Amrita Blanco merupakan gadis bangsawan dari tanah perkebunan Lunah milik keluarganya yang sedang bermasalah sebab ayahnya Blanco Frederick akan menjualnya kepada orang lain.
Blanco berniat menjual aset perkebunan Lunah kepada seorang pengusaha estate karena dia sedang mengalami masalah ekonomi yang sulit sehingga dia akan menjual tanah perkebunannya.
Hanya saja pengusaha itu lebih tertarik pada Amrita Blanco dan menginginkan adanya pernikahan dengan syarat dia akan membantu tanah perkebunan Lunah dan membelinya jika pernikahannya berjalan tiga bulan dengan Amrita Blanco.
Blanco terpaksa menyetujuinya dan memenuhi permintaan sang pengusaha kaya raya itu dengan menikahkan Amrita Blanco dan pengusaha itu.
Namun pengusaha estate itu terkenal dingin dan berhati kejam bahkan dia sangat misterius. Mampukah Amrita Blanco menjalani pernikahan paksa ini dengan pengusaha itu dan menyelamatkan tanah perkebunannya dari kebangkrutan.
Mari simak kisah ceritanya di setiap babnya, ya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Amrita Mulai Berontak
Amrita Blanco menangis tersedu-sedu sembari berlari cepat dari kediaman sang pengusaha, Denzzel Lambert.
Masih mengenakan gaun pengantin putihnya, dia berlari keluar dari arah bangunan megah milik sang pengusaha misterius itu.
Amrita menangis sejadi-jadinya karena kesal terhadap Denzzel padahal pesta pernikahannya masih berlangsung hingga detik ini di rumah sang pengusaha.
Tampak Pamela berlari mengejar Amrita dari arah belakang seraya memanggil lantang nama putrinya yang kabur dari acara pesta yang belum usai.
Dua perempuan terlihat saling kejar-kejaran diluar rumah sang pengusaha.
"Amrita !" panggil Pamela yang tergopoh-gopoh mengejar putrinya.
Pamela berusaha menangkap tangan Amrita yang kabur dari pesta pernikahannya.
"Tunggu, Amrita !" cegah Pamela.
"Tinggalkan aku, ibu !" sahut Amrita seraya beruraian air mata.
"Kenapa denganmu dan berubah aneh seperti ini ?" tanya Pamela.
Amrita tidak menjawab, hanya menunduk diam dengan terus menangis.
"Jawab aku, Amrita !" kata Pamela.
"Aku tidak tahan lagi dengan semua ini !!!" teriaknya histeris.
Amrita mulai memberontak dan bersikap diluar kendali.
Sorot matanya tajam menatap Pamela dengan penuh emosi lalu berkata kembali.
"Mana mungkin aku menikah dengan orang aneh seperti dia !" teriaknya kesal.
Amrita terisak-isak kecewa dengan wajah murung.
"Sedangkan wajahnya saja aku tidak tahu bahkan bagaimana bentuk dia pun, aku tidak dapat melihatnya, haruskah aku menikahi orang seperti dia ???" tanya Amrita frustasi.
"Bukannya kau sendiri yang menyetujuinya, dia menikah denganmu dan kau menerima syarat dari pengusaha itu, Amrita", sahut Pamela tertegun.
Amrita menyeka sudut matanya yang berlinangan air mata sedangkan maskaranya luntur tak karuan memenuhi bawah matanya.
"Ya, aku tahu ini adalah keputusanku untuk menikahi pria itu, tapi kurasa keputusan yang kuambil ini adalah salah dan aku mengakuinya bahwa aku keliru", ucap Amrita sembari sesenggukkan.
"Dan kau akan kabur setelah semua yang terjadi sekarang ini tanpa bertanggung jawab terhadap keputusan yang kau ambil", kata Pamela.
"Aku tidak mungkin hidup dengan laki-laki tidak waras seperti dia !" teriak Amrita marah.
"Amrita !!!" bentak Pamela.
"Aku menolaknya !!!" jerit Amrita frustasi.
"PLAAAK... !!!"
Tamparan mendarat tepat di pipi Amrita setelah dia berteriak keras di depan Pamela, ibunya yang menganggap sikapnya itu tidak sopan memaksanya menampar wajah Amrita.
Amrita tertegun diam sembari memalingkan wajahnya, dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan tamparan dari ibunya.
"Bagaimana kau bisa berkata kurang ajar seperti ini ???" kata Pamela emosi.
Tiba-tiba Amrita mendorong kasar tubuh Pamela Blanco.
"Pergi kau ! Dasar ibu tiri jahat !" teriak Amrita marah.
Sorot mata Amrita berubah tajam penuh kebencian terhadap Pamela yang ternyata ibu tirinya.
"Benar saja kalau kau memang sangat tamak dengan harta ! Bahkan kau tega menjebakku untuk datang bersama kalian ke Asyer Estate dengan beralasan menemui pengusaha gila itu !" kata Amrita.
"Jaga cara bicaramu itu, Amrita !" sahut Pamela terkaget-kaget.
"Kenapa ? Kau tidak terima dengan kata-kataku ini ?" ucap Amrita seraya melotot marah.
"Ada apa denganmu ini ???" tanya Pamela terheran-heran.
"Oh, oh, oh, sekarang ibu berpura-pura tidak tahu dengan rencana ini padahal kalian sengaja mengajakku untuk bertemu dengan pria aneh itu", sahut Amrita seraya tersenyum getir.
"Ibu tidak mengerti ucapanmu ini", kata Pamela.
"Ibu berbohong !" sahut Amrita.
"Bohong ? Aku berbohong apa, Amrita ? Coba jelaskan padaku ?" kata Pamela.
"Sebenarnya kalian sudah tahu kalau pengusaha estate itu mempunyai prilaku aneh dan sangat misterius bahkan wajahnya tertutup oleh kain", sahut Amrita kecewa.
"Itu tidak benar, Amrita...", ucap Pamela.
"Kalian membohongiku !" teriak Amrita bersikeras bahwa dirinya benar.
"Amrita...", kata Pamela terkejut kaget.
"Kenapa kalian tidak mengajak Audery untuk menemani kalian, kenapa justru aku yang harus bersama kalian ke sini ???" ucap Amrita bersungut-sungut.
"Karena Audrey tidak sedang dirumah dan dia di luar negeri", sahut Pamela mulai terpojok.
"Yah, kau benar, aku tahu kalian selalu membedakan kami dan aku mengerti kenapa kalian selalu memperlakukan lain", kata Amrita dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Ibu tidak mengerti dengan ucapanmu ini, Amrita", sahut Pamela.
"Semua telah diatur sebagaimana keinginanmu agar kami terlihat berbeda satu sama lainnya sebab aku bukan putri kandungmu maka aku diperlakukan tidak adil dari Audrey", kata Amrita.
"Ibu semakin tidak mengerti dengan ucapanmu ini, Amrita", ucap Pamela.
"Ibu sengaja tidak mengirimku sama ke luar negeri seperti yang kalian lakukan kepada Audrey sebab kalian menginginkanku menjaga dan mengurusi tanah perkebunan Luhan layaknya pemetik buah untuk kepentingan Audery", kata Amrita.
Amrita menatap dingin ke arah Pamela lalu melanjutkan ucapannya.
"Karena apa ? Karena Audery adalah putri kandungmu sedangkan aku bukan !" sahut Amrita.
Kali ini Pamela benar-benar tidak dapat menjawab kata-kata dari Amrita, dia terdiam dengan tatapan gelisah.
Terlihat dari sikap Pamela yang gugup ketika Amrita memberondongnya dengan berbagai kalimat sindiran bahkan dia memilih diam tanpa berani mengucapkan satu katapun.
Tampak Blanco Frederick telah datang, dia menatap ke arah Amrita dan Pamela dengan wajah kebingungan.
Blanco segera mengambil sikap tegas terhadap Amrita.
"Amrita ! Apa yang kau lakukan ini ???" ucapnya sembari menarik kasar tangan putrinya.
"Lepaskan aku, ayah !!!" jerit Amrita menolak.
"Jangan bersikap yang tidak-tidak, dan jangan permalukan kami, Amrita !" sahut Blanco memaksa Amrita ikut dengannya.
"Biarkan aku pergi dari sini, aku tidak mau hidup dengan laki-laki tidak waras seperti dia, ayah !" teriak Amrita meronta-ronta.
"Jangan bicara ngawur tentang dia !" kata Blanco.
"Yang kukatan ini benar, dan aku tidak mengada-ada !" sahut Amrita seraya menarik tangannya agar terlepas dari genggaman tangan ayahnya.
"Tidak, Amrita !" kata Blanco terus memaksa.
"Aku tidak ingin kembali padanya !" teriak Amrita. "Biarkan aku pergi, ayah !"
Amrita terus memberontak keras namun kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan ayahnya yang lebih besar darinya.
"Tidak, ayah !" kata Amrita terus menolak.
"Jangan membantah perintah kami !" sahut Blanco dengan menarik tangan Amrita agar berjalan mengikutinya.
"Lepaskan, Amrita, ayah !" jerit Amrita.
"Tidak ! Kau harus kembali kepada suamimu !" sahut Blanco.
"Aku tidak mau menikah dengan pria gila seperti dia !" teriak Amrita.
"Diam, Amrita !" sahut Blanco yang mulai kehilangan kesabarannya.
"Tidak, Amrita tidak mau !" tolak Amrita bersikeras.
Blanco tidak lagi mendengarkan ucapan Amrita, putrinya. Dan dia terus memaksa Amrita berjalan mengikuti dirinya.
Ketiga orang itu berjalan beriringan menuju kembali ke tempat tinggal milik Denzzel Lambert, pengusaha estate itu.
Area Asyer Estate sangatlah luas, jalan-jalan disana terhubung satu sama lainnya dengan area tanah rerumputan.
Lokasi tempat tinggal pengusaha estate terbilang mewah meski bangunannya terlihat sederhana namun penataan ruang taman di area Asyer Estate terbilang sangat "luar biasa" mewahnya karena dipenuhi tanaman langka serta aneka jenis bunga yang berasal dari luar negeri dan itu membutuhkan dana yang terbilang tidak sedikit.
Amrita telah berlari jauh, dan hampir mencapai pintu gerbang utama Asyer Estate namun Pamela berhasil mengejarnya dan mencegahnya kabur.
Terlihat Amrita berjalan seperti menyeret ketika ayahnya membawanya kembali ke kediaman Denzzel Lambert di kawasan Asyer Estate yang megah.
Kedatangan Amrita bersama kedua orang tuanya langsung disambut oleh orang-orangnya Denzzel, mereka membantu Blanco membawa masuk Amrita ke dalam rumah sang pengusaha estate meski mendapatkan perlawanan keras dari Amrita.
Amrita terus meronta-ronta keras, menolak dibawa masuk menemui Denzzel Lambert di rumah megah itu.
Tampak telah berdiri menunggu sosok Denzzel Lambert di tengah-tengah ruangan luas sembari menatap lurus ke arah Amrita bersama anak buahnya.