NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Mereka semua mengenakan jubah dengan warna dasar hitam pekat, pilihan yang sempurna untuk menyamarkan diri di kegelapan malam, namun tetap memancarkan aura misterius. Bordir merah menyala yang terukir halus di sepanjang tepi jubah, membentuk pola naga atau bunga teratai yang rumit, membuat kelima sosok itu terlihat memukau dan elegan, kontras yang menawan di tengah keseragaman.

Jubah hanfu hitam yang membalut tubuh Lin Hua, khususnya, terbuat dari sutra bulan yang langka, kain yang hanya bisa dipintal dari kepompong ulat sutra yang diberi makan daun-daun tertentu di bawah sinar rembulan. Kain itu jatuh dengan lembut, memeluk lekuk tubuhnya, dan memancarkan kilau keperakan yang samar setiap kali ia bergerak, seolah menyerap cahaya di sekitarnya. Ini adalah hadiah istimewa dari Kaisar Han Ruo Xun sendiri, sebagai pengakuan atas "kerja kerasnya" selama tiga tahun terakhir.

Ah, ya. Wei Lin Hua, gadis yang tampak polos dan anggun itu, telah kembali membunuh sejak usianya menginjak sepuluh tahun. Awalnya, ia hanya menyingkirkan mereka yang berniat jahat padanya, para penjahat atau pengganggu yang mengancam keberadaannya. Namun, ambisi yang pernah membara di dunia lamanya, di mana kematian adalah hal biasa dan kekuasaan adalah segalanya, tidak pernah luntur. Saat darah tumpah di hadapannya, dan ia mendengar rintihan memohon ampun dari para korbannya, alih-alih gentar, ia justru menemukan kembali gairah yang telah lama terpendam.

Organisasi pembunuh bayaran yang kini ia pimpin, dengan segala kekuatan dan jaringannya, tentu saja dibangun atas sepengetahuan dan restu Kaisar. Hubungan mereka bermula ketika Lin Hua, secara tak sengaja, menyelamatkan Kaisar Han Ruo Xun dari serangan musuh tak terduga yang nyaris merenggut nyawanya. Dalam insiden itu, Kaisar melihat potensi luar biasa dalam diri Lin Hua—kecerdasan yang tajam, keberanian yang tak tergoyahkan, dan kemampuan bertarung yang mematikan.

Kaisar Han Ruo Xun, seorang penguasa yang cerdik dan pragmatis, kemudian membantu gadis itu menciptakan identitas baru, memberinya sumber daya, dan memberinya kebebasan untuk membangun kekuatannya. Sebagai imbalannya, Lin Hua dan organisasinya selalu menjadi tangan tak terlihat Kaisar, memberantas musuh-musuh yang berniat memberontak, menyingkirkan pengkhianat, dan menjaga stabilitas kekaisaran dari bayang-bayang.

Kini, Lin Hua telah tumbuh menjadi kekuatan yang tangguh, berdiri di atas kakinya sendiri, bahkan melampaui ekspektasi Kaisar. Pria itu, dengan kebijaksanaannya, melepaskan Lin Hua untuk memperkuat organisasinya lebih jauh, memahami bahwa kekuatan Lin Hua adalah kekuatan kekaisaran itu sendiri, asalkan tetap berada dalam lingkup kesetiaan dan aman bagi keluarga kekaisaran.

Perjalanan dari Desa Qingquan menuju ibukota terbentang panjang dan melelahkan. Lin Hua, dengan pertimbangan waktu yang mendesak, memutuskan untuk menunggang kuda, sebuah keputusan yang akan mempercepat perjalanan mereka dan memastikan kedatangan tepat waktu. Mereka singgah sejenak di markas rahasia mereka yang terletak di Desa Fulin, sebuah desa yang berjarak dua desa setelah Desa Qingquan.

"Kau memang selalu tidak sabaran," ucap Zhu Feng, salah satu tangan kanannya yang paling blak-blakan, saat mereka turun dari kereta kuda. Nada bicaranya terdengar sedikit mengejek, namun tersirat pula rasa sayang dan pengertian.

"Terlalu lama duduk di dalam kereta kuda hanya membuatku mual dan mati rasa," jawab Lin Hua, sambil meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia memang lebih menyukai kebebasan dan kecepatan yang ditawarkan oleh kuda, daripada kenyamanan semu di dalam kereta.

Para penjaga kuda di markas mereka dengan sigap mengeluarkan lima ekor kuda hitam gagah perkasa, masing-masing dengan pelana dan kekang yang terbuat dari kulit berkualitas tinggi. Lin Hua menghampiri kuda kesayangannya, seekor kuda betina berwarna hitam legam dengan surai dan ekor yang berkilauan seperti sutra. "Jinjin, ayo berlari dan terbang," ucapnya lembut, sambil mengelus leher kuda kesayangannya itu. Jinjin meringkik pelan, seolah mengerti dan menyambut ajakan tuannya.

Tidak lupa, sebelum meninggalkan markas, Lin Hua dan keempat tangan kanannya mengenakan topeng rubah mereka. Topeng-topeng itu terbuat dari porselen putih halus, dengan ukiran rumit yang menggambarkan ekspresi rubah yang berbeda-beda—ada yang licik, ada yang misterius, ada pula yang anggun. Topeng-topeng itu bukan hanya sekadar penutup wajah, tetapi juga simbol identitas dan kesetiaan mereka terhadap organisasi.

Dengan aba-aba dari Lin Hua, kelima penunggang kuda itu memacu kuda mereka, memulai kembali perjalanan menuju istana kekaisaran. Kuda-kuda itu berlari dengan kecepatan tinggi, membelah hutan belantara yang sepi. Jubah hitam mereka berkibar tertiup angin, menciptakan pemandangan yang sangat indah sekaligus mengerikan. Di bawah sinar matahari yang menembus celah-celah pepohonan, para penunggang kuda itu tampak seperti bayangan yang menari-nari di antara pepohonan, membawa pesan rahasia dan misi yang berbahaya.

Hutan itu sepi, hanya suara derap kaki kuda yang memecah keheningan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk, bercampur dengan aroma keringat kuda dan wewangian Lin Hua yang lembut. Di antara pepohonan, sesekali terlihat kilatan mata hewan liar yang mengawasi mereka dengan waspada.

Lin Hua memimpin di depan, dengan Jinjin berlari dengan gagah dan lincah. Ia merasakan angin menerpa wajahnya, membawa bersamanya kebebasan dan semangat petualangan. Ia menikmati setiap momen perjalanan ini, meskipun ia tahu bahwa di depan sana, di istana kekaisaran, menantinya intrik dan bahaya yang tak terduga.

Di belakangnya, Shen Jian, Zhu Feng, Yuwen, dan satu anggota inti lainnya yang bernama Yunpeng mengikuti dengan setia. Mereka adalah orang-orang yang paling ia percaya, yang selalu siap melindunginya dengan nyawa mereka sendiri. Mereka adalah keluarga yang ia pilih, dan ia akan melakukan apapun untuk melindungi mereka.

Setelah beberapa jam berlari tanpa henti, mereka akhirnya tiba di perbatasan kota. Para penjaga gerbang, yang sudah diberi tahu tentang kedatangan mereka, segera membuka gerbang dan memberi mereka jalan.

Kota itu ramai dan sibuk, dengan orang-orang dari berbagai kalangan berlalu lalang di jalanan. Para pedagang menjajakan barang dagangan mereka, para pengemis mengulurkan tangan meminta belas kasihan, dan para pejabat berjalan dengan angkuh, seolah-olah mereka adalah penguasa dunia.

Lin Hua dan kelompoknya tidak mempedulikan semua itu. Mereka terus memacu kuda mereka, membelah kerumunan dengan kecepatan tinggi. Orang-orang menyingkir dari jalan mereka, terkejut dan kagum melihat rombongan penunggang kuda bertopeng rubah yang misterius dan menakutkan itu.

Akhirnya, mereka tiba di depan gerbang istana kekaisaran yang megah. Para penjaga istana, yang bersenjata lengkap dan tampak garang, segera menghalangi jalan mereka.

"Siapa kalian? Dan apa urusan kalian di sini?" tanya salah seorang penjaga dengan suara lantang.

Lin Hua menghentikan kudanya, dan menatap tajam ke arah penjaga itu. "Kami adalah utusan Kaisar Han Ruo Xun," jawabnya dengan suara dingin dan tegas. "Kami datang atas perintahnya."

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩: aku suka ceritanya kak semangat ya
total 2 replies
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!