NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Hans kembali beraktifitas seperti biasa, karena tubuhnya telah sehat kembali. Pagi itu Lily mengemasi beberapa pakaiannya, karena Lily akan berangkat ke kota Batam untuk membuka cabang toko yang baru. Hans membantu istrinya mengemasi beberapa barang bawaan Lily.

Hans: "Jam berapa kamu akan berangkat, sayang?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Lily: "Sekitar jam 11, mas." sahutnya sambil tersenyum kecil.

Hans: "Berapa hari kamu di sana?" tanyanya lagi dengan rasa penasaran.

Lily: "Palingan hanya seminggu, mas." sahutnya dengan wajah yang tenang.

Hans: "Seminggu itu lama, sayang. Aku pikir kamu hanya 3 hari di sana." ucapnya dengan wajah yang dongkol. Lily menatap tajam wajah suaminya, lalu tersenyum kecil.

Lily: "Kota Batam itu termasuk lumayan jauh dari kota kita, mas." ucapnya. "Sekalian aku singgah ke rumah oma (nenek)." ucapnya lagi. Lily masih mempunyai nenek yang tinggal di kota Batam. Nenek lily adalah ibu dari papanya, dan nenek lily yang biasa Lily panggil dengan sebutan oma itu tinggal bersama beberapa asisten rumah tangga.

Hans: "Aku akan mengantarmu nanti, ya. Aku akan ijin 2 jam dari kantor." ucapnya dengan penuh perhatian.

Lily: "Tidak usah, mas. Ada supir yang akan mengantarku." ucapnya.

Hans: "Apa kamu yakin, sayang?" tanyanya dengan ragu-ragu. Lily menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum lembut pada suaminya.

Lily: "Kamu ke kantor saja, mas. Ini sudah hampir jam 9." ucapnya. Hans melirik ke arah jam tangannya, dan memang sudah hampir jam 9 pagi.

Hans: "Aku kerja dulu, ya. Jaga kesehatan kamu selama di sana, ya." ucapnya dengan penuh perhatian. Hans memeluk tubuh istrinya dengan erat, lalu mencium kening istrinya itu dengan lembut.

Lily: "Iya, mas. Hati-hati di jalan, ya." ucapnya. Hans melangkah dengan pelan menuju pintu kamarnya, sebelum membuka pintu kamar Hans berbalik menatap ke arah istrinya dan melambaikan tangannya ke arah istrinya. Lily tertawa kecil melihat kelakuan Hans yang dianggapnya lucu. Setelah Hans pergi, Lily mempersiapkan dirinya untuk mandi dan berganti pakaian. Di ruang tamu Mawar sedang membicarakan tentang kuliahnya dengan tante Meti.

Mawar: "Besok aku akan ke puskesmas Indramayu, ma." ucapnya.

Tante Meti: "Untuk apa, nak?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Mawar: "Ada pelatihan, ma. Ujian akhir." sahutnya dengan wajah yang tegang. "Aku di sana selama 2 bulan lebih." ucapnya. Tante Meti menatap putrinya dengan tatapan yang dalam.

Tante Meti: "Apakah Dewi juga ikut?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Mawar: "Tidak, bu. Dewi gagal dalam ujian minggu lalu." ucapnya dengan wajah yang sedih. Tante Meti terdiam, wajahnya kelihatan sedih. Tante Meti berharap Dewi dan Mawar sama-sama bisa ikut kkn, karena baginya Dewi adalah anak yang telah berjasa pada sekolah putrinya. Tante Meti masih mengingat jasa Dewi yang pernah membantu biaya kuliah Mawar 2 tahun yang lalu.

Tante Meti: "Ibu ikut sedih. Dewi anak yang baik." ucapnya. "Kenapa Dewi bisa gagal, ya?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Mawar: "Aku juga tidak tahu, bu." sahutnya. Saat itu Lily melangkah dengan terburu-buru keluar dari dalam kamarnya sambil membawa tas kopernya. Mawar dan ibunya menoleh ke arah Lily dengan penuh tanda tanya, mereka tidak mengetahui tentang keberangkatan Lily ke kota Batam.

Mawar: "Mengapa kak Lily membawa koper? Mau pergi ke mana, kak?" tanyanya dengan rasa penasaran dan terheran-heran. Lily menghentikan langkahnya, lalu tersenyum kecil.

Lily: "Aku mau ke kota Batam." ucapnya dengan penuh keyakinan.

Tante Meti: "Ada keperluan apa di sana, nak?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Mawar mengatakan kepada mertua dan adik iparnya tentang pembukaan cabang baru di kota itu, serta mengunjungi neneknya yang juga tinggal di kota Batam.

Lily: "Aku pergi selama seminggu, bu." ucapnya.

Tante Meti: "Hati-hati, nak." ucapnya sambil tersenyum kecil memeluk menantunya itu.

Lily: "Iya, bu. Aku pergi dulu, ya." ucapnya. Lily menatap tante Meti dengan penuh kelembutan, lalu menoleh ke arah Mawar.

Mawar: "Hati-hati, ya, kak." ucapnya. Setelah pamitan pada mertua dan adik iparnya, Lily melangkah dengan cepat menuju pintu depan rumahnya. Mawar dan ibunya ikut mengantar Lily sampai ke depan pintu. Pak Tono yang merupakan supir pribadi Lily telah menunggu Lily.

Pak Tono: "Apakah masih ada barang yang lain, nyonya?" tanyanya sambil memasukkan koper Lily ke dalam bagasi mobil.

Lily: "Tidak ada, pak." sahutnya dengan penuh keyakinan. Setelah pak Tono selesai memasukkan koper Lily, akhirnya pak Tono melaju dengan mobilnya mengantar Lily ke bandara. Tante Meti dan Mawar berdiri di depan pintu menatap kepergian Lily.

Mawar: "Akhir-akhir ini kak Lily sangat sibuk, bu." ucapnya.

Tante Meti: "Iya, nak. Seharusnya Lily mulai memperhatikan kehamilannya." ucapnya dengan wajah murung. "Ibu sudah ingin mempunyai seorang cucu." ucapnya lagi dengan penuh kerinduan. Mawar menoleh ke arah ibunya yang berdiri di sampingnya, lalu tersenyum kecil.

Mawar: "Kenapa tiba-tiba ibu membicarakan tentang kehamilan?" tanyanya dengan penuh keheranan. "Awalnya ibu tidak memikirkannya." ucapnya lagi.

Tante Meti: "Mereka menikah sudah hampir 3 tahun. Wajarlah ibu menginginkan seorang cucu." ucapnya dengan wajah yang sedih.

Mawar: "Sabar, bu. Semua ada waktunya, kok." ucapnya.

Tante Meti: "Ibu mulai merasa kesepian di rumah. Teman-teman ibu sudah punya banyak cucu." ucapnya lagi. Tante Meti mulai gelisah tentang kesuburan Lily, namun dia tidak ingin membicarakannya di hadapan Lily. Tante Meti tidak ingin membuat hati Lily kecewa ataupun kepikiran.

Mawar: "Jangan terlalu dipikirkan, ya, bu." pintanya sambil memegang pundak ibunya dengan lembut. Dari halaman rumah, Dewi berjalan pelan menghampiri Mawar dan ibunya.

Dewi: "Hai, tante. Hai, Mawar." sapanya dengan ramah. Dewi tersenyum manis kepada tante Meti.

Tante Meti: "Hai juga, Dewi. Tante baru ketemu kamu, nih." ucapnya dengan senyum yang sumringah. Mawar tersenyum kecil menyambut kedatangan sahabatnya yang tiba-tiba itu.

Dewi: "Iya, tante. Aku sedang sibuk." sahutnya.

Mawar: "Sibuk pacaran, ya." ejeknya sambil tersenyum lebar. Tante Meti tertawa kecil mendengar perkataan putrinya, sedangkan Dewi menanggapinya dengan santai sambil ikut tertawa.

Dewi: "Kamu tuh terlalu serius belajar." ucapnya sambil menatap ke arah Mawar.

Tante Meti: "Ayo, masuk ke dalam." ajaknya sambil memegang tangan Dewi. Tante Meti, Dewi dan Mawar masuk ke dalam rumah dan berkumpul di ruang tengah.

Tante Meti: "Tante masuk dulu, ya. Tante akan menyuruh bi Sita buatkan minuman untukmu." ucapnya sambil tersenyum ke arah Dewi.

Dewi: "Iya, tante. Terima kasih." sahutnya.

Tante Meti: "Kalian ngobrol aja." ucapnya lagi. Tante Meti berjalan dengan santai menuju dapur.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!