Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
" Vanya, kita harus pulang. Amara sudah menunggu kedatanganku." ucap Dion pada Vanya yang menolak untuk pulang bersamanya. Vanya ingin mereka pulang esok hari agar Amara tersiksa dengan pikirannya semalaman. Tanpa Vanya tahu bahwa Amara tak lagi perduli dengan perselingkuhan mereka.
Namun Dion tetap memaksa pulang, akhirnya Vanya menyetujuinya. Mereka pulang pada malam hari setelah berlibur di pantai seharian.
.
.
Perusahaan Vaughn Capital
" Bagaimana?. Apa dia mau menerima kontrak kerjasama nya?." suara bariton dan khas terdengar menggema lembut di dalam ruangan yang kedap suara. Tatapan tajam dan rahang tegas menambah ketampanan pria itu. Badannya yang tinggi tegap serta atletis membuat siapa saja akan menatap dengan takjub.
" Nona Amara meminta untuk bertemu dengan anda tuan." jawab sekretaris pribadi pria tampan itu.
" Baiklah, atur pertemuan besok dengannya." ucap pria bertubuh kekar itu.
Sementara Steven sang sekretaris langsung mengundurkan diri dari hadapan bosnya.
Dia adalah Leonard Vaughn, pria tampan berdarah blasteran Turki dan Inggris. Wajah yang sangat tampan dan menawan ada pada dirinya. Suaranya yang seksi serta aura maskulin nya membuat setiap wanita yang melihatnya tergila-gila. Namun Leonard tak bisa disentuh oleh sembarang wanita, bahkan ia menghindar dari wanita wanita manapun. Kecuali seorang wanita yang sempat menjadi teman kecilnya sebelum ia pindah sekaligus cinta pertamanya.
" Amara, aku sudah lama tidak melihatmu secara langsung." gumamnya pelan. Ia sudah lama menyimpan rasa cintanya pada Amara. Saat kecil, ia pindah ke Turki dan meninggalkan Amara yang menjadi temannya saat masih kecil. Hatinya hancur untuk pertama kalinya. Sepuluh tahun yang lalu ia sudah kembali ke Inggris, ia menjadi penerus perusahaan Vaughn Capital, sudah lama ia mencari Amara namun tak kunjung ketemu. Suatu hari ia mendengar kabar bahwa Amara telah menikah dengan pria lain. Ia merasakan hati yang hancur untuk kedua kalinya. Ia sempat patah semangat, tapi ia ragu untuk kembali meninggalkan Amara, gadis itu terlihat sangat sederhana dan kenyataan ia meninggalkan harta dan orang tuanya demi seorang laki laki membuat Leonard tertarik untuk memantau Amara. benar saja, saat ini Amara sudah dikecewakan oleh pria yang begitu dicintainya.
.
.
Amara tiba di rumah pada malam hari, tak berselang lama Dion juga sudah kembali. Amara tak ingin membahas tentang Vanya yang mengirimkan pesan padanya, biarlah itu semua menjadi tambahan bukti perselingkuhan mereka.
Amara sudah mengenakan piyama tidur. Ia berencana untuk segera tidur. Namun Dion memeluknya dari belakang sambil menciumi punggungnya dengan lembut. Amara menatap jijik ke depan.
"Sayang, sudah lama kita tidak melakukannya." bisik Dion di telinga Amara. Amara yang merinding mendengar suara Dion menyentuh kupingnya.
Dion dengan cepat membalikkan tubuh Amara untuk menghadap ke arahnya.
" Dion, aku..." ucapan Amara terputus saat Dion melumat bibirnya dengan ganas.
Amara ingin memberontak, namun tak bisa. Dion terus saja menurunkan cumbuan nya hingga ke bawah. Amara sudah sangat jijik hingga raut wajahnya seperti ingin menangis. Namun sesaat kemudian ponsel Dion berdering yang membuat pria itu menghentikan aktivitas nya.
Dion menatap Amara sekilas, baru kemudian mulai berbicara di luar.
" Dion, aku kesepian. Temani aku. Lihat pesan yang ku kirim." ucap Vanya dengan nada manja.
Dion membuka pesan itu, terlihat Vanya tidak mengenakan apa apa dan meminta Dion untuk menemuinya. Dion yang merasa tergoda langsung mengiyakan ajakan Vanya meskipun waktu sudah sangat larut.
Sementara itu Vanya merasa senang karena berhasil menggagalkan malam anniversary Dion dan Amara. Ia tahu Dion akan menyentuh Amara malam ini makannya pria itu buru buru meminta pulang, namun Vanya tak kehabisan ide. Ia akan melakukan segalanya untuk bisa menarik perhatian Dion dan meninggalkan Amara.
Di sisi lain, Dion menatap Amara yang sudah tidur. Ia bergegas pergi meninggalkan Amara. Tanpa ia tahu bahwa Amara masih terjaga.
Amara bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi. Ia menghapus bekas ciuman Dion dengan air. Amara sangat jijik dengan Dion. Ia tak memandang Dion seperti dulu lagi, melainkan Dion yang sekarang tak ubah seperti sampah dimatanya.
Notifikasi pesan masuk pada ponsel Amara, ia bergegas melihat pesan
" Nona, besok CEO perusahaan Vaughn Capital ingin mendiskusikan tentang kontrak kerja sama." pesan dari Clarissa.
" Secepat itu?." gumam Amara dalam hati. Namun ia menyetujui hal tersebut.
.
.
" Dion, ah...ah.. Dion." desahan nikmat menggema di kamar apartemen milik Vanya. Ia sedang menikmati gempuran benda keras Dion yang tak kenal lelah. Vanya tersenyum kegirangan sambil merasakan kenikmatan di malam anniversary Amara dan Dion.
" Dion hanya milikku seorang, Amara sebaiknya kamu menyerah." tanpa Dion sadari, ternyata Vanya sedang merekam suara kenikmatan dari keduanya.
Setelah selesai bercinta, diam diam Vanya mengirimkan rekaman suara itu kepada Amara. Sementara saat ini Amara sedang tertidur pulas hingga ia mendengkur halus.
Di apartemen, Vanya memeluk dada Dion dengan erat.
" Maaf merepotkan mu, aku sedang tidak tahan untuk berhubungan denganmu. Mungkin ini hormon karena aku sedang hamil." raut sedih yang dibuat buat terlihat jelas di wajah Vanya.
" Tidak masalah sayang."Dion mengecup pucuk kepala Vanya dan mulai menutup matanya. Rasa kantuk menyerang hingga akhirnya ia tertidur.
" lihat saja Amara, sampai dimana kamu akan bertahan melihat suamimu selingkuh diam diam." seringai licik terlihat di wajah polos Vanya.
.
.
Ke esokan harinya, Amara terbangun dan menyadari ada pertemuan penting hari ini. Ia menyadari jika Dion masih belum pulang, tanpa pikir panjang Amara langsung bersiap siap dan tak lama mobil datang menjemput. Di rumah sedang sepi, Amara tak tahu kemana ibu mertua dan iparnya pergi.
Amara memasuki mobil dan meminta supir untuk melaju. Setelah kepergian Amara, barulah Dion tiba di rumah. Dion merasa bersalah karena setiap malam selalu meninggalkan Amara. Malam ini ia berjanji akan tidur dengannya.
Sesampainya di kamar, ia melihat tidak ada siapa-siapa. Dion memeriksa ke kamar mandi, nyatanya tak ada siapa siapa juga di sana. Dion memanggil Amara namun tak ada sahutan.
Dengan cepat Dion menelpon Amara. Sesaat kemudian telepon tersambung.
"Amara kamu dimana?." tanya Dion.
Amara memutar bola mata malas. " di pasar." jawab Amara singkat.
Dion terdiam lalu memutuskan sambungan telepon. Ia tak melarang Amara jika hanya pergi ke pasar.
Dion meletakkan jasnya di atas sofa lalu mulai membersihkan diri.
" Amara, sepertinya hubungan kita sudah tak seindah dulu lagi. Kamu sudah berubah. Aku tak pernah lagi melihatmu marah." gumamnya saat berada di bawah shower.
Dion merasakan perubahan Amara yang semakin dingin, Amara tak lagi banyak menuntut dan melarangnya. Bahkan Amara tak bertanya darimana ia semalam. Dion mengusap kasar wajahnya.
" Apa dia selingkuh diluar sana?." kecurigaan Dion merasuki dadanya.
Sementara itu di dalam mobil, Amara memutar rekaman suara desahan dari Vanya dan Dion. Dengan tatapan datar, ia menyimpan semua itu untuk dijadikan barang bukti.
"Vanya, kamu menggali kuburan mu sendiri." gumam Amara dengan santai.