" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.
Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.
Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.
" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# 11. suara lucnut
Waktu terus beranjak semakin malam pesta semakin meriah semua yang datang ikut setiap permainan yang sengaja di buat Vega dan iren, cuma aku yang nggak ikut bermain aku benar-benar seperti datang ke tempat yang salah.
Untung ada mas Adi yang nggak pindah pindah nemenin biar aku kesel sama dia, tapi aku tetap bersyukur cuma dia yang ada di samping aku saat temen temen lain melupakan aku.
Aku nggak tahu udah minum berapa gelas, rasanya kantung kemih ku penuh jadi kebelet buang air kecil, " Mas toilet di mana ya?" tanyaku pada mas Adi.
Ehh...bukan nya menjawab tiba-tiba mas Adi bangkit, " ayok mas antar " katanya bikin otak ku mikir nya langsung yang jorok.
" Nggak usah mas biar ara sendiri" kataku menolak.
Sesaat Mas Adi menatap ku, " ya sudah" katanya tidak bisa menyembunyikan gurat kecewa.
" Mbak" mas Adi memanggil mbak pelayan yang kebetulan lewat.
" Iya mas mau nambah pesanan" tanya si Mbak nya.
" Nggak Mbak, tolong anterin pac...saya ke toilet " mas Adi menggantung kata di tengah.
Pelayan menatap mas Adi kening nya berkerut kayak lagi mikir, " Ayo mbak silahkan" setelah nya mbak pelayanan mengajakku.
" Iya mbak " kata ku langsung berdiri dan mengikuti langkah nya dari belakang.
Melewati beberapa orang yang sedang berjoget hampir aku terhuyung jatuh karena nggak sengaja di kesenggol seseorang, " maaf cantik" ucapnya mengedipkan mata dan aku hanya mengangguk.
Tak bisa aku sembunyikan rasa heran ku pada orang orang itu, aku sampe berapa kali putar leher demi melihat mereka, dentuman musik seakan membawa mereka ke dunia lain.
Kami melewati lorong yang sedikit sempit, kami juga melewati beberapa pasangan yang lagi icip icip enak, bulu kuduk ku meremang saat mendengar decapan rasanya aku pengen lari dari tempat itu, " masih jauh mbak?" tanya ku yang mulai risih dengan kelakuan para pasangan yang nggak tahu tempat.
"itu di depan mbak" jawab nya sambil nunjuk aku nggak fokus karena telinga ku keburu dengar suara aneh.
" Ohh come on baby fuck me " suara desahan entah siapa bikin aku asli spot jantung , " Ya Allah" seruku dalam hati.
Mbak pelayan menunggu ku di depan, aku segera lari kearahnya. " silahkan mbak katanya .
" Ehh ..mbak tadi dengar nggak?" tanya ku dia mengangguk, " nggak risih apa?" tanya ku lagi.
" bosan mbak dengarnya cuma bisa apa saya kerja disini " jawaban yang bikin kepo ku langsung mandek, " udah nggak usah di fikirkan pura pura tuli saja ya?, saya kembali bekerja" ucap si mbak pelayan langsung berbalik.
Ku tatap punggung si mbak pelayan, kasian dia berarti tiap hari harus melewati hari yang berat.
Sangking sesak nya aku langsung masuk kedalam ruangan toilet yang kebetulan pintunya terbuka, buru-buru aku tuntaskan sesak yang dari tadi aku tahan, Rasanya sangat lega mungkin kalau tunggu lima menit lagi pasti aku terkencing di celana.
Baru saja berdiri merapikan pakaian ku tiba-tiba aku kembali di kejutkan dengan suara laknat yang entah dari sebelah sebelah mana, suaranya cukup jelas bahkan suara kulit ketemu kulit itu seperti menampar alam sadar ku hingga seluruh tubuh ku gemetar sadar kalau ini tempat yang salah.
Dengan segenap rasa takut aku cepat keluar dari toilet, dalam hati aku hanya bisa berteriak memanggil ibu ku, sungguh indera pendengaran ku sudah ternoda dengan suara-suara laknat itu.
Entah kesialan apa lagi yang harus aku terima tiba-tiba, " bug..." aku di tubruk seorang laki pas di depan pintu sampe aku hampir terjungkal jatuh, untung tangannya cepat menangkap pinggang ku.
" maaf.." katanya pas di depan mukaku, tatapan mata kami bertemu bau alkohol dari nafasnya sangat menyengat reflek aku menutup mata guna menetralisir rasa mual yang tiba-tiba muncul.
" Tiara sayang" ku dengar suara mas Adi memanggil, aku segera sadar berada di dalam posisi yang salah.
" Ah....maaf" kataku coba berdiri tegak namun sialnya kok tiba-tiba pergelangan kaki ku sakit banget, " akh..." pekik ku hampir jatuh lagi untuk kesekian kalinya laki-laki itu menangkap pinggang ku.
Bertepatan dengan datangnya mas Adi, " Hey..." mas Adi merebut ku dari tangan laki-laki itu, kalian tahu aku setengah mati menahan rasa sakit di pergelangan kaki.
" Kamu apain hah..." bentak mas Adi dengan tatapan tajam siap menghunus, Uuhh...setajam silet ya buk ibu hehehe.
Aku jadi serba salah dengan cepat aku menjawab agar mas adi tidak salah sangka, " bukan salah dia mas, kaki Ara sakit hampir jatuh tadi" kataku sambil melirik laki-laki itu dapat ku lihat dia sedikit menarik sudut bibirnya.
" Yaudah kita balik" kata mas Adi langsung menggendong aku di depan, Aku ingin berontak tapi ku urungkan karena memang kaki ku sakit. sebelum pergi mas Adi kembali melayang tatapan tajam untuk laki-laki itu dan pas aku noleh ku lihat laki-laki itu da da melambaikan tangan entah apa maksudnya.
Mas Adi tidak sekali pun menurunkan aku, nafasnya memburu kelihatan kalau dia lagi marah, Tapi apa yang bikin dia marah sampe segitu nya.
Aku masih dalam gendongan mas Adi banyak pasang mata melihat kearah kami termasuk Vega dan iren," Loh kak Tiara kenapa?" tanya Vega begitu sampai di dekat kami.
" Maaf Ga nggak sengaja tadi aku jatuh di toilet kaki ku sakit " jawab ku menjelaskan karena nggak mau Vega salah sangka.
" Beneran kakimu sakit Ra" iren ikut bertanya seolah dia curiga matanya melihat mukaku dan mas Adi secara bergantian.
Tampa menjawab pertanyaan Vega dan iren, mas Adi membawaku kembali duduk di tempat semula dan meletakkan aku dengan sedikit kasar. " mana yang sakit?" tanya mas Adi setelah mendudukan ku dan dia jongkok di depan ku.
" Kakak mau ngapain!?" tanya Vega melipat tangan di dada nampak dari mimik wajahnya kalau dia nggak suka dengan perlakuan kakak nya untuk ku.
" Ra beneran kaki kamu sakit?" Iren duduk di sebelah ku sedang mas Adi masih jongkok menatap ku, sungguh aku merasa seperti di himpit di tengah labirin yang nggak ada celah untuk keluar.
" Iya kaki sebelah kanan ku sakit" kataku menjawab pertanyaan iren.
" kamu keseleo?" tanya Iren terpaksa aku ngangguk biar pun aku nggak sadar kapan terpelekok nya sebab kejadian secepat kilat.
" Cih..." Vega mendecih sambil memutar bola matanya, mendapat perlakuan seperti itu rasanya sakit aku ingin langsung teriak di depan muka Vega kalau aku nggak seperti yang dia pikirkan.