Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.
Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.
Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.
"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq
Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Pemeriksaan
Sementara itu Sheana menghabiskan waktu hampir satu jam di perjalanan. Dia turun dari mobil dan menginjakan kaki di salah satu rumah sakit yang dipilih oleh Ruben dan Felicia. Tak lupa Sheana memakai penutup wajah, agar identitasnya tetap aman.
Sheana tak perlu repot-repot bertanya, karena dia langsung diarahkan ke ruang pemeriksaan. Di sana sudah ada Ruben dan Felicia yang menunggu.
Begitu dia masuk, semua orang langsung mengalihkan perhatian ke arahnya. Sheana menunduk, kemudian mengambil tempat duduk berjarak satu kursi dari Felicia.
"Perkenalkan saya dokter Alana, Nyonya Sheana," sapa sang dokter sambil mengulurkan tangan. Sheana langsung menjabatnya sambil tersenyum.
"Salam kenal, Dok," jawab Sheana ramah.
"Langsung saja lakukan pemeriksaannya, Dok!" seru Ruben langsung memotong.
"Tidak perlu terburu-buru, Sayang, lagi pula Shean juga baru datang kan. Aku akan sabar menunggu kalian," balas Felicia sambil melirik Sheana. Menampakkan wajah yang baik, seolah-olah dia tidak keberatan sama sekali dengan statusnya saat ini.
"Benar, Tuan, kalian harus rileks. Supaya hasil pemeriksaannya juga bagus," timpal dokter Alana. Sebagai dokter yang dipercaya oleh Ruben dan Felicia, dia juga perlu tutup mulut tentang rahasia ini.
Akhirnya pemeriksaan untuk inseminasi buatan itu pun dilakukan. Memastikan kondisi kesehatan keduanya optimal, supaya prosedur inseminasi memiliki banyak peluang keberhasilan. Dari pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan kondisi rahim dan juga pemeriksaan tubaa faloopi untuk Sheana.
Sementara untuk Ruben sendiri, meliputi analisis speeeerma, skrining penyakit menular sexsual dan masih ada tambahan yang lain.
Setelah semua itu selesai, dokter Alana menjadwalkan kembali untuk melakukan prosedur selanjutnya, karena dia perlu memantau siklus meentruasi dan memprediksi waktu ovulaasi Sheana. Untuk menentukan waktu terbaik pelaksanaan inseminasi.
"Hasil pemeriksaan sudah cukup bagus, tinggal kendalikan saja emosi, stres serta menjaga pola makan, pola tidur, baik Nyonya Sheana maupun Tuan Ruben. Untuk kelanjutannya saya akan menghubungi kembali lewat nomor telepon yang tertera, jadi sebaiknya persiapkan dari sekarang," ujar dokter Alana kepada kedua orang itu. "Ada yang ingin ditanyakan?" Lanjutnya.
Sheana ragu-ragu untuk angkat tangan, tapi dokter Alana langsung menanggapinya cepat.
"Ya, Nyonya."
"Dok, berapa persen tingkat keberhasilan pada prosedur ini. Dan jika tidak berhasil apa yang harus kami lakukan?" tanya Sheana, mengeluarkan apa yang ada di kepalanya sejak tadi. Karena dia yakin sebuah prosedur tidak akan mungkin memiliki peluang 100 persen.
Ruben mengerutkan keningnya, sementara Felicia merasa bahwa Sheana cukup cerewet. Padahal tinggal ikuti saja apa kata dokter Alana.
"Pertanyaan yang bagus. Jadi, tingkat keberhasilan pada prosedur ini umumnya berkisar antara 10-20% per siklus, Nyonya. Peluang ini juga bisa meningkat ke angka 45-50% setelah 4-6 kali siklus. Artinya, jika gagal kita akan mengulanginya lagi pada siklus-siklus yang akan datang," jelas dokter Alana dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami pasiennya.
Sheana langsung mengangguk paham, akhirnya terjawab sudah rasa penasarannya.
"Andai gagal, apakah artinya rahim saya yang bermasalah, Dok?" tanya Sheana lagi, bertujuan agar dia tidak disalahkan sepenuhnya.
"Tidak sepenuhnya dong, pasti ada beberapa faktor. Karena kwalitas speeerma juga sangat berpengaruh," papar dokter Alana. "Ada lagi?" lanjutnya sambil menatap Sheana dan Ruben secara bergantian.
Ruben tak menjawab, entah kenapa dia malah melirik ke arah Sheana seakan menyerahkan waktu pada wanita itu. Dan Sheana balas menatap wajah suaminya, dia pun menggelengkan kepala.
"Cukup, Dok," jawab Sheana, memahami bahwa suaminya tidak akan mengeluarkan kata apa-apa. Sementara dari tempat duduknya, Felicia yang sedari tadi menyimak tampak jengah dengan situasi yang tengah dia hadapi. Dia teramat tidak suka dengan tatapan Ruben untuk madunya, hingga dia mengepalkan tangan.
****
Terkurung di dalam kamar selama beberapa hari, tentu saja membuat Sheana merasa bosan. Untuk itu dia menetralisirnya dengan menyalurkan hobi yang selama ini dia sukai, yakni membuat desain baju.
Sebenarnya Sheana pernah bercita-cita menjadi seorang desainer, seperti sang ibu yang suka menggambar dan menjahit. Namun, keterbatasan biaya membuat dia mengubur semua mimpi itu.
Tok ... Tok ... Tok ...
Tiba-tiba terdengar suara ketukan. Sheana langsung mengalihkan perhatian dari kertas yang sedang dia corat-coret itu, mencari sumber suara. Ternyata asalnya dari jendela.
Sontak Sheana pun bangkit, dia mendekati jendela yang memiliki ukuran lebih tinggi dari dirinya. Saat menyibak gorden, Sheana langsung disambut wajah Luan yang tersenyum ramah. Wanita itu pun mengernyit. Merasa keheranan dengan keberanian Luan yang luar biasa.
'Untuk apa dia mengetuk jendela kamarku?' batin Sheana, detik selanjutnya pemuda itu mengangkat sebuah komik di tangannya. Seakan mengerti rasa bosan yang sedang melanda diri Sheana.
Akhirnya Sheana pun mencoba membuka jendela itu, hingga dia berhadapan langsung dengan Luan.
"Ada apa?" tanya Sheana dengan nada berbisik sambil sesekali celingak-celinguk. Dia takut pertemuan ini dilihat oleh orang lain dan menimbulkan masalah.
"Saya tahu Nyonya sedang mendapat hukuman. Nyonya pasti sangat bosan kan di kamar, ini ... bacalah! Komik kesukaanku ini ceritanya sangat seru. Siapa tahu Nyonya suka," ujar Luan seraya menyerahkan komik di tangannya.
Sheana menerimanya dengan ragu, dia speechless karena ternyata masih ada orang perhatian padanya.
"Dan jangan lupa, sambil baca komik, makan ini juga," lanjutnya, kembali memberikan sesuatu kepada Sheana, yakni dua telur rebus.
"Terima kasih banyak, tapi—kenapa kamu seberani ini? Kamu tidak takut terkena masalah dan membuat pekerjaanmu terancam?" tanya Sheana.
"Nyonya dihukum juga karena saya kan? Saya tidak ingin Nyonya menanggung semua ini sendirian. Kalau Nyonya butuh sesuatu panggil saya saja. Saya akan dengan senang hati melakukannya," jawab Luan dengan serius. Melupakan ancaman Ruben yang akan mendepaknya.
Bibir Sheana melengkung dengan sendirinya, kemudian dia mengangguk. "Sekali lagi terimakasih, Luan."
Pemuda itu membalas senyuman Sheana, kemudian dia sendiri yang menutup jendela dengan sangat hati-hati supaya tak menimbulkan suara gaduh. Mereka saling tatap sebentar, lalu Sheana kembali duduk di kursi yang sempat dia tinggalkan.
Membuka komik yang baru saja Luan berikan dan dua telur rebus di meja. Dia hanya membolak-balikkan untuk melihat detail gambarnya, ternyata cukup menarik.
"Sepertinya cerita komik ini memang seru. Setelah ini aku akan membacanya," ucap Sheana kembali tersenyum lebar. Sementara Luan yang sudah kembali ke pos security, berharap ini semua menjadi awal dia bisa dekat dengan Sheana.
*
*
*
Komen donggg💋🌶️
jadi ketagihan sma yg baru kan .... wah ternyata