NovelToon NovelToon
Om Duda Teman Papa

Om Duda Teman Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Addryuli

"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."

"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."

Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.

Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.

Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?

ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24

"Kenapa mendadak pah?"

"Tanyakan saja pada adikmu kenapa membuat masalah secara tiba-tiba."

Edgar menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Tck, merepotkan." gerutunya.

"Bagaimana kondisinya pah? Sejak tadi mama sulit menghubungi Sam."

"Terakhir kali dia memberi kabar dua jam yang lalu, sekarang dia berada di rumah sakit."

"Apa kerjaan pengawal Sam hingga Sam mengalami kecelakaan seperti ini?" tanya Edgar heran.

Toni memijat pangkal hidungnya. "Entah lah."

"Theo, siapkan penerbangan untuk besok pagi." ucap Edgar.

"Siap tuan."

Edgar dan Theo terpaksa pergi tengah malam ke mansion Lysander setelah mendapat kabar bahwa adik Edgar, Samuel Lysander mengalami kecelakaan hingga menyebabkan patah tulang lengan kirinya.

Samuel sedang menjalani masa perkuliahan di Amsterdam yang sudah menginjak semester 2 akhir. Pengawal pribadinya menghubungi Toni jika Samuel mengalami kecelakaan, hingga membuat keluarga Edgar kebingungan di tengah malam.

"Pulanglah dan bersiap, biar sementara waktu perusahaan papa yang handel."

Edgar mendengus kasar. "Kenapa bukan papa saja yang pergi pah, kenapa harus Edgar?"

"Kamu tahu sendiri adikmu tidak pernah patuh dengan papa, dia hanya takut kepada kamu saja Ed."

"Tapi Edgar punya syarat untuk papa."

"Kenapa kamu pamrih sekali dengan orang tua?" seloroh Toni.

"Iya Ed, mau ya temani mama?" bujuk Giovani.

Terpaksa Edgar menganggukkan kepalanya, dia tak tega melihat mamanya memohon seperti itu padanya.

"Kalau begitu Edgar pulang dulu."

"Hati-hati sayang."

Edgar beranjak dari duduknya bersama Theodore, mereka lekas masuk ke dalam mobil lalu kembali ke apartemen.

"Kenapa lo senyum?" tanya Edgar datar.

Theodore menekan pipi dalamnya menggunakan lidah agar berhenti tersenyum.

"Apa tuan Edgar merasa galau karena harus terpisah dari nona Odelia?"

Bugh.

Edgar meninju lengan Theodore dengan keras.

"Sialan." umpatnya.

Pagi harinya, Edgar berjalan dengan setelan jas berwarna Navy. Kaca mata hitam bertengger manis dihidung mancungnya.

"Nyonya Giovani akan menyusul, beliau ada urusan sebentar di sekolah." ucap Theodore.

Edgar mengangguk. "Langsung ke bandara saja."

Theodore memasukan dua koper ke bagasi mobil kemudian masuk ke dalam lalu pergi menuju bandara. Pagi ini mereka bersama Giovani akan terbang ke Amsterdam untuk mengunjugi Samuel.

Sampai di bandara, Edgar dan Theo diambut oleh asisten khusus. Tak lama setelah kedatangan Edgar dan Theo, Giovani dan Toni juga sampai di bandara.

"Kalian hati-hati." ucap Toni.

"Ed, titip mama kamu ya."

Edgar mengangguk. "Kami pamit dulu pah."

Mereka bertiga segera masuk ke dalam jet. Sebelum take off, Edgar memfoto suasana di dalam jet pribadi keluarganya lalu mengirimkannya pada Odelia.

"Tunggu aku pulang gadis kecil." gumam Edgar.

Odelia memandang hamparan rumput serta pepohonan yang rindang. Dia duduk sambil memangku satu cup es krim yang dia beli tadi.

Masih memakai seragam sekolah, dia memakan es krim itu sendirian di taman dekat perumahannya. Ini hari kedua dimana dia tak bertemu dengan Edgar, bahkan nomor Edgar pun sulit dihubungi.

"Kenapa sih ke luar negerinya mendadak, mana nggak ngabarin sama sekali lagi." gerutunya.

Odelia memakan es krim itu dengan lahap hingga sedikit belepotan.

"Ke luar negeri ngapain sih? Urusan pekerjaan?" gumamnya.

"Nih."

Odelia terkejut saat sebuah uluran tangan berada tepat di depan wajahnya sambil membawa sapu tangan. Dia mendongak, menatap Aston yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Aston."

Aston duduk tepat di sebelah Odelia, dia hendak mengusap sudut bibir Odelia yang ada noda es krimnya.

"Gue aja."

Odelia segera mengambil sapu tangan milik Aston lalu mengusap bibirnya beberapa kali hingga bersih.

"Lo ngapain di sini?" tanya Aston.

"Nggak papa sih, cuma pengen ngadem aja." jawab Odelia.

Aston mengerutkan keningnya. "Ngadem?"

Odelia menjawabnya dengan anggukan kepala sambil menyuapkan es krim ke dalam mulutnya.

Aston meringis kecil, pasalnya saat ini Odelia sedang duduk diatas rerumputan dengan sinar matahari yang masih terasa terik walau sudah jam 2 siang. Lalu dimana letak ngademnya? Apa karena dia sambil makan es krim lalu dibilang ngadem? Pikir Aston bertanya-tanya.

"Oh iya, lo sendiri kok bisa sampai sini?" tanya Odelia.

"Sengaja aja sih lewat sini, eh malah lihat lo lagi sendirian."

"Lo kenapa Del? Gue perhatiin dari kemarin kaya banyak pikiran?" tanya Aston.

Odelia menghela nafas pelan. "Sebenarnya gue lagi bingung aja sih, sebentar lagi kan ujian nih dan gue masih belum nentuin mau lanjut dimana. Itu aja sih." jawab Odelia asal.

"Butuh bantuan buat pilih universitas? Tapi lo mau ambil jurusan apa dulu?"

Odelia mengerjap-ngerjapkan matanya pelan. "E-Em itu...duh gimana ya jelasinnya."

"M4ti gue, gue harus jawab apaan?" batin Odelia.

Aston tertawa kecil. "Nggak usah gugup gitu, awalnya gue juga bingung mau ambil apa. Tapi setelah gue pikir-pikir ambil kedokteran bagus juga sih."

Odelia tertawa canggung, dia merutuki mulutnya yang asal bunyi itu. Padahalkan kalau ingin jadi istri sultan yang kekayaannya nggak bakal habis tujuh turunan dia nggak perlu kuliah. Pikirnya.

Odelia kembali memasukkan es krim itu ke dalam mulutnya sambil meringis.

"Ini semua gara-gara om Edgar." batin Odelia kesal.

Ting.

Ponsel Odelia berdenting, dia meletakkan cup es krimnya kemudian mengambil ponselnya. Seketika wajahnya berbinar dengan senyum merekah.

Aston memperhatikan perubahan wajah Odelia yang begiti senang saat melihat ponselnya.

"As, gue pulang dulu ya. Bay."

Odelia berlari menuju mobilnya kemudian melaju pergi.

Aston mendesah pelan, dia menatap mobil hitam Odelia yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya.

"Kenapa susah banget Del deketin lo?" gumam Aston.

Ckit.

Odelia menghentikan mobilnya di car port. Dia buru-buru keluar dari mobil lalu berlari masuk ke dalam rumahnya.

Sampai di kamar dia melepas sepatu lalu meletakkan tasnya begitu saja di lantai. Odelia lekas berbaring di ranjangnya lalu membuka pesan dari pria yang membuatnya uring-uringan selama dua hari ini.

Om Edgar: sudah pulang sekolah?

Odelia senyum-senyum sendiri saat membaca pesan itu, tapi dia tak ingin menunjukkan bahwa dia kesenangan.

"Siapa suruh bikin gue kesel." gumam Odelia.

Me: hem.

Odelia hanya membalas singkat pesan dari Edgar. Sedikit jual mahal nggak masalahkan? Pikir Odelia.

Ting.

Om Edgar: kamu marah?

"Ih gemes banget sih, pake tanya lagi. Udah jelas gue marah lah." gerutu Odelia.

Me: nggak!

Ting.

Om Edgar: maaf karena ngabarin kamu mendadak, dan maaf juga kemarin aku nggak menghubungi kamu. Ada sedikit masalah disini.

"Masalah? Pekerjaan kah?" gumam Odelia.

"Udah pasti kerjaan lah, mau apa lagi coba."

Ting.

Belum sempat Odelia membalas pesan Edgar, duda tampannya itu lebih dulu mengirimkannya pesan lagi.

Om Edgar: (send pic)

Om Edgar: (send pic) aku bahkan baru sempat sarapan.

"APA?"

Odelia sampai terduduk dari posisi tidurannya saat melihat foto yang dikirimkan Edgar. Bukan, bukan foto daging dan telur mata sapi yang menjadi fokus Odelia. Melainkan foto pertama dimana Edgar mengunakan kemeja putih dan celana pendek tengah duduk di kursi dekat kolam renang.

Odelia bahkan sampai mengusap air liurnya yang hampir menetes. Bagaimana tidak, foto pertama Edgar memperlihatkan pahatan tubuh pria itu. sebab kemeja yang digunakannnya hanya sebagai hiasan saja karena semua kancing kemejanya tidak dikancingkan.

"Nggak, ini beneran nggak aman buat kewarasan gue." seru Odelia.

Ting.

Om Edgar: apa kamu suka?

Odelia membelakan matanya.

"AAAAA MAMA, ODEL DIGODAIN DUDA."

1
Reni Anjarwani
suka deh bisa doubel up keren ceritanya
Liana Alda: happy reading kak
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
keren bgtt kalau bisa doubel up thor
Liana Alda: on proses kak, punya 2 on going soalnya. masih susah bagi waktu 😭😭
total 1 replies
Reni Anjarwani
ceritanya bagus kalau bisa doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel. up seru ceritanya
EatYourHeartOut
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
Kiran Kiran
Menghibur banget!
Liana Alda
terima kasih kembali
Bunny Koo
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!