Lunara Airi, gadis keturunan Jepang yang dikenal sebagai Queen dari klan mafia Black Wolf, tewas dalam kecelakaan brutal akibat pengkhianatan musuh lamanya. Namun alih-alih mati, ia terbangun di tubuh seorang gadis keturunan Jepang bernama Aeryn Vynne Hikari — korban koma akibat pembullyan.
Di dunia baru yang tampak tenang namun penuh rahasia gelap, Lunara kini didampingi oleh sebuah sistem yang muncul dalam pikirannya.
Dengan sistem itu, ia menapaki kembali jalan menuju kekuasaan, balas dendam, dan pengendalian dunia modern yang hanya terlihat damai di permukaan.
Lunara bukan lagi hanya Queen dari dunia bawah…
Kini, dia adalah Aeryn Vynne Hikari — pemilik sistem yang bisa menundukkan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elle Nova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENOVASI CAFE
Pagi yang dingin menusuk tulang di awal periode renovasi. Di luar, kafe yang biasanya ramai kini diselimuti terpal tebal, dengan papan besar mencolok bertuliskan, “TUTUP SEMENTARA UNTUK RENOVASI TOTAL. AKAN KEMBALI DALAM DUA MINGGU!”
Di dalam kafe yang remang-remang, Aeryn berdiri bersama Pak Gito. Lampu seadanya menyoroti wajah Pak Gito yang tampak tegang dan dipenuhi kegelisahan.
"Nona, dua minggu... ini adalah periode yang sangat singkat. Saya sudah menghubungi beberapa firma konstruksi, dan mereka bilang minimal delapan minggu untuk perombakan total tiga lantai," bisik Pak Gito, suaranya mengandung keraguan yang dalam.
Aeryn tersenyum tipis. "Percayalah pada tim saya, Pak Gito." Ia menunjuk ke lima pria berotot, berpenampilan bersih, dan berseragam kerja profesional yang berdiri dalam barisan tegak. Aura efisiensi dan disiplin terpancar kuat dari mereka.
"Pak Gito, kenalkan. Ini adalah tim kontraktor spesialis yang saya sewa. Mereka sangat eksklusif dan mahal, tapi mereka menjamin renovasi ini selesai tepat waktu."
Pak Gito menjabat tangan mereka dengan canggung, merasa kecil di hadapan postur dan tatapan fokus mereka. Tepat setelah Aeryn memberikan koordinat awal renovasi, tim itu mulai bekerja. Kecepatan mereka sungguh mencengangkan. Pagar pembatas lama dihancurkan, material non-esensial dibongkar, instalasi baru dipasang, dan tumpukan material premium entah dari mana sudah tersusun rapi di area parkir.
Mereka bergerak nyaris tanpa suara dan tanpa kebingungan, seolah setiap langkah telah diprogram.
Aeryn lalu membawa Pak Gito ke jantung operasi: dapur. Di sana, Kaito, Kepala Chef yang tampak muda dan berwibawa, bersama tiga chef lainnya sedang sibuk menguji coba menu dengan peralatan dapur yang baru dibeli.
"Pak Gito, kita akan uji coba menu," kata Aeryn, mengalihkan fokus Pak Gito dari kegilaan konstruksi ke keajaiban kuliner.
Kaito menyajikan tiga menu andalan di counter baru. Pertama, Moonlight Soufflé Pancake yang lembut, disajikan di piring keramik dengan plate setting artistik, dihiasi efek asap dingin yang menambah drama. Kedua, Yoru Melody, minuman kopi unik dengan lapisan foam yang sempurna dan gradasi warna yang memanjakan mata. Terakhir, Salmon Mentai Rice yang aromanya langsung menusuk, memanggil rasa lapar.
Pak Gito mengambil sendok kecil dan mencoba Soufflé Pancake itu. Matanya membulat tak percaya. Ia harus mengambil suapan kedua untuk memastikannya. "Nona... ini... ini kualitas bintang lima! Teksturnya berbeda dari yang dijual di tempat-tempat lain! Rasanya... kaya, tapi ringan. Saya tidak pernah merasakan dessert selembut ini. Bagaimana bisa?"
"Resep rahasia, Pak Gito," balas Aeryn misterius, menunjuk Buku Resep Sistem yang tergeletak di samping Kaito. "Kualitas tim ini dan resep ini yang akan menjadi senjata utama kita. Fokus Anda adalah administrasi, perizinan mendadak, dan mengurus staf lama. Jangan khawatirkan konstruksi dan dapur. Biarkan tim saya yang bekerja dengan kecepatan tinggi."
____
Di hari ketiga renovasi, desas-desus tentang kecepatan konstruksi yang gila sudah sampai ke telinga orang dalam di dunia bisnis. RAKA HAKARI, yang penasaran dan khawatir adiknya melakukan kesalahan fatal, memutuskan untuk datang mengunjungi kafe yang ditutup.
Sebuah mobil sport mewah berhenti di depan kafe. RAKA HAKARI keluar, mengenakan kemeja kasual namun matanya yang tajam mengawasi setiap detail.
Aeryn, melihat mobil kakaknya di CCTV, bergegas ke pintu depan. "Jeda sebentar," perintah Aeryn kepada kuli sistem yang sedang memasang balok baja di Lantai 2, yang langsung berhenti dan membungkuk hormat kepada Aeryn sebelum Ia pergi menyambut kakaknya.
Raka memandangi kerangka bangunan yang sudah berubah drastis. "Aku pikir kau bercanda, Dek," kata Raka, terkejut melihat dinding-dinding sudah berdiri dan Lantai 3 sudah mulai dipasangi pagar kaca untuk rooftop. "Siapa kontraktor gila ini? Aku kenal semua firma terbaik di kota, tapi kecepatan ini... bahkan tim terbaikku tidak bisa secepat ini."
"Aku bilang, tim rahasia, Kak," Aeryn tersenyum penuh rahasia. "Spesialisasi mereka memang waktu yang singkat dan efisiensi yang ekstrem."
Raka menghela napas panjang, mengusap wajahnya seolah mencerna realitas baru ini. Ia tidak mendesak identitas tim tersebut. Sebagai CEO, ia tahu ada hal-hal di luar logikanya. "Baiklah. Mereka cepat, tapi jangan sampai kualitas terkorban. Ingat fokus pada Sumber Daya Manusia yang kau rekrut dari luar itu. Pastikan flow kerja di bar dan dapur efisien. Kalau perlu, hilangkan saja semua redundancy yang ada."
Raka menghabiskan satu jam di kafe. Dia tidak hanya mengkritik, tetapi memberikan saran berharga, di mana meletakkan POS (Point of Sale) untuk mengurangi bottleneck di Lantai 1, dan bagaimana mengatur meja di Lantai 2 agar memaksimalkan ruang co-working. "Kafe ini harus menjadi mesin uang, Aeryn. Bukan hanya proyek seni," tutupnya.
Raka menatap adiknya sekali lagi. Meskipun ia tidak mengerti bagaimana proyek ini bisa berjalan begitu cepat, Raka kini yakin bahwa adiknya telah menemukan cara yang sangat unik untuk berbisnis. Dia memberikan anggukan puas sebelum pergi.
___
Di ruang kerja pribadi Tuan Rahardian, suasana tegang terasa mencekik. Tuan Hardian memandangi laporan penjualan yang stagnan. "Mereka tutup? Renovasi dua minggu? Itu hanya gertak sambal, kan?"
"Tentu saja, Pa," jawab Revan. Ia mencoba meyakinkan ayahnya. "Mereka pasti bangkrut dan mencoba meyakinkan pemasok. Lagipula, siapa yang akan merenovasi kafe tiga lantai dalam dua minggu? Itu gimmick murahan. Kafe itu sudah mati."
Namun, dua hari kemudian, ketenangan Tuan Hardian pecah. Laporan dari mata-mata kecilnya di sekitar area itu menyebutkan adanya aktivitas konstruksi masif yang sangat terorganisir di kafe misterius itu.
"Revan,Pergi Cari tahu siapa pemilik baru cafe ini! Cari tahu apa yang mereka rencanakan!" perintah Tuan Hardian, suaranya meninggi. "Kita tidak boleh diremehkan oleh pesaing yang bahkan tidak kita ketahui namanya!"
Revan mengendarai mobilnya ke lokasi. Ia menemukan kafe ditutup rapat dengan terpal tebal, menghalangi pandangan total. Tim pekerja yang berada di sana tampak profesional dan sama sekali tidak seperti buruh harian yang berisik. Mereka bekerja dalam senyap, efisien, dan sangat terkoordinasi. Setiap kali Revan mencoba mendekat atau mengintip, seorang pekerja akan muncul dan dengan sopan memintanya menjauh dari area konstruksi, dengan alasan keamanan.
Revan: "Siapa pemilik baru cafe ini? Gila. Berani sekali menantang kita dengan kecepatan seperti ini. Mereka pasti punya modal besar, tapi aku yakin, renovasi cepat pasti akan berakhir dengan kualitas sampah. Tidak ada kualitas yang datang dari kecepatan."
Revan kembali kepada Papa-nya, gagal membawa nama pemilik. "Pa, mereka menolak memberikan informasi, tapi aku jamin kualitasnya akan buruk. Mereka pasti menggunakan material murah. Kita hanya perlu menunggu hingga dua minggu ini selesai dan melihat kegagalan mereka."
Tuan Hardian sedikit tenang, tetapi kecemasan tentang pesaing misterius yang bergerak cepat itu masih terasa di udara. Dia menyiapkan rencana darurat untuk serangan harga yang lebih agresif.
____
Satu minggu berlalu.
Kafe yang menjalani renovasi kilat itu dengan cepat menjadi perbincangan publik. Di media sosial lokal, kafe itu mendapat julukan "Proyek Kilat Misterius" atau "Kafe Hantu". Banyak yang penasaran, apakah kontraktornya gila atau jenius, karena renovasi tiga lantai dilakukan dalam waktu yang tidak masuk akal.
Tiga hari sebelum pembukaan kafe.
Daddy Danu, Mommy Arisa, Raka Hakari, Dion Hakari Dan Aeryn V. Hakari sedang berkumpul di ruang keluarga setelah sarapan. Suasana santai karena hari itu adalah hari Minggu.
Aeryn memanfaatkan momen ini. Ia duduk tegak, menatap keluarganya. "Daddy, Mommy, Kak Raka,Kak Dion," Aeryn memulai, nadanya penuh antisipasi. "Tiga hari lagi, aku ingin mengajak kalian pergi ke suatu tempat. Ini kejutan besar untuk kalian semua."
Mommy Arisa tersenyum lembut. "Kejutan apa, Sayang? Kita akan pergi berlibur dadakan?"
"Jauh lebih menarik dari liburan, Mommy," jawab Aeryn, matanya berkilat penuh rahasia.
RAKA HAKARI, yang tahu persis apa yang dimaksud adiknya, mengedipkan sebelah matanya kepada Aeryn sebagai tanda dukungan dan membantu melancarkan rencana Aeryn. "Ayolah, Daddy, Mommy. Biarkan saja. Aeryn jarang-jarang ingin memberikan kejutan sebesar ini. Lagipula, aku dengar tempatnya sangat... viral dan elite saat ini," goda Raka, memasang ekspresi santai CEO-nya.
Daddy Danu tertawa. "Baiklah, baiklah. Kalau Kakakmu sudah ikut campur, Daddy yakin ini pasti akan menghabiskan waktu dan uang Daddy," candanya, meski ada nada bangga di sana.
Dion, yang baru saja selesai bermain game, berseru, "Kalau ada makanan enak dan tempat instagrammable, aku ikut! Aku butuh stok foto baru untuk feed di luar negeri nanti!"
____
Tiga hari kemudian, pada hari pembukaan.
Keluarga Hakari bersiap dengan pakaian terbaik mereka. Aeryn menggunakan dress selutut tanpa lengan berwarna peach, menonjolkan aura mudanya yang elegan. Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai indah, hanya dihiasi jepitan pita sederhana di belakangnya.
Setelah semuanya siap, mereka menaiki mobil yang dikemudikan sopir menuju tempat tujuan. Tiga puluh menit kemudian, mobil berhenti. Di depan mereka, terlihat kerumunan massa yang sangat padat.
Para mahasiswi- mahasiswa, bahkan beberapa wajah tua dari kalangan bisnis, memadati sebuah bangunan tiga lantai yang tampak memukau, terang benderang, dan super modern. Yang mengejutkan, banyak wartawan dan kamera berita yang datang untuk meliput.
"Kenapa kita ke sini?" tanya Mommy Arisa bingung.
"Ini kafe baru yang sedang ramai dibicarakan, Dek?" tanya Dion penasaran, segera meraih ponselnya.
Aeryn tetap diam lalu turun dari mobil, penampilannya langsung menarik perhatian. Ia diikuti oleh Mommy Arisa, Daddy Danu, dan Dion yang nampak kebingungan dan saling pandang. RAKA HAKARI menyusul di belakang, terlihat santai dan penuh senyum misterius.
"Lihat, ada Tuan dan Nyonya Hakari beserta Tuan Muda!" seru salah satu wartawan. "Apa mereka juga diundang untuk acara pembukaan kafe ini? Lalu siapa gadis itu? Apa dia memiliki hubungan dengan salah satu Tuan Muda Hakari?"
Para wartawan mulai memfokuskan sorot lampu dan kamera pada keluarga Hakari. Namun, keluarga Hakari memilih abai dan mengikuti langkah Aeryn.
Aeryn berjalan lurus menuju pita merah yang dibentangkan di depan pintu masuk kafe yang megah itu. Ketika sampai di depan pita, Aeryn berbalik badan dan memberikan isyarat kepada Pak Gito, yang kini mengenakan setelan jas rapi.
Pak Gito pun mengambil mikrofon. "Selamat pagi hadirin sekalian! Selamat datang di momen bersejarah ini! Sebelum kita memulai acara pemotongan pita, mari kita dengarkan sepatah dua patah kata dari pemilik baru kafe yang luar biasa ini!"
Mommy Arisa, Daddy Danu, dan Dion membeku. Pemilik baru?
Aeryn pun mengambil alih acara. Ia tersenyum, memegang mikrofon dengan percaya diri.
"Selamat pagi semuanya! Saya Aeryn Hakari, dan saya adalah pemilik baru kafe ini," Aeryn memperkenalkan dirinya, suaranya lantang dan jelas, disaksikan oleh ratusan pasang mata, termasuk mata keluarga dan pers. "Saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Orang Tua saya, Daddy Danu dan Mommy Arisa, Kakak saya Raka Hakari, dan juga Dion Hakari, yang kehadirannya hari ini adalah kehormatan bagi saya."
Ekspresi Mommy Arisa, Daddy Danu, dan Dion berubah drastis, dari kebingungan menjadi terkejut, lalu memudar menjadi rasa bangga yang luar biasa.
Daddy Danu menahan napas, Dion menjatuhkan ponselnya, sementara Mommy Arisa menutup mulutnya, terharu.
"Dan hari ini," lanjut Aeryn, "Kafe yang sudah menjalani renovasi kilat ini, secara resmi mengganti namanya menjadi SUZU CAFÉ!"
Setelah mengumumkan nama baru kafe, Aeryn pun memotong pita merah tersebut dengan gunting perak. Sorak sorai massa membahana.
Aeryn kembali mengangkat mikrofon, memberikan kejutan terakhir. "Dan sebagai tanda terima kasih atas dukungan luar biasa ini, semua menu di Suzu Café, baik dine-in maupun take away, DISKON 50% SELAMA TIGA HARI PENUH!"
Semua yang datang bersorak gembira. Para wartawan berebut mengambil gambar Suzu Café yang baru dibuka, dan kerumunan segera bersemangat untuk menjadi yang pertama melihat isi dalam kafe dan mencoba menu-menu unik dari Suzu Café.
Bersambung...
mngkn dia bkln sdar,atw mngkin mkin gila....
aku udh mmpir....mskpn nysek d awl,tp mkin ksni mkin seru...smp ngebut bgt bcanya biar bsa komen....😁😁😁....
D tnggu up'ny y kk....smngttt....😘😘😘