Di tahun 2036, dua agen elit Harzenia Intelligent Association (HIA), Victor dan Sania, mendapatkan tugas khusus yang tak biasa: mudik ke kampung halaman Victor. Awalnya terdengar seperti liburan biasa, namun perjalanan ini penuh kejutan, ketegangan emosional, dan dinamika hubungan yang rumit
Sejak Kekaisaran jatuh hanya mereka God's Knight yang tersisa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emperor Zufra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11:Kembalinya Sang Penghancur
Di pulau Orson
Pulau Orson, Sisa wilayah kekuasaan Kekaisaran Abyss, jauh di selatan Benua Eropa dan Harzenia, kini menjadi zona terlarang absolut. Lautan di sekitarnya dipenuhi kabut elektromagnetik buatan dan menara-menara penjaga otomatis. Namun yang paling menakutkan bukanlah pertahanannya, melainkan apa yang sedang dibangun di atas langitnya sesuatu yang pernah memberikan momok menakutkan Di seluruh daratan.
Tepat di atas atmosfer pulau, menggantung sebuah struktur kolosal setengah jadi—panjangnya 50.000 meter, bahkan dari permukaan tanah, siluetnya sudah menutupi bintang-bintang. Nama proyek itu:
Exekutor II – Dreadnought Class: Penghancur Bintang I.
Kapal ini adalah penerus Exekutor-class lama yang hancur dalam perang 100 hari. Tapi ini bukan sekadar versi baru—ini adalah evolusi absolut.
> “20 kilometer tidak cukup untuk menakuti dunia. Maka kami membangun 50.”
— Admiral Piett Orso, pemimpin proyek, dalam siaran internal Kekaisaran.
"Kekaisaran akan bangkit lagi, dan akan Berkuasa!!!"
Menara Perisai – Kunci Langit
Exekutor II masih dalam tahap perakitan utama. Lambung kapal sudah selesai 60%, sistem senjata baru mulai dipasang. Namun kapal ini tidak berada di orbit biasa—ia mengapung di atas langit Pulau Orson dengan bantuan sistem medan anti-gravitasi milik Kekaisaran dan dilindungi oleh perisai energi raksasa yang dipancarkan dari struktur di bawahnya:
Menara Aegis Core.
Menara ini berdiri 1.200 meter tinggi, memancarkan energi biru terang ke langit, membentuk kubah pelindung yang hampir mustahil ditembus. Bahkan satelit militer internasional hanya bisa merekam cahaya kabur berbentuk segitiga dari orbit.
Ruang Komando Orson
Di dalam fasilitas utama, Admiral Piett Orso berdiri di depan jendela observasi hitam yang menghadap ke langit. Rambut peraknya dipotong rapi, jubah abu-abu tua berlapis perunggu. Ia bukan tipe pemimpin yang berbicara banyak—tapi jika ia sudah memberi perintah, seluruh struktur militer bergerak seperti jam Swiss.
Di belakangnya, beberapa teknisi Kekaisaran membacakan status:
> “Struktur utama telah menyatu dengan kerangka gravitasi.”
“Reaktor inti Bintang Tiruan akan dipasang tiga minggu lagi.”
“Senjata utama: Meriam Eclipse sedang dikalibrasi, panjang laras 35 kilometer dalam mode penuh.”
Piett hanya menjawab pelan, “Pastikan perisai Aegis tetap stabil. Sekali saja jebol sebelum waktunya… Dunia akan tahu.”
Kapal yang Membelah Langit
Exekutor II tidak hanya lebih panjang dari kapal pendahulunya—ia juga membawa satu senjata utama yang belum pernah ada sebelumnya 2-3x lebih kuat dari pada meriam Exekutor l:
Meriam Eclipse – Death Beam Type-1.
Panjang laras: 35 kilometer.
Sumber daya: DNA agen Bendi UMI.
Kapasitas tembakan: 1 tembakan bisa melelehkan dataran seluas 2.000.000.000.km².
Senjata ini bukan hanya untuk menghancurkan armada—tapi untuk menghapus kota atau negara dari peta.
Kamar Rahasia di Dalam Gunung Orson
Di bawah Pulau Orson, tersembunyi di dalam gunung berlapis logam dan beton, terdapat Pusat Kendali Strategis Kekaisaran Abyss. Di sanalah Kaisar Zufra menerima laporan langsung dari Admiral Piett.
Piett berlutut di hadapan proyeksi holografik besar yang menampilkan siluet Zufra di atas singgasananya.
> Zufra: “Bagaimana dengan Victor dan Sania?”
Piett: “Mereka masih hidup. Tapi perhatian kita saat ini adalah proyek Exekutor. Setelah selesai... tidak ada satu pun yang akan berani melawan kami juga sudah menghapus kelemahan yang di tinggalkan Gelem arsu yang membuat Kelemahan fatal di Exekutor l.”
Zufra: diam sejenak “Pastikan mereka tidak menyentuh menara perisai Aegis. Mereka mungkin tidak bisa hancurkan Exekutor... tapi jika Aegis runtuh sebelum waktunya… semua bisa gagal.”
>"Yang mulia Ku jamin Exekutor ll akan menjadi momok menakutkan Dan Mengerikan Untuk Musuh-musuh kita Dan aku jamin Rencana kita akan berhasil.... "
Pluto yang berada di belakangan Komandan Piett pun ikut Menjawab
"aku harap begitu Komandan Dan aku ulangi Sang Kaisar tak se pemaaf aku jadi jangan Kacaukan Rencana ini" ucap Pluto
"Aku tak akan gagal aku jamin itu Pak" ucap Komandan Piett
"Bagus Pluto Tolong kau awasi Proyek itu Sampai selesai" ucap Sang Kaisar
"Siap Yang mulia..."
Pluto pun melihat ke arah Komandan Piett Sambil tertawa Kecil Sembari Pergi meninggalkan Ruang Itu Dan menuju ke Exekutor ll.
Sementara Itu, Di Udara
Konstruksi Exekutor II tetap berlanjut siang dan malam. Drone-drone raksasa membawa bagian kapal seberat ribuan ton dari fasilitas produksi bawah tanah. Ribuan robot pengelas plasma dan teknisi kloning Kekaisaran bekerja dalam shift tak berhenti.
Seluruh kapal dikelilingi oleh armada pertahanan miniatur: puluhan Destroyer kelas kecil, ratusan drone pengintai, dan stasiun senjata otomatis. Hanya satu yang bisa menghentikan ini:
> Menara Pelindung. Jika itu hancur, perisai lenyap, dan seluruh Exekutor bisa jadi Sasaran empuk... sebelum siap atau tak berpelindung sebelum digunakan.
Malam gelap menggantung di atas perairan Pulau Orson. Ombak memukul-mukul dinding kapal siluman berukuran kecil yang menempel diam di sisi tebing pesisir. Dari kapal itu, dua sosok muncul: Gustava—intel elite SIA dengan mata elang dan pengalaman tempur luar biasa, dan Yorki—agen lapangan terbaik IIA, yang lebih suka bekerja di balik bayangan.
Mereka hanya membawa dua hal:
Data chip rahasia lokasi Pulau Orson dan apa yang ada di dalamnya
Tujuan tunggal: Mengetahui kebenaran Kalau Kekaisaran abyss belum lenyap dan Sang Kaisar masih hidup.
Infiltrasi: Menara Pelindung
Mereka menyusup dari jalur ventilasi bawah tanah di sisi timur pulau. Sistem keamanan Kekaisaran terkenal brutal, tapi Yorki telah mempelajari jalurnya selama berbulan-bulan. Mereka akhirnya tiba di stasiun bawah Menara Aegis.
Dari sana mereka melihatnya...
> “Astaga...” gumam Gustava dengan mata melebar.
Di langit gelap, membentang struktur logam kolosal. Seperti dewa perang yang tertidur.
Kapal itu belum selesai, tapi garis besarnya sudah jelas. Meriam Eclipse tampak mengarah ke bintang, dan mesin-mesin raksasa masih sibuk mengelas lambung sepanjang 50 kilometer itu.
> Yorki: “Kalau ini selesai... tidak akan ada lagi skyland bahkan Harzenia dan Imperial Pun akan menjadi Abu. Semua bisa dihapus dalam satu tembakan.”
Mereka berhasil mengakses terminal pengawas dan mengunduh rekaman serta cetak biru proyek. Data ini… bisa mengubah segalanya.
Tapi Mereka Tidak Sendirian
Ketika hendak melarikan diri lewat jalur selatan, lampu merah tiba-tiba menyala. Lantai bergetar.
> Sensor Deteksi Level 3 Aktif.
Sosok tinggi, berjubah hitam, muncul dari bayangan lorong. Sepasang mata merah menatap mereka dari helm perak tua bergaya perang kuno.
> Pluto.
Pengawal Kekaisaran, agen paling mematikan yang bekerja langsung di bawah Kaisar Zufra.
> Pluto: “Aku sudah mencium aroma pengkhianatan bahkan sebelum kalian mendarat Pas-pasan ketemu kalian Hmm Mayan Bonus dari Sang Kaisar.”
Yorki menarik dua belati plasma dan berubah Ke wujud X. Gustava berubah ke wujud Kaito. Tapi mereka tahu... mereka tidak akan keluar hidup-hidup.Tapi mereka harus tetap melawan
Pertarungan Tanpa Jalan Keluar
Pertarungan berlangsung cepat, brutal, dan sepi. Yorki berhasil menusuk bahu Pluto dengan belati plasma, tapi sang monster tidak menunjukkan rasa sakit sedikit pun. Dalam satu gerakan, Pluto menghancurkan tulang rusuk Gustava dengan tendangan keras, lalu menebas Yorki dengan sabit energi ungu yang keluar dari lengan kirinya.
Gustava masih mencoba bangkit—membakar chip data yang sempat ia selundupkan—tapi Pluto menghentikannya dengan satu tusukan ke jantung Dan langsung membunuh kedua agen tersebut
Pluto hanya tertawa jahat Sembari mengejek kedua mayat itu.
> Pluto: “Pahlawan dalam bayangan… tetaplah hanya bayangan.”
>"Mengampuni kalian adalah Tugas Sang Kaisar"
>"Tapi membawa nya ke Dia adalah Tugas ku Hahahah"
Di momen itu Kedua agen Tersebut akhirnya gugur dalam tugas mereka Di momen itu Mereka tak bisa sama sekali melawan salah satu keluarga kerajaan.
Dua Mayat itu di bawa ke Hadapan Kaisar
Beberapa jam kemudian, ruang tahta Kekaisaran Abyss dipenuhi cahaya biru redup. Kaisar Zufra duduk di singgasananya—tubuhnya nyaris tidak terlihat di balik jubah hitam tebalnya, hanya dua mata menyala oranye membakar.
Pluto berdiri diam, membungkuk. Di depannya, dua kantong jenazah tergeletak dingin.
> Pluto: “Gustava dan Yorki. Mereka tahu terlalu banyak. Tapi sekarang... hanya tinggal debu.”
Kaisar Zufra tak berbicara selama beberapa saat. Hanya dentingan mesin di kejauhan yang terdengar.
> Zufra: “Proyek Exekutor II belum boleh diketahui siapa pun... Bahkan angin pun tak boleh membisikannya. Bunuh semua yang pernah mengenal nama mereka. Keluarga, teman, kontak, sistem. Bersihkan.”
> Pluto: “Seperti biasa.”
Pluto: "Mungkin aku akan memberikan Bonus kali ini Soalnya aku Sudah tahu lokasi Sania dan Victor"
Tak lama Pluto Pun terbang Pergi meninggalkan Singgasana Sang Kaisar
Sementara Itu... Di Tempat Lain
Victor dan Sania yang sedang beristirahat di desa Rowling, tidak tahu bahwa dua rekan yang pernah membantu mereka telah gugur. Mereka juga belum tahu bahwa kekuatan luar biasa sedang menunggu di balik langit Pulau Orson. Namun—tanpa mereka sadari—jam mulai berdetak.
Sebuah data kecil yang nyaris berhasil diselamatkan oleh Gustava, telah terfragmentasi dan dikirim secara otomatis sebelum ia tewas. Lokasi pengiriman: sinyal tak dikenal di kota Loja.
Di Bukit Laurel — Momen Dua Hati
Victor dan Sania duduk berdampingan di atas bukit Laurel. Angin malam menyapu lembut, membawa bau rerumputan dan sisa-sisa dupa dari perayaan Idul Fitri sebelumnya.
Cahaya dari lentera di desa masih terlihat dari kejauhan, berkelip pelan seperti bintang-bintang kecil di bumi. Tapi Victor tak menatap desa. Ia menatap Sania.
> Victor: "Kau tahu... semenjak kita datang ke desa ini, aku mulai merasakan dunia yang tidak ada di kantor, tidak ada di HIA… bahkan tidak ada di dalam diriku yang lama."
Sania hanya menunduk, jari-jarinya menggenggam tali hijab di bahunya. Ia tampak gugup, tapi tidak menolak percakapan itu.
> Sania: "Aku juga. Anehnya… aku merasa seperti manusia biasa di sini. Tanpa kode. Tanpa pistol. Tanpa kejaran."
Mereka diam. Hening. Hanya desir angin dan suara jangkrik yang menemani. Lalu perlahan, Sania bersuara, lirih tapi jelas:
> Sania: "Victor… kalau semua ini berakhir… dan kita tidak dikejar siapa pun… apa kau akan tetap memilihku?"
Victor menoleh perlahan, wajahnya tenang tapi mata menyimpan banyak hal yang belum terucap. Ia menggenggam tangan Sania.
> Victor: "Tanpa dunia kita yang kacau… aku akan memilihmu. Bahkan kalau dunia tetap kacau, aku akan tetap memilihmu."
Sania menarik napas panjang. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya… ia tersenyum tanpa beban.
Di Desa Rowling
Sementara itu…
Langit malam mendadak terbelah oleh kilatan merah. Sebuah siluet hitam berlapis baja dan jubah jatuh dari langit seperti meteor. Pluto.
> Warga desa yang masih begadang tertawa, bercengkrama. Mereka tidak tahu bahwa sang malaikat maut telah mendarat.
Pluto tidak berbicara, hanya mengangkat tangannya ke arah menara masjid kecil… dan meledakkannya dengan pancaran plasma hitam.
Panik pun meledak.
Warga berlarian. Anak-anak menjerit. Beberapa penduduk mencoba melawan dengan alat seadanya. Tapi Pluto bergerak seperti bayangan, menebas, membakar, dan memusnahkan semua.
Satu-satunya orang yang bisa bertarung adalah Noel, seorang agen tidur GIA yang menyamar sebagai petani biasa.
Ia mengenakan baju biasa, tapi dari belakang gudangnya, ia mengangkat senjata eksperimental berbasis medan—“Veil Piercer.”
> Noel: "Aku tahu kau bukan sekadar pembunuh. Kau adalah peringatan. Tapi denganku… kau dapat perlawanan."
Pertarungan terjadi di tengah desa terbakar. Serangan Noel cepat dan tajam, tetapi Pluto seperti tak tersentuh. Ia mengabaikan luka, bergerak bagai mesin hidup.
Noel sempat menusuk dada Pluto, tapi Pluto mematahkan senjatanya, lalu menghantam perut Noel hingga terpental ke tiang bendera desa.
> Pluto: "Kau bisa hidup… tapi hanya untuk menyaksikan harapanmu dibakar."
Dengan satu gerakan terakhir, Pluto meledakkan pusat desa. Suara ledakannya terdengar sampai ke bukit Laurel.
Kembali ke Bukit —
Victor dan Sania berdiri mendadak. Mata mereka tertuju ke arah bawah.
Cahaya merah membumbung ke langit, lalu suara ledakan menggema. Asap hitam menutupi horizon tempat desa Rowling seharusnya berada.
> Sania: "...tidak..."
Victor langsung mencabut komunikator dari sakunya, menghubungi Noel, Keluarga nya,siapa pun. Tak ada jawaban. Hanya sinyal putus.
> Victor (tegas): “Cepat, kita harus turun!”
> Sania (panik): “Tapi kalau itu… kalau itu ulah mereka… kita tidak bisa langsung terjun!”
> Victor: “Justru karena itu. Kalau mereka berani menyerang di tempat seaman ini, maka mereka takkan berhenti.”
Sania menggertakkan gigi. Dia sadar… momen tenang mereka baru saja dirampas.
Di Antara Abu dan Mayat
Saat mereka akhirnya tiba di kaki bukit, desa telah menjadi padang abu. Bangunan hangus, udara dipenuhi aroma besi dan mesiu.
Di tengah reruntuhan, mereka menemukan Noel terluka parah, tertimpa puing. Nafasnya satu-satu.
> Noel: "P-Pluto... dia membunuh… semua orang. Termasuk anak-anak... dan keluarga Mu..."
> Victor: "Tenang. Kami akan—"
> Noel: "Tidak... dengerin aku. mereka… mereka mengincar kalian... Kaisar Abyss belum mati... Dan mereka ingin... Darah kalian... kau harus hentikan mereka. Atau Negara ini dan dunia... akan tinggal nama."
Mata Noel menutup, tangannya terkulai dia tak sadarkan diri....
Sania menangis. Untuk pertama kalinya… menangis seperti manusia biasa.
Di Momen itu mereka Sadar Tak ada lagi yang tersisa Hanya Pasir ,debu,mayat yang berserakan dan Darah Dimana²
Di momen itu mereka tahu Bahwa bayang-bayang Masa lalu
Mereka Sudah kembali
Bersambung.....
.hai salam kenal/Good/
bab nya panjang sekali