Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENIKAHI PRIA YANG MENCINTAI ADIK-KU
“Aku tidak mencintainya, aku menikahinya hanya karena tidak ingin kehilangan saham!” kata Ethan Mo.
Tiga tahun yang lalu, dari balik pembatas ruangan Grace Li mendengar perkataan ini. ketika di hari pernikahannya. Saat itu dia hanya bisa mengepalkan tangannya. Menahan mati-matian air matanya agar tidak terjatuh. Bagi Ethan dia adalah orang asing. Tapi, bagi Grace pria itu adalah segalanya.
Meski hanya sebagai pengantin pengganti, tetap saja menikah dengan orang yang dicintai selama bertahun-tahun dalam diam, sama saja itu disebut kebahagian diri. Bagi Grace mencintai Ethan sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Pada awalnya Ethan ingin menikahi Nona Muda Kedua dari keluarga Li, hanya saja Kakek Mo tidak merestui, dan lebih memilih Grace Li, sebagai cucu menantunya. Ethan pada saat itu, ingin membatalkan pernikahan. Tapi, demi menjaga nama baik keluarga, Kakek Mo mengancamnya, Jika tidak menikah, maka siap-siap kehilangan semua saham yang akan diberikan kepadanya.
Bahkan setelah menikah, Kakek Mo, mengatur Grace menjadi sekretaris pribadi Ethan. Berharap mereka berdua bisa semakin dekat. Meski mereka menikah sudah tiga tahun. Terkadang Grace merasa baru kemarin dia mendengar kenyataan pahit yang dikatakan oleh Ethan.
Selama tiga tahub pernikahan mereka, meski ini adalah sebuah pernikahan bisnis. Namun, Grace tetap menjalankan tugasnya sebagai istri yang baik. Dia selalu mengingat semua apa yang Ethan suka dan apa yang Ethan tidak suka.
Hari ini, dia baru saja mendengar, jika Adiknya, sarah sudah kembali. Pada saat ini, Grace sedang berada di rooftop Grup Mo, memandang Langit biru yang luas. “Tiga tahun... Tiga tahun, hidup dibenci. Apa ini hidup yang kau inginkan Grace!” tanyanya dalam hati.
“Kau hanyalah si penyimpan rasa yang tidak tahu bagaimana caranya bersuara!” pikir Grace lagi sambil menghapus air matanya.
“Ethan, aku sangat mencintaimu. A-aku … akan melepaskanmu!” lirih Grace dengan suara tercekat.
Pada saat ini, ponsel Grace berdering, itu adalah panggilan telepon yang meminta Grace pulang ke kediaman Li, untuk makan malam menyambut kepulangan Sarah Li, Adiknya.
“Jangan Lupa ajak suamimu!” kata Nyonya Li.
Bagi keluarga Li, siapa pun yang menikah dengan Ethan sama saja, yang penting mereka dapat dukungan bisnis dari keluarga Mo. Ketika kakek Mo, memberi syarat untuk mengirim Sarah keluar negeri, tentu saja mereka menyanggupinya.
Pada saat ini, Grace berdiri di depan ruangan Ethan, dia mendorong pintu dan masuk. Tubuhnya langsung membeku ketika mendengar Ethan berkata. “Ya Sarah, tentu saja aku akan datang!”
Grace menggigit bibir bawahnya, Ethan menoleh kepada Grace yang terlihat masih tertegun. “Ada apa? tanya Ethan.
“Eum... ada makan malam di rumah?” jawab Grace.
Ethan mengangguk, mengambil jaket panjangnya, “Jika begitu jangan sampai terlambat!”
Grace masih tertegun sesaat, lalu segera mengambil tasnya dan menyusul langkah suaminya itu. “Tiga puluh hari, beri aku waktu tiga puluh hari untuk melepasnya!” pinta Grace kepada dirinya sendiri.
Melepaskan seseorang yang sudah dia cintai sedari masa remaja, sungguh bukan hal yang mudah. Pada saat ini Mobil keduanya pun tiba di kediaman Li. Begitu masuk, sarah sudah menunggu, memancarkan pesona yang sulit diabaikan.
Gaun pastel yang membalut tubuhnya jatuh lembut hingga ke mata kaki. Senyuman sarah terlihat ramah dan menenangkan. Ethan terlihat berdiri terpaku menatap mantan kekasihnya itu. Grace pura-pura tak melihat, tak ingin menyiksa diri sendiri lagi, jadi dia lebih memilih mengabaikan rasa.
“Kak Ethan, lama tak bertemu... Kakak apa kabar?” sapa Sarah kepada Grace sambil menggandeng lengan pria itu di depan Grace.
Tuan Li menyambut Ethan dengan ramah, “Kalian sudah datang, ayo kita ke ruang makan!”
Mereka pun pergi ke ruang makan. Saat ini Nyonya Li masuk, dengan beberapa pelayan di belakangnya. “Sarah yang menyiapkan semua makanan ini, dia bilang Ethan paling suka makanan-makanan ini!”
Di bawah meja, Grace mengepalkan kedua tangannya. Dia semakin menyadari, seharusnya tidak menikahi pria yang belum selesai dengan masa lalunya. Seharusnya dia tidak menerima pinangan dari keluarga Mo.
Selesai makan malam, Grace masuk ke kamarnya. Dia berdiri di sebuah meja yang diatasnya berjejer foto-foto. Dia pun mengambil tempat sampah, lalu keluar dari kamae dan membuang semuanya. Dari balkon ruang keluarga Ethan melihat Grace yang sedang membawa tempat sampah dan melemparkannya.
Alis Ethan mengkerut, dia menangkap bahasa tubuh yang aneh. Istrinya itu terlihat seperti baru saja membuang segala beban dari tubuhnya. Begitu Grace membalikan badan, wajahnya sedikit panik, matanya beradu pandang dengan Ethan. Lalu dengan sedikit gugup dia langsung masuk ke dalam mobil dan melajukannya.
Bahu Ethan di tepuk oleh Sarah. “Sedang melihat apa?”
“Ah… Eum…!” kata Ethan sambil mengusap tengkuk lehernya sendiri.
Merasa penasaran dengan apa yang baru saja Grace buang, dia pun menyudahi percakapannya dengan Sarah. Entah mengapa sedari tadi dia berbicara dengan Sarah, getaran yang dulu dia rasakan terasa menguap entah kemana.
“Nanti aku hubungi kau lagi, ok!” kata Ethan sambil berjalan pergi, dia juga terlihat serius sedang menulis pesan kepada supirnya. “Bawa pulang sampah yang baru saja Nyonya buang!”
Hari-hari berlalu seperti biasa, tidak ada yang berubah dengan Ethan tetap sama dinginnya. Hanya saja terkadang, dia terlihat lebih hangat di tiap kali bertemu dengan Sarah. Sementara, Grace tampak seperti patung ketika mendengar tawa canda mereka ketika mengisi makan siang atau makan malam bersama.
Keesokan harinya Ethan merasa seperti ada yang hilang di ruangan kerjanya itu. Berkali-kali dia melirik ke jam tangannya, lalu melihat ke sudut meja, biasanya di jam sepuluh pagi, sudah ada segelas kopi.
Namun, sudah lewat daei jam sepuluh, belum ada segelqs kopi hangat di meja kerjanya. Ethan melihat ke jam tangannya lagi. Dengan sedikit marah, dia menghubungi saluran telepon yang langsung tersambung ke meja Grace. “Apa kau melupakan sesuatu!”
“Tidak! Semua jadwal kerja satu minggu ke depan sudah aku kirim ke emailmu. Kontrak-kontrak Kerjasama yang harus di tandatangani sudah ada di atas meja!” jawab Grace sambil menjempit gagang telepon ke pipinya. Sementara dua tangannya sambil mengetik balasan email.
“Apa Perusahaan ini sedang kekurangan uang, sampai tidak mampu membeli kopi!” kata Ethan sedikit kesal.
“Ah...kopi ya!” imbuh Grace.
“Maaf Tuan, hanya saja persediaan kopi yang biasanya memang sedang habis!” jawab Grace sedikit santai, terdengar acuh tak acuh.
“Tuan … sampai kapan dia mau memanggilku Tuan!” pikir Ethan yang sudah mulai meresa kata itu tidak enak didengar di telinga.
“Apa kau ini bodoh! Buatkan dengan kopi yang lain!” kata Ethan sambil menutup sambungan teleponnya.
Ethan pasti akan tercengang, jika saja dia tahu, jenis kopi apa yang biasanya Grace seduhkan untuknya. Itu adalah jenis kopi yang sulit di dapat, karena kopi ini hanya tumbuh di ketinggian tertentu dan hanya di beberapa lahan di Panama. Dan, hanya bisa di dapatkan di pelelangan internasional, di karenakan jumlah panen yang sedikit, karena itu tidak bisa dijual disembarang tempat.
" Hati yang busuk mengeluarkan napas yang bau "
🤣🤣🤣🤣 bangun tidur uda bau..walaupun cantik juga...Sekretaris Mei bisa aza...Sarah diam membisu...🤭🤭🤭🤭
kudu di kubek otak c e ny
c j pede bed,,org lg ngejar grace
nat tegas lu