Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Datang Ke Pesta
Gaun malam berwarna merah darah itu membalut tubuhnya seperti kulit kedua. Bahunya yang putih mulus terekspos sempurna. Potongan dadanya rendah, memperlihatkan lembah yang dalam dan menggoda. Bagian punggungnya terbuka total hingga ke pinggang bawah, memperlihatkan lekuk tulang punggung yang elegan.
Dan yang paling mematikan adalah belahan roknya. Setiap kali Su Yan melangkah, kaki jenjangnya yang dibalut high heels hitam terlihat jelas hingga paha atas.
Rambutnya yang biasa digelung kaku, kini digerai bergelombang, memberikan kesan liar dan dewasa. Tanpa kacamata, tatapan mata Su Yan yang tajam terlihat lebih memikat.
Dia bukan lagi Bu Dosen. Dia adalah Dewi Penggoda.
"Bagaimana...?" tanya Su Yan malu-malu, wajahnya merah padam. Dia tidak pernah memakai baju seberani ini seumur hidupnya.
Ye Chen berdiri. Dia berjalan mendekati Su Yan.
Para pelayan toko di sekitar mereka menahan napas melihat pasangan yang begitu serasi ini. Pria tampan dengan aura dominan, dan wanita cantik dengan aura elegan.
Ye Chen berhenti tepat di depan Su Yan. Dia tidak bicara. Dia hanya mengulurkan tangan, merapikan sedikit helai rambut Su Yan ke belakang telinga.
"Sempurna," bisik Ye Chen. "Malam ini, semua mata akan tertuju padamu. Dan semua pria akan iri padaku karena akulah satu-satunya yang boleh menyentuhmu."
Jantung Su Yan berdegup kencang mendengar pujian itu. Ada rasa bangga yang aneh menyeruak di dadanya. Dia merasa... dihargai sebagai wanita, bukan hanya sebagai akademisi.
"Kau... kau berlebihan," gumam Su Yan, memalingkan wajah.
"Tidak. Aku serius," Ye Chen melingkarkan tangannya di pinggang ramping Su Yan, menariknya mendekat. "Tapi ingat satu hal, Su Yan."
Ye Chen menatap mata Su Yan tajam.
"Di pesta nanti, akan banyak pria kaya. Mungkin mantan tunanganmu, atau kolega dosenmu. Tapi kau harus ingat siapa pemilikmu sekarang."
Su Yan menelan ludah. Aura dominasi Ye Chen membuatnya merinding nikmat.
"Siapa...?" pancing Su Yan, suaranya serak.
Ye Chen menyeringai, mendekatkan bibirnya ke telinga Su Yan.
"Aku. Tuan Mudamu."
Pukul 19.00 - Hotel Grand Imperial.
Hotel bintang lima termewah di Jianghai malam ini dipenuhi oleh mobil-mobil mewah. Rolls Royce, Bentley, Ferrari, semuanya antre di lobi. Karpet merah digelar. Para wartawan berkerumun memotret para tamu undangan yang terdiri dari Pejabat, selebriti, dan konglomerat.
Ini adalah Pesta Ulang Tahun ke-50 Tuan Besar Zhao (Ayah Zhao Ming). Pesta paling bergengsi tahun ini.
Di dalam Ballroom, Zhao Ming duduk di kursi roda (karena kakinya masih lemas dan pipinya masih bengkak), tapi dia memaksakan diri hadir. Dia mengenakan tuksedo putih, mencoba terlihat gagah meski wajahnya pucat.
Di sampingnya berdiri Lin Rou. Wanita itu akhirnya berhasil menyelinap masuk menggunakan undangan lamanya yang belum ditarik. Dia berdiri gelisah, matanya terus mencari-cari ke arah pintu masuk.
"Kenapa celingukan terus?!" bentak Zhao Ming kesal. "Cari siapa? Si gembel Ye Chen itu? Hah! Dia pasti tidak berani datang!"
"Bu-bukan begitu, Tuan Muda," elak Lin Rou takut. "Aku cuma... memastikan keamanan."
"Tenang saja," Zhao Ming menyeringai licik. "Aku sudah menyiapkan 'sambutan' khusus. Kalau dia berani menampakkan batang hidungnya di sini, aku akan membuatnya merangkak keluar seperti anjing. Aku sudah menyewa Master Bela Diri dari perguruan pamanku."
Tiba-tiba, suasana di pintu masuk menjadi hening.
Lalu, terdengar suara riuh rendah kekaguman.
"Siapa itu?"
"Astaga... tampan sekali!"
"Dan wanita itu... Siapa dia? Cantik sekali! Seperti bidadari!"
Pintu besar Ballroom terbuka lebar.
Ye Chen melangkah masuk.
Dia mengenakan setelan jas hitam custom dengan aksen benang perak naga yang samar. Auranya tenang, tapi menekan. Di sampingnya, menggandeng lengannya dengan anggun, adalah Su Yan.
Kecantikan Su Yan malam ini benar-benar menyihir seisi ruangan. Gaun merahnya berkilau di bawah lampu kristal. Wajah dinginnya memberikan kesan untouchable (tak tersentuh) yang justru membuat para pria penasaran.
Lin Rou yang melihat itu dari kejauhan, merasa seperti disambar petir.
"I-itu... Itu Bu Dosen Su Yan?!" pekik Lin Rou tak percaya. "Dosen Killer itu?! Kenapa dia bisa bersama Ye Chen?! Dan kenapa dia terlihat begitu..."
Lin Rou melihat gaunnya sendiri yang terlihat murahan dibandingkan gaun Su Yan. Rasa iri membakar hatinya. Dia kalah telak.
Zhao Ming juga terbelalak. Rahangnya jatuh. Dia naksir Su Yan sejak lama tapi selalu ditolak mentah-mentah. Melihat wanita idamannya digandeng oleh musuh bebuyutannya, darah Zhao Ming mendidih.
"YE CHEN!" teriak Zhao Ming, suaranya memecah keheningan pesta. "Berani-beraninya kau datang ke sini, Sampah!"
Semua mata tertuju pada Zhao Ming, lalu beralih ke Ye Chen.
Ye Chen tersenyum tipis. Dia berjalan santai menuju panggung utama, membelah kerumunan tamu yang otomatis minggir memberinya jalan.
"Selamat ulang tahun untuk Ayahmu, Tuan Muda Zhao," ucap Ye Chen, suaranya tenang tapi bergema jelas. "Maaf aku terlambat. Aku sibuk memilihkan gaun untuk pasanganku agar tidak terlihat memalukan... seperti pasanganmu di sana."
Ye Chen melirik Lin Rou sekilas dengan tatapan mengejek.
Wajah Lin Rou merah padam, ingin menangis rasanya dipermalukan di depan ratusan elit kota.
"Kurang ajar!" Ayah Zhao Ming, seorang pria tua gendut dengan wajah merah, maju ke depan. "Siapa kau?! Siapa yang mengundang orang tidak tahu sopan santun ini?!"
"Saya yang mengundang diri saya sendiri," jawab Ye Chen santai.
Dia merogoh saku jasnya, mengeluarkan sebuah kotak hadiah kecil yang dibungkus kain hitam.
"Dan saya membawa hadiah spesial. Hadiah yang akan membuat Keluarga Zhao... tidak akan pernah melupakan malam ini."
Ye Chen melempar kotak itu ke kaki Ayah Zhao Ming.
Tuk.
Kotak itu terbuka.
Isinya bukan jam tangan emas atau permata.
Melainkan sebuah Jam Weker Kuno yang sudah mati.
Di budaya China, memberi jam (Song Zhong) artinya mendoakan kematian/mengantar ke pemakaman.
"Kau...!" Ayah Zhao Ming memegang dadanya, napasnya sesak. "Kau mendoakan aku mati?!"
"Bukan mendoakan," koreksi Ye Chen, matanya berkilat dingin. "Tapi memberitahu. Waktu kalian sudah habis."
[Ding!]
[Misi Dimulai: 'Runtuhnya Dinasti Zhao'.]
[Target: Hancurkan reputasi, mental, dan finansial Keluarga Zhao dalam waktu 2 jam.]
Pesta baru saja dimulai. Dan Ye Chen adalah DJ-nya.
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.