NovelToon NovelToon
Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Isti arisandi

Kinanti, seorang dokter anak yang cerdas dan lembut, percaya bahwa pernikahannya dengan David, dokter umum yang telah mendampinginya sejak masa koass itu akan berjalan langgeng. Namun, kepercayaan itu hancur perlahan ketika David dikirim ke daerah bencana longsor di kaki Gunung Semeru.

Di sana, David justru menjalin hubungan dengan Naura, adik ipar Kinanti, dokter umum baru yang awalnya hanya mencari bimbingan. Tanpa disadari, hubungan profesional berubah menjadi perselingkuhan yang membara, dan kebohongan mereka terus terjaga hingga Naura dinyatakan hamil.

Namun, Kinanti bukan wanita lemah. Ia akhirnya mencium aroma perselingkuhan itu. Ia menyimpan semua bukti dan luka dalam diam, hingga pada titik ia memilih bangkit, bukan menangis.

Di saat badai melanda rumah tangganya datanglah sosok dr. Rangga Mahardika, pemilik rumah sakit tempat Kinanti bekerja. Pribadi matang dan bijak itu telah lama memperhatikannya. Akankah Kinanti memilih bertahan dari pernikahan atau melepas pernikahan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Menggoda dan Tergoda

Suasana rumah sunyi. Hanya suara kipas angin tua yang berdengung pelan di sudut ruang tamu, berpadu dengan detak jam dinding yang seakan berdetak lebih keras malam itu.

David berdiri kaku di tengah ruang. Matanya menatap Naura dengan kebingungan yang sulit dijelaskan. Separuh dirinya ingin mundur, tetapi separuh lain... begitu tertarik pada godaan yang ditawarkan wanita muda di hadapannya.

Naura menatap David penuh arti, jemari lentiknya bergerak lembut membuka satu demi satu kancing kemeja David. Tatapannya penuh teka-teki. Aroma sabun mandi pria dan sedikit keringat di tubuh David membuat Naura semakin ingin mendekat.

"Naura..." David menahan napas, suaranya serak. "Jangan..."

Namun bibir Naura justru tersenyum tipis, seolah kata 'jangan' adalah isyarat bahwa David sebenarnya hanya butuh sedikit dorongan lagi.

Tangannya meraba dada David yang kini setengah terbuka. Ia merasakan detak jantung pria itu, berdegup cepat. Jemarinya bergerak turun, membentuk lingkaran tak tentu arah di kulit hangat David. Lelaki itu tak bisa menyembunyikan desahan tertahannya.

"Mbak Kinan sudah tidur," bisik Naura di telinga David, napasnya menghangatkan kulit leher lelaki itu. "Tak akan ada yang tahu... kalau kamu tidak membuat suara."

David menelan ludah. Kepalanya memutar ke arah pintu yang terkunci rapat, lalu kembali pada sosok Naura yang kini begitu dekat.

"Ini salah..." katanya pelan, tetapi tubuhnya justru tak menjauh, diam seperti sudah terpatri.

Naura menyentuh wajah David, jemarinya mengelus rahang pria itu perlahan. Lalu ia menempelkan bibirnya di pipi David, pelan... sekilas... lalu bergerak turun ke leher.

David memejamkan mata, menahan diri. Tapi dorongan itu tumbuh, ia bukan patung. Ia pria yang lemah saat digoda. Terlebih oleh wanita yang muda, cantik, dan penuh keberanian seperti Naura.

Tangan David sempat menahan lengan Naura. Tapi genggamannya lemah, seperti tak benar-benar ingin menghentikan.

"Aku bisa pergi besok pagi..." bisik Naura. "Tapi malam ini... biarkan aku membuatmu lupa siapa aku. Lupakan kalau aku hanya adik ipar."

David membuka matanya. Nafasnya berat. Tubuhnya kini hanya berjarak beberapa inci dari tubuh Naura. Ia tahu ini titik yang tak boleh dilewati.

Namun ketika Naura menarik tangan David dan meletakkannya di pinggangnya sendiri, tubuh David bereaksi lebih cepat dari pikirannya.

David menarik Naura dalam pelukannya, kencang, tanpa suara. Hanya napas mereka yang kini saling menyatu, memburu, mendidih dalam diam.

Naura menyentuh dagu David, menarik wajahnya perlahan.

Lalu bibir mereka bertemu.

Pelan, tapi penuh ledakan rasa yang selama ini ditahan. David seperti lupa siapa dirinya. Lupa siapa Naura. Lupa siapa yang tidur di kamar lantai satu.

Kini Naura menang. Malam itu, ia berhasil membuat pria yang harusnya menjaga jarak... jatuh dalam perangkapnya sendiri.

David mendorong Naura ke atas ranjang, lalu dia menindihnya ketat, dengan hasrat menggebu David segera menurunkan resleting gaun yang dipakai Naura.

"Kakak, kamu tidak bisa mundur, kita sudah terjebak pada cinta ...." Naura tersenyum sayu pada David.

"Mas! Mas David!"

Suara derit meja di lantai bawah terdengar seperti dentuman keras di telinga David. David segera terlonjak kaget dan segera merapikan kembali bajunya.

"Kinan sudah bangun, Ra. Aku harus menemuinya."

Naura diam, dia merasakan dongkol karena gagal menghabiskan hari dengan suami kakaknya.

“Pergilah,” kata David cepat, suaranya nyaris tak terdengar.

Naura hanya menatap, ekspresi wajahnya sulit diterka. Campuran kecewa, cemburu, atau mungkin puas. Tapi dia tak berkata apa-apa. Ia hanya melangkah mundur perlahan, membiarkan David berlalu.

David menyelinap keluar dengan hati-hati

Nafasnya masih memburu, sisa dari gejolak yang baru saja nyaris membuatnya kehilangan kendali.

Tubuhnya masih merasakan hangatnya sentuhan Naura, aroma parfumnya masih membekas samar di dada yang sempat terbuka tadi.

Semua itu harus buyar saat suara panggilan Kinanti menggema dari lantai atas.

“Mas… Mas David… Kamu di mana?” Kinanti masih terus memanggil.

Suara lembut itu terdengar waspada, seperti mencari dalam gelap, membuat David seketika tersadar dari mabuk sesaatnya.

Jantungnya berdetak lebih cepat, tapi bukan karena godaan Naura lagi—melainkan karena ketakutan.

Naura masih berdiri di ambang pintu kamarnya, terdiam, kesal, tatapan matanya terus menatap kelantai bawah dimana suara Kinanti terus memanggil David.

David melangkah pelan menuju tangga. Ia menunduk, berusaha tidak membuat bunyi apa pun dari langkahnya.

Kinanti berjalan menuju dapur dan taman belakang.

"Mas David?" panggil Kinanti lagi dari luar, suaranya lebih panik. “Kamu di taman?”

David bergegas. Begitu yakin Kinanti sudah berada di luar rumah, ia mempercepat langkah menuju kamar mandi. Ia membuka pintu dengan cepat, masuk, dan menyalakan shower. Air menyembur deras, membasahi lantai seolah-olah ia memang sudah mandi sejak tadi.

Beberapa detik kemudian, pintu kamar mandi diketuk pelan.

“Mas?” suara Kinanti terdengar dari balik pintu. “Mas lagi mandi ya?”

"Iya Bebe, ada apa?"

"Sebelum sarapan tadi kan Mas udah mandi"

David menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Lalu ia menjawab, setenang mungkin, “Diluar panas sejati Bebe."

"Ya sudah aku sempat cari-cari. Kupikir Mas pergi tanpa pamit,” jawab Kinanti dari luar, nadanya sedikit lega.

David tersenyum hambar di balik pancuran air.

“Maaf, bikin kamu khawatir,” ucapnya, berusaha menutup semua kegugupan yang masih terasa di ujung suaranya.

“Enggak apa-apa,” jawab Kinanti. “Aku merasakan kontraksi Mas, takut lahiran sekarang."

David mengangguk meski Kinanti tak bisa melihatnya. “Baiklah Beib, aku akan mandi lebih cepat.”

Langkah kaki Kinanti perlahan menjauh Kinanti menahan nyeri sambil duduk di sofa. Hening kembali menyelimuti rumah Dinas lumayan besar itu.

David bersandar di dinding kamar mandi, membiarkan air dingin membasahi seluruh tubuhnya. Tapi dingin itu tak mampu menenangkan pikirannya. Apa yang hampir terjadi barusan membuat perutnya terasa mual.

Ia nyaris menghancurkan segalanya.

Ia mengingat bagaimana jemari Naura membuka kancing bajunya, bagaimana tatapan gadis itu seperti membakar logika, bagaimana sentuhan dan ciuman mereka seakan benar… saat itu.

Tapi apa benar? Apa yang sebenarnya ia cari dari semua itu?

Naura bukan wanita asing. Ia adik iparnya sendiri. Gadis itu tinggal di bawah satu atap dengan mereka. Masih muda, polos, atau setidaknya terlihat begitu. Tapi Naura bermain api, dan David… hampir membakar dirinya sendiri.

Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Air terus mengucur deras, seakan bisa menghapus jejak kesalahan yang baru saja ia hampir lakukan.

Setelah memastikan dirinya tenang, David mematikan shower dan mengeringkan tubuhnya. Ia melangkah keluar kamar mandi dengan hati-hati. Sunyi. Rumah sudah benar-benar hening.

David melangkah perlahan ke kamar. Pintu sedikit terbuka. Di dalam, Kinanti duduk di sofa sambil merintih.

David berdiri di ambang pintu cukup lama. Rasa bersalah mulai menyelubungi seluruh dirinya.

Perempuan ini… istri yang setia, yang sedang hamil besar, yang mempercayainya sepenuh hati.

David merasa dadanya sesak. Ia berlutut di hadapan Kinanti, menatap wajah Kinanti dengan sendu.

Tangan Kinanti tergeletak di sisi bantal, dan David menggenggamnya perlahan, mencium punggung tangan itu dengan rasa bersalah yang tak mampu ia ungkapkan dalam kata-kata.

"Maaf..." bisiknya lirih.

"Mas, aku sepertinya akan melahirkan, tolong antar aku ke rumah bersalin sekarang, aku ingin melahirkan di tangani dokter Keke.

"iya, Beib. biar aku ambil tas yang sudah kamu siapkan kemaren." David berjalan ke kamar mereka berdua lalu keluar lagi.

Sementara itu, dari jendela di lantai atas yang menghadap ruang tamu, sepasang mata mengintip dalam diam. Naura berdiri membeku di balik tirai, menyaksikan bagaimana David menyelinap ke kamar mandi, bagaimana Kinanti mencari-cari, dan bagaimana David kemudian menatap istrinya penuh rasa bersalah.Tatapan yang tak pernah ia dapatkan.

Naura mengepalkan tangan.

Dalam dadanya muncul perasaan yang asing, antara patah hati, marah, dan merasa ditolak. Bukan karena David tidak menyukainya. Ia tahu pria itu menyukainya. Tapi karena David memilih untuk berpaling... tepat ketika ia sudah hampir memenangkannya.

"Aku bisa buat kamu datang lagi, Mas David..." bisik Naura, bibirnya bergetar.

"Aku tahu kamu belum selesai dengan rasa penasaranmu padaku."

Ia tersenyum tipis, lalu berjalan ke tempat tidurnya dengan langkah ringan. Ada sesuatu dalam dirinya yang masih membara. Sesuatu yang belum selesai.

Dan Naura… tak akan menyerah hanya karena satu kali ini gagal.

Melihat Kinanti bersiap ke rumah sakit, Naura akhirnya turun.

"Mbak akan melahirkan sekarang?" tanya Naura berusaha memasang wajah panik."

"Iya Dek, kalau kamu mau antar Mbak, kamu siap siap ya."

"iya Mbak." Naura balik ke kamar dan segera ganti baju rumahan dengan kulot dan kemeja.

1
Ma Em
Thor semoga kebohongan Naura dgn David terbongkar sebelum Naura menikah dgn Yusuf , serapih rapihnya nyimpan bangkai baunya akan tercium juga .
Rahmi
Lanjutttt
Rian Moontero
lanjuuuuttt/Determined//Determined/
Yunia Spm
keren
Yunia Spm
definisi ipar adalah maut sebenarnya....
watini
badai besar siap menghancurkan davit naura.karna kebusukan tak kan kekal tersimpan.moga Yusuf ga jadi nikahin Naura,dan mendapatkan jodoh terbaik.
watini
suka cerita yg tokoh utamanya wanita kuat dan tegar.semangat thor,lanjut
Isti Arisandi.: terimakasih komentar pertamanya
total 1 replies
Isti Arisandi.
Selamat membaca, dan jangan lupa beri like, vote, dan hadiah
Isti Arisandi.: jangan lupa tinggalkan komentar dan like tiap babnya ya...😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!