NovelToon NovelToon
Ketos, Jodoh Kecil Yang Terlupakan

Ketos, Jodoh Kecil Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Idola sekolah
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Alluna seorang gadis yang ceria, bertubuh kecil imut, memasuki sekolah SMU-nya, tanpa di sadarinya dia menjadi sorotan seluruh sekolah akibat dirinya telah di tolong dengan posisi di peluk oleh KETOS yang sangat populer bahkan di idamkan oleh seluruh wanita di sekolah itu.

KETOS yang dingin dan sulit tersentuh itu, tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita, bahkan sampai ada yang menggosipkan jika pria ganteng itu adalah seorang Gay.

Bagaimana tidak ... KETOS yang bernama Alaska itu masih mencintai sahabat kecilnya, dan dalam pikirannya selalu terisi oleh sahabatnya itu yang bernama Alluna.

Namun sayang ... Alluna hilang ingatan di kala Alluna telah pergi dari kota yang sama dengan sahabatnya Alaska.

siapa sangka saat kembalinya Alluna ke kota itu, dua orang tuanya yang telah bertemu kembali yang lama telah bersahabat itu. Membuat keputusan tanpa sepengetahuan anaknya yaitu menjodohkan Alluna dan Alaska secara diam-diam.

Bagaimana kisah cintanya? yu saksikan ceitanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

"Alluna ... ayo!" Rendra memanggil Alluna.

Alluna tersadar dalam diamnya, lalu kembali berlari kecil menuju kelasnya yang sudah di mulai itu.

Sesampainya di depan kelas ..., Alluna dan Rendra mengetuk pintu bersamaan.

Dan di dalam kelas itu terdengar sahutan dari guru untuk Alluna dan Rendra memasuki kelas.

Mereka pun akhirnya membuka pintu kelas itu secara perlahan, yang di mulai dengan Rendra terlebih dahulu memasuki kelas.

Mereka berdua merasakan ketegangan yang tidak terkira, membayangkan suara tegas guru mereka akibat keterlambatan mereka.

Jemari Alluna mencengkram lengan Rendra penuh rasa takut, dan Rendra membiarkan Alluna bebas melakukannya meski dia tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam kelas seakan mereka tengah berpacaran.

Rendra membuka pintu secara perlahan, lalu melangkahkan kaki memasuki kelas secara perlahan, di ikuti oleh Alluna dengan bersembunyi di balik tubuh Rendra dengan tangan yang masih memegang Rendra erat.

Rendra menganggukan wajahnya kala di tatap oleh sang guru, dengan mengatakan, "Siang Bu, maaf terlambat," ujar Rendra sopan lain halnya dengan Alluna yang masih bersembunyi di balik tubuh Rendra.

Sang guru pun mencoba melihat sosok yang berdiri di belakang Rendra tanpa menjawab salam dari Rendra.

"Jangan bersembunyi Lun," bisik Rendra.

"Ga mau ... takut Ren," jawab Alluna.

"Kalian ... kenapa datang terlambat?, kalian sudah tahukan kapan kelas masuk kenapa kalian harus terlambat?" tanya Guru tersebut dengan nada tinggi.

"Dan kamu yang di belakang, coba berdiri tegak, jangan bersembunyi seperti itu,"

Membuat Alluna perlahan berdiri tegak dan berjalan sejajar dengan Rendra dengan melepaskan pagutan tangannya.

"Maaf Bu," ucap Alluna yang terlihat jelas merasa ketakutan.

"Jelaskan kenapa kalian terlambat masuk kelas?, jangan bilang kalian sudah pacaran di luar sana?"

Mereka reflek menggerakkan tangannya di hadapan sang guru.

"Lantas jika bukan pacaran apa penyebab kalian terlambat?" tanya sang guru kembali.

"Maaf Bu, saya sudah membantu mengobati pipi Alluna yang kena benturan di UKS," sahut Rendra.

Sang Guru pun mengerutkan keningnya, lalu berjalan menghampiri Alluna, karena samar dari jauh terlihat pipi Alluna memang sedikit bengkak.

Lalu Sang guru pun memegang dagu Alluna, setelah itu menggerakkan pipinya dan terlihat jelas jika pipi itu memerah dan sedikit bengkak.

Sang guru terhenyak, "Ada apa? kenapa begitu bengkak?" suara sang Guru mulai melembut.

"Ter-terbentur Bu," jawab Alluna gagap karena rasa takut menghinggapi dirinya.

"Sudah pakai salep?" tanya Sang Guru yang masih memegang dagu Alluna, beliau merasa curiga akan ucapan Alluna yang tidak sepenuhnya jujur, dan mungkin ini harus di selidiki lebih jauh. Pikir sang Guru.

"Sudah Bu, tadi di UKS," ujar Alluna.

"Ya sudah kalian boleh duduk, setelah jam pelajaran berakhir jangan lupa makan obat pereda sakit ya, karena itu mungkin rasanya begitu menyakitkan," pesan Sang Guru.

"Baik Bu, terimakasih," ucap Alluna dengan berjalan ke arah bangkunya, yang di ikuti Rendra di belakangnya.

Rendra dan Alluna menghela nafasnya lega, karena yang dipikir mereka akan menghormati tiang bendera di tengah terik matahari namun nyatanya semua tidak seperti yang mereka duga.

Jam pelajaran berlangsung dengan khusu, dan tidak dengan Gisel karena mulutnya ingin menanyakan sesuatu namun di tahan hingga nanti selesai pelajaran ini.

Sedangkan Friska yang tadi telah bertemu Alluna, dia malah berjalan santai dan mengetuk pintu tanpa rasa takut, bahkan setelah sahutan dari dalam pun dia masuk tanpa rasa takut hanya menunduk sebagai hormat kepada sang Guru, lalu berjalan santai ke tempat duduknya.

Sang Guru hanya mampu menatap Friska dan mengacuhkannya begitu saja lain dengan teman-temannya yang sekelas juga di kelas lain, jika terlambat maka akan dapat teguran.

Alaska dan teman-temannya masih berlatih basket, mereka izin kelas akhir karena harus berlatih keras hingga sore hari, karena pertandingan tinggal 1 hari lagi akan di mulai pada sore hari setelah seluruh mata pelajaran selesai.

"Ayo Alaska ... semangat," ujar pelatih mencoba memberikan semangat kala melihat Alaska belum sepenuhnya semangat.

Alaska pun mencoba kembali bermain, meski dirinya tak sepenuhnya semangat, tapi tanggung jawab sebagai kapten basket ini mengharuskan dia lebih serius.

Alaska kembali berenergi dan memfokuskan dirinya untuk bermain dengan lincah seakan teman-temannya yang di hadapannya adalah musuh bagi dia.

Tak terasa jam pelajaran pun telah usai, mereka semua bergegas keluar kelas hanya untuk menyaksikan latihan basket yang sedang berlangsung.

Dan Alluna pun di tarik oleh Gisel menuju lapangan di mana Alaska sedang berlatih tersebut.

"Sel tolong lepas, gue mau pulang," tolak Alluna yang tahu ke mana tujuan Gisel menarik dirinya.

Meski Alluna merasa bahagia kala Alaska memberikan perhatiannya, namun kali ini dia tidak ingin menampilkan wajahnya hanya untuk menonton latihan pria itu, dia malas berurusan dengan Friska, meski mungkin dia bisa membalas Friska, tapi Alluna menahannya.

Alluna tahu mana tempat dan bagaimana harus melawan, ini area sekolah, dan di ruangan kelas kemarin tidak ada CCTV yang bisa mendukung kala Alluna membalas kekasaran dari Friska, hingga dirinya hanya menahan amarah dan rasa ingin membalasnya.

"Please Gisel hentikan ...," Alluna memberontak dengan menghempaskan tangan yang di genggam Gisel dengan kasar.

Sedangkan di belakang mereka Rendra tengah mengikutinya, Rendra tidak ingin kecolongan kala Alluna hilang hanya oleh ulah Friska.

"Kenapa sih Lun, ko marah-marah? apa salah jika ingin ngajak nonton latihan basket?" protes Gisel.

"Jelaskan sama gue kenapa sama pipi Lo dan kenapa Lo hilang saat menuju kantin?" cecar Gisel.

"Itulah alasan gue kenapa ga mau ke lapangan, gue ga mau sampai ngedukung Alaska dan dapat delikan juga masalah dari si Friska, jadi gue mohon baiknya gue pulang ya," ucap Alluna dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.

Rendra menghampiri mereka yang tengah berbicara itu.

"Kalau mau nonton, nonton saja gue temenin, soal Friska ga perlu takut, toh acara ini acara sekolah, lo bebas untuk memberikan dukungan, gila aja kalau soal ini dia masih mempermasalahkan antara Lo sama Alaska," ujar Rendra memberikan masukan.

"Benar tuh kata Rendra, yu sambil hiburan mau lah," ajak Gisel penuh permohonan.

"Gue tahu Lo juga mau nonton, jangan siksa diri Lo sampai harus mengalah dengan situasi," saran Rendra dengan menggenggam jemari Alluna.

Alluna terharu dan bersyukur kala ada Rendra di samping dirinya, karena merasa ada yang melindungi sepenuhnya.

Alluna pun berjalan mengikuti teman-temannya, dengan genggaman Rendra yang tak lepas darinya.

Alluna pun menggenggam balik karena dia tahu, ada penjagaan yang kuat dari Rendra kala genggaman itu begitu erat.

Gisel tersenyum geli melihat kedua temannya, "Gue berasa nyamuk ya di sini," sindir Gisel dan membuat Alluna merangkul bahu Gisel, tanpa melepas genggaman jemarinya dengan Rendra.

Gisel akhirnya tertawa renyah karena ternyata Alluna menyadari perkataan dirinya.

Bersambung...

1
dira rahmi
Terimakasih 😍💋
🌸 Yowu-Kim 🌸
Fighting ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!