebut." Ujar mah Bella yang mengantar mereka sampai depan pintu.
Didalam mobil Bella tidak mengeluarkan suara apapun. Sedangkan Eric malah senyum-senyum sendiri. Ketika sampai parkiran sekolah, Eric menoleh pada Bella
Lalu menarik tangan Bella dalam genggamannya. Bella sudah tidak kaget lagi dengan perlakuan Eric yang sudah biasa seperti itu.
"Lo gak usah takut. Ada gue di samping lo. Hemm?" Ucap Eric dengan lembut.
"Oke." Kata Bella sambil mengangguk.
Mereka keluar mobil bersama dan berjalan beriringan. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Ada yang iri, ada yang kagum, ada juga yang tidak suka. Eric menggenggam tangan Bella erat. Bella ingin melepasnya tapi Eric menahannya.
"Jangan di lepas." Bisik Eric. Bella pun hanya pasrah dengan perlakuan Eric padanya.
Saat Bella dan Eric masuk ke dalam kelas, teman sekelas mereka pun tidak kalah hebohnya melihat kemesraan mereka. Daniel menyikut lengan Ardi dan menunjuk Eric dan Bella dengan dagunya. David juga hanya terperangah melihat pasangan yang tidak mereka sangka-sangka itu.
Eric mengantar Bella sampai tempat duduknya dan kemudian Eric juga duduk di bangkunya. Daniel, David dan Ardi menatap Eric menuntut penjelasan darinya.
"Apa?" Tanya Eric pada sahabatnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
"Lo gak ada niat buat jelasin sesuatu gitu sama kita?" Tanya Ardi.
"Kan lo pada semua sudah lihat. Buat apa gue jelasin lagi." Kata Eric cuek.
"Sejak kapan?" Tanya Daniel penasaran.
"Sejak kapannya gue juga gak tahu."
Jawab Eric dengan mengangkat kedua bahunya.
"Koq bisa?" Tanya David.
"Ya bisalah." Jawab Eric sambil terkekeh.
.
.
.
David, Ardi, Eric, dan juga Daniel sedang berada di kantin karena jam istirahat. Tadi Eric mengajak Bella untuk ikut juga ke kantin, tapi Bella menolaknya. Dia beralasan untuk ke perpustakaan karena mau meminjam buku.
Seperti biasa kedatangan mereka akan menjadi pusat perhatian. Saat mereka baru saja duduk, Asti dan pengikutnya datang menghampiri.
"Si cabe datang." Ujar David sambil menggaruk kepalanya.
"Hai Daniel. Boleh duduk di sini gak." Ujar Asti dengan gaya centilnya yang membuat Ardi mau muntah melihatnya.
"Lo gak lihat di sini sudah jadi tempat kita. Kan lo bisa cari tempat lain." Jawab Eric dengan ketus.
"Gue tanya Daniel, bukan sama lo." Jawab Asti tidak kalah ketusnya.
"Dasar cewe gak tau malu." Ucap Ardi sambil membuang mukanya karena tidak suka dengan kehadiran Asti.
"Daniel lo sibuk gak nanti malam?" Tanya Asti dengan manja.
"Mau ngapain lo?" Tanya Daniel malas.
"Mau ngajak lo kencan." Jawab Asti dengan senyum berbinar.
"Sayangnya gue gak minat." Jawab Daniel lalu berdiri meninggalkan kantin.
"Daniel. Lo koq pergi sih." Ucap Asti dengan kesal sambil menghentakkan kedua kakinya.
"Dasar pengganggu." Ujar David sambil berdiri di ikuti Eric dan Ardi. Mereka juga meninggalkan kantin menyusul Daniel.
***
Setelah mengantar pulang Bella, Eric melajukan mobilnya ke rumah Daniel. Hari ini mereka janjian untuk berkumpul latihan basket. Karena sebentar lagi akan di adakan pertandingan basket antar sekolah.
Eric sudah menghubungi mama nya karena akan pulang terlambat. Eric langsung memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumah Daniel. David dan Ardi juga sudah menunggu.
"Bella sudah pulang?" Tanya David pada Eric. Sebagai jawabannya Eric hanya menganggukkan kepalanya.
"Lo pacaran sama Bella?" Tanya Ardi yang juga ikut bergabung dengan David dan Eric di taman belakang rumah Daniel.
"Entahlah. Gue gak tahu apakah kami bisa di katakan pacaran." Jawab Eric bingung gimana harus menjawab pertanyaan Ardi.
"Lo sudah nembak Bella?"
Eric menggelengkan kepalanya "Belum".
"Tapi kenapa lo kek orang pacaran gitu sama Bella." Ucap Daniel yang tiba-tiba sudah muncul sambil membawa toples cemilan dan juga minuman.
"Gue ngerasa nyaman aja dekat dia. Gue juga belum bisa pastiin gimana perasaan gue ke dia." Kata Eric sambil mendesah pelan.
"Lo gak kasian apa kalau Bella baper gimana?"
"Ini pertama kalinya gue sama cewek gini. Makanya gue masih belum bisa nembak Bella. Tapi mamahnya Bella juga sudah tahu gimana hubungan kita." Kata Eric.
"Tanggapan mamahnya Bella gimana?"
"Mamahnya minta gue jagain Bella."
"Nah lho. Kalau sudah nyokap dia ngomong gitu, artinya itu amanah buat lo. Dan lo gak boleh ngecewain nyokapnya." Timpal David.
Eric hanya diam merenungi perkataan sahabatnya. Dia sayang Bella. Tapi apakah dia juga cinta sama Bella?
"Gue cuma ingetin lo. Jangan sampai lo di tikung sama orang dan jangan sampai Bella kecewa sama lo karena gak ada kepastian dari lo." Ucap Ardi sambil menepuk pundak Eric pelan lalu menggiring bola basket yang ada di tangannya ke tengah lapangan.
.
.
.
Cukup lama mereka latihan basket. Keringat membanjiri pakaian mereka. Mereka duduk di pinggir lapangan sambil minum.
"Daniel, gimana kabar hubungan lo sama Rara? Sudah jadian belum?"
"Sudah dong." Jawab Daniel dengan bangga.
"Gimana kalau Rara baper sama lo?" Tanya Eric tiba-tiba yang membuat sahabatnya diam sejenak.
"Gue dari awal gak ada niat cinta sama dia. Lo tahu sendiri kita taruhan. Beda kalau lo sama Bella. Lo punya rasa sama dia tapi lo gak berani jujur sama diri lo sendiri." Ucap Daniel membela dirinya.
"Tapi kan ujung-ujungnya lo bikin dia baper juga." Kata Eric tak mau kalah.
"Entahlah. Gue urus belakangan aja itu." Ucap Daniel dengan mengibaskan tangannya.
Langit terlihat sangat mendung. Sepertinya akan turun hujan sore ini. Eric melirik jam tangannya. Dia harus pulang sebelum terjebak macet di jalan gara-gara hujan.
"Eh gue cabut dulu." Kata Eric sambil membereskan barang-barangnya.
"Masih jam 5 juga ini." Kata Ardi setelah melihat jam tangannya.
"Lo gak lihat. Noh langit hitam. Gue gak mau kejebak macet." Ujar Eric.
"Iya bener. Kalau gitu gue cabut juga. Takutnya ada jalanan yang banjir, repot gue ntar." Kata David juga yang bergegas berdiri mengambil tasnya.
"Ya udah gue cabut ya." Kata Eric sambil melambaikan tangannya dan meninggalkan kediaman Daniel untuk pulang.
***
Sampai di rumah Eric masuk ke dalam kamarnya. Kemudian dia mandi karena badannya sudah sangat lengket karena keringat. Eric terlihat sangat segar selepas mandi. Dengan hanya menggunakan celana pendek dan kaos putih Eric membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
Dia mengambil ponselnya di atas nakas dan mencari chat room dirinya dan Bella. Dia membaca ulang obrolan mereka. Bahkan Eric bisa tertawa kala membaca obrolan receh merek berdua.
Eric mengalihkan pandangannya ke jendela. Kemudian Eric bangkit duduk dan berdiri di tepi jendelanya sambil memandangi air hujan yang deras membasahi bumi.
Kedua sudut bibir Eric menyunggingkan senyum saat dia mengingat kembali ciuman pertamanya dengan Bella. Eric mengusap pelan bibirnya dan memejamkan matanya sejenak.
"Bella, gue kangen lo." Gumam Eric dengan perasaan sedih. Sedih karena tidak ada Bella saat ini di dekatnya. Eric rindu memeluk Bella. Eric rindu bibir Bella. Eric rindu semua tentang Bella.
"Hhuuuuuhhhhh"