Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11.
Drap! drap! drap!
Terdengar suara yang berisik dari belakang Freya, saat ia mendorong meja troli ke dalam lift.
Beberapa pria berpakaian formal, dengan tergesa-gesa berlari menaiki anak tangga. Membuat pelanggan toko terkejut dengan kedatangan mereka, yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam toko.
Semua dengan cepat menyingkir, memberi jalan kepada beberapa pria kekar tersebut. Mereka langsung tahu siapa mereka, tanpa perlu bertanya satu sama lain.
Begitu juga Freya. Ia langsung punya firasat, kalau ada sesuatu hal, yang membuat para pria kekar itu, terlihat begitu terburu-buru menuju lantai dua.
Freya mendorong meja troli ke dalam lift yang telah terbuka. Setelah ia sampai di lantai dua, dugaan Freya ternyata benar. Para pria yang masuk dengan tergesa-gesa itu, tampak sudah berada di depan pintu ruangan privasi satu.
Ruangan yang di pesan pria idolanya untuk menikmati dessert. Pintu tersebut tampak terbuka. Sepertinya salah satu pria yang baru datang itu, sedang melaporkan sesuatu kepada Pemimpinnya yang sedang menikmati dessert.
Freya mendorong meja troli menuju ruang privasi tiga. Ia tidak boleh terlalu fokus memperhatikan, apa yang sebenarnya di laporkan anak buah pria idolanya. Ia sekarang sedang bekerja, jadi fokusnya harus dengan pekerjaannya.
Brak!
Tiba-tiba meja troli yang ia dorong di tabrak salah satu anak buah pria itu, membuat Freya terdorong ke samping bersama meja troli, dan membentur tembok toko.
Dessert, teko teh, dan beberapa cangkir teh, yang ada di atas meja troli pun berjatuhan ke lantai. Membuat para pria kekar, yang berdiri di luar pintu melihat ke arah Freya.
"Hei! di mana mata mu! apa kamu tidak melihat ada begitu banyak orang di sini?!" tiba-tiba pria yang menabrak Freya, membentak Freya dengan nada yang begitu marah.
"Apa yang telah kamu lakukan?!!"
Suara bariton yang terdengar begitu dingin, menghardik pria yang menabrak Freya, terdengar dari belakang pria itu.
Pria yang menabrak Freya, menoleh memandang pria yang memarahinya, "Tuan, dia menghalangi.... !"
Plak!!!
Satu tamparan mengenai wajah pria itu dengan begitu kuatnya, sehingga sudut bibirnya tampak mengeluarkan darah. Dan wajah pria itu pun seketika terlihat pucat pasi.
"Bukannya minta maaf, kamu malah membentaknya!!"
Plak!!!
Kembali satu tamparan melayang ke wajah pria itu, dan darah semakin deras keluar dari sudut bibir pria itu, "Siapa yang mengajarimu menjadi arogan seperti itu?!!"
Brak!!!
Tubuh pria itu tiba-tiba melayang menghantam tembok toko, dan jatuh ke lantai dengan darah muncrat dari mulutnya. Freya diam tidak bergerak melihat pria, yang membentaknya itu teronggok di lantai.
Ia tidak menyangka, ada anak buah pria idolanya itu tidak berpikir panjang membentaknya, tanpa memperhatikan kalau ia hanya seorang gadis kecil Pelayan dessert.
"Apakah anda baik-baik saja, Nona?" suara yang tadi sangat marah penuh emosi, terdengar lembut menghampiri dirinya yang masih diam menempel di tembok toko.
"Oh, i.. iya, Tuan! saya baik-baik saja!" jawab Freya terbata mengedipkan matanya tersadar, begitu mendengar suara pria itu, dan melangkah menghampirinya.
Pria itu memegang pergelangan tangan Freya, yang tampak sangat kecil dan ringkih dalam genggaman tangannya yang besar.
Membuat Freya sontak membeku, sama seperti tadi, Freya seakan terkena setrum bersentuhan dengan pria idolanya itu. Dan ia pun berusaha untuk tidak gemetar seperti tadi.
Mata pria itu memeriksa keadaan Freya, apakah terluka akibat perbuatan anak buahnya, yang begitu kasar pada seorang wanita.
Kemudian mata lelaki itu, Austin, tajam melihat dessert yang terjatuh di lantai, bersama teko teh yang pecah dan beberapa cangkir teh.
Geraham Austin mengetat menahan geram. Emosinya kembali tersulut, ia pun melepaskan pergelangan tangan Freya dari genggamannya.
Ia kemudian menyeret anak buahnya itu menuruni anak tangga, tanpa memperdulikan keadaan anak buahnya, yang sudah berdarah itu terseret di lantai.
"Nona, Ayo mari turun" suara lembut anak buah Austin, yang tadi makan dessert bersama Austin, menghampiri Freya yang masih termangu di tempatnya.
"Oh, tidak apa-apa Tuan, saya tidak terluka!" jawab Freya dengan cepat, sembari tersenyum ramah untuk menghilangkan rasa khawatir anak buah Austin.
"Tidak, anda harus ikut turun, untuk memberitahu Bos anda, kalau dessert yang terjatuh itu bukan kesalahan anda!"
"Oh!"
Freya lupa tentang dessert yang terjatuh ke lantai. Mungkin pria idolanya itu membawa anak buahnya yang kasar itu ke kantor Bos nya.
Ia pun menyadari maksud anak buah Austin, untuk ikut ke bawah menemui Pemilik toko dessert.
Benar saja setelah ia turun, ia melihat pria idolanya bersama anak buahnya, yang sudah babak belur berada di dalam kantor Bos nya.
Bersambung......
