Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11.Pertemua tak sengaja.
Setelah bertabrakan, dan Zi ning berlari menjauh dari rombongan Kaisar Xiao.
Saat Kaisar Xiao baru saja melangkah keluar dari gang sempit itu ketika suara lantang menggema dari arah berlawanan.
“Nyonya muda Wu! Tunggu!"
Langkah Kaisar Xiao terhenti.
"Pelayan tadi memanggil Nyonya muda Wu? " Tanya Kaisar Xiao kepada kasim Gao.
"Benar yang mulia, mungkinkah wanita tadi putri dari jenderal Liu? " Ucap kasim Gao.
Lalu Kaisar Xiao memerintahkan beberapa pengawal untuk segera melacak keberadaan mereka, dan Kaisar Xiao ikut mengejar membuat kasim Gao yang tidak muda lagi menjadi kesulitan.
"Yang mulia tun..gg..u! " Seru kasim Gao yang kesulitan berlari.
Zi ning terus menghindari kejaran pelayan tuan muda ketiga, tiba-tiba tangan Zi ning di tarik seseorang dari gang sempit.
Lalu pelayan keluarga Wu tidak menyadari kalau Zi ning bersembunyi di gang sempit itu, mereka semua berlari melewati keberadaan tempat Zi ning bersembunyi.
Tubuhnya terhentak. Dia hampir berteriak, tapi sebelum suaranya keluar, tangan itu sudah menariknya dengan sekali gerakan ke dalam gang yang tersembunyi bayangan.
Punggung Zi ning terhantam lembut ke dinding batu yang dingin dan kasar. Dalam posisi yang sempit, Kaisar Xiao berdiri sangat dekat di hadapannya, satu tangan masih menggenggam pergelangan tangan Zi ning, tangan lainnya menopang di dinding tepat di samping kepala gadis itu yang membuat tubuhnya terkepung, tak bisa mundur ataupun lari.
Cahaya dari luar gang hanya sedikit masuk, namun cukup untuk menyorot wajah Kaisar Xiao. Matanya tajam menatap Zi ning, dalam dan penuh rasa ingin tahu.
Jarak mereka sangat dekat. Nafas keduanya hampir menyatu. Dada Zi ning naik turun dengan cepat, ketakutan dan keterkejutan bercampur.
"Tenanglah," ujar Kaisar Xiao rendah, suaranya nyaris seperti bisikan, dalam dan menenangkan.
Zi ning menatapnya, tubuhnya menegang, namun matanya tak bisa berpaling dari tatapan pria misterius itu.
Jika di lihat pria ini terlihat tampan, pikir Li hua.
Pandangan Zi ning tidak lepas dari wajah Kaisar Xiao, saat pandangan mereka berdua bertemu.
Tiba-tiba saja mereka berdua di kejutkan oleh kasim Gao.
"Yang mu..! " Ucapan kasim Gao terhenti setelah melihat mereka yang dengan jarak begitu dekat.
Langsung saja mereka berdua menjaga jarak dengan saling berpaling dengan gugup.
"Kamu ke..mana saja pelayan Gao? "
"Maafkan saya ya.., tuan muda karena tidak bisa mengejar anda tadi"ucap kasim Gao yang hampir membuka identitas Kaisar Xiao.
" Nona, sepertinya mereka sudah menjauh"ucap Kaisar Xiao.
Zi ning pun melangkah maju melihat sekeliling, ia merasa pelayan keluarga Wu yang tidak kelihatan. Langsung keluar dari gang sempit itu, sebelum pergi Zi ning sambil menunduk ke arah Kaisar Xiao.
"Terimakasih atas bantuan tuan, saya juga tidak bisa berlama-lama berada di sini. Saya harus kembali"
"Siapa mereka yang mengejar nona? "
"Mereka hanya tidak memperbolehkan aku berkeliling sendirian, mereka tidak jahat hanya aku yang ingin melihat sekeliling kota ini"
Lanjut Zi ning, "Sekali lagi terimakasih atas bantuan tuan sekalian. Seperti janjiku jika bertemu lagi, nanti aku traktir karena hari akan siang saya harus kembali ke tempat tuan saya"
Lalu Zi ning yang akan pergi, tiba-tiba dihentikan oleh Kaisar Xiao.
"Tunggu dulu nona, kami juga baru datang ke kota Qing shi. Jadi sekalian saja, kami mengantarmu dan menjelaskan apa yang terjadi kepada tuan mu. Dan juga saya akan pergi dari kota ini, jadi sebaiknya nona traktir saya sekarang saja"
"Apa?, sekarang? "Tanya Zi ning yang terkejut.
Zi ning terdiam karena kebingungan ia tidak membawa uang,tapi Kaisar Xiao terus memaksa.
Sepanjang perjalanan Zi ning memundurkan langkah kakinya, ia sengaja berjalan di belakang mereka.
Zi ning yang melihat kantong uangnya hanya ada dua koin, yang ia rasa tidak cukup untuk mentraktir Kaisar Xiao makan.
Dasar mulut mulut ini, kalau bicara tidak dipikir dulu. Zi ning ini janda miskin, walaupun tinggal di rumah besar tapi kehidupannya tidak mudah, pikir Li hua.
Saat Kaisar Xiao mengarahkan ke kedai yang ramai di kota itu, Zi ning menarik tangan Kaisar Xiao.
"Tuan muda, saya ini hanya pelayan rendahan. Bagaimana bisa mentraktir tuan-tuan ini disana? "
"Tapi.. " Ucap Kaisar Xiao terputus.
"Kamu mau membawa kemana tuan kami, tuan kami ini tidak bisa makan sembarangan" Ucap kasim Gao tegas.
Lalu pedagang manisan datang, lalu Zi ning mengejarnya dan memberikan manisan dua tusuk pada Kaisar Xiao dan kasim Gao.
"Maafkan saya, uangku hanya cukup untuk membeli manisan dua tusuk saja"
Kasim Gao dan Kaisar Xiao saling melempar pandang, sambil memegang pemberian Zi ning.
Dengan kaki seribu Zi ning berlari meninggalkan mereka, tanpa kata dan ucapan selamat tinggal Zi ning pergi meninggalkan mereka.
Kaisar Xiao hanya menatap kejauhan Zi ning pergi sambil tersenyum.
"Yang mulia, jika anda tidak suka biar untuk ku saja" Ucap kasim Gao.
"Kata siapa aku tidak suka? " Ucap Kaisar Xiao sambil menjauhkan pemberian Zi ning dari kasim Gao.
Kaisar Xiao lalu, menyuruh beberapa pengawalnya untuk mencari informasi tentang Zi ning.
Kesan pertama Kaisar Xiao melihat Zi ning memiliki kesan yang mendalam untuk dirinya, sedangkan Zi ning diam-diam kembali ke dalam kereta saudara iparnya.
Walaupun hanya sehari Zi ning keluar dari rumah keluarga Wu, ia merasa senang dan ingin melakukannya lagi.
Beberapa hari berlalu, diam-diam Zi ning menikmati kebebasannya yang singkat.
Berkat bantuan saudara iparnya, tuan muda ketiga, yang mulai melunak dan membiarkannya keluar sesekali dengan alasan menemaninya membeli obat atau melihat kondisi pasar, Zi ning bisa mencicipi dunia luar yang selama ini terasa seperti mimpi.
Ia menyamar dengan hati-hatidengan mengganti gaya rambut, mengenakan pakaian biasa tanpa sulaman, dan menutupi sebagian wajah dengan selendang tipis.
Kali pertama dan kedua ia berhasil keluar tanpa masalah. Bahkan, ia sempat menikmati secangkir teh hangat sambil memandangi keramaian pasar yang penuh warna, sesuatu yang sangat ia rindukan sejak tinggal di kediaman keluarga Wu yaitu kebebasan yang sebentar.
Namun, keberuntungan tak selalu berpihak.
Hari ketiga, hari yang akan dikenang Zi ning sebagai hari sial.
Pelayan setia Nyonya Besar Wu, seorang wanita tua namun cerdas bernama Qu, tanpa sengaja mendapat tugas tambahan untuk membeli dupa doa karena sang nyonya lupa menyetoknya. Ia keluar dengan langkah cepat dan penuh tanggung jawab, menuju toko dupa yang berada di dekat toko-toko perhiasan besar.
Saat melintas, matanya,yang sudah terbiasa awas dan tajam karena bertahun-tahun menjaga keluarga Wu lalu ia menangkap sosok yang membuatnya menghentikan langkah.
Di seberang jalan, di depan sebuah toko perhiasan yang memajang kalung giok dan tusuk konde berhias mutiara, berdiri seorang wanita muda yang sedang tertawa kecil bersama seorang pelayan pria muda.
Wajahnya hanya terlihat sebagian karena tertutup kain tipis… tapi Qu mengenal bentuk wajah itu. Cara tertawa, cara berdirinya, bahkan bayangan mata yang tampak saat ia menoleh.
"Zi ning…?" gumam Qu, matanya menyipit curiga.
Pelayan tua itu tidak langsung menghampiri. Ia memiringkan tubuh, berpura-pura melihat-lihat dupa di kios terdekat, sambil terus memperhatikan dari kejauhan. Ia mencoba memastikan,jangan-jangan hanya mirip. Tapi saat gadis itu keluar dari toko perhiasan itu dengan saudara iparnya, angin sepoi-sepoi meniup selendang tipis yang menutupi wajah Zi ning.
“Tak salah lagi. Itu dia.”
"Beraninya Nyonya muda keluar, dan dengan bantuan tuan muda ketiga" Gumamnya pelan.
Mata Qu terus memperhatikan Zi ning, ia melihat keakraban antara Zi ning dengan tuan muda ketiga. Setelah melihat kebenaran itu, ia tidak membuang waktu segera pergi ke kuil menemui Nyonya besar Wu.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡