pada suatu waktu terjadi suatu tragedi berdarah yang didasari dari perebutan harta dan kekuasaan, dengan adanya tragedi tersebut seorang ayah menyuruh isterinya untuk membawa pergi anak pertama mereka, akibat ketakutan sang isteri pun membawa anak tersebut ke sebuah kampung dan menyimpan anak tersebut di sebuah pematang sawah karena khawatir akan terjadi sesuatu kepada dirinya.. sang ibu pun berencana kalau nanti sudah selesai krisis yang terjadi dia akan pergi kesana... sang ibu pun menyimpan anak tersebut disebuah box bayi dan sebuah kalung pemberian ayahnya, sang ibu pun menulis surat disana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon E'Ngador Together, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian di sekolah ella
" lumayan jago juga anak ingusan ini." kata pimpinan preman tersebut lalu menyuruh ke 3 preman lainnya mengeroyok evan. Mereka pun langsung mengayunkan pukulannya.... Plaaak.... Plaaaaak.... Plaaaak evan menangkis serangan preman itu di pun meninju dan menendang mereka buuuuk.... Buuuuuk.... Buuuk. Ketiga preman langsung jatuh dengan menjerit kesakitan
" dik cepat bawa teman teman kamu ke tempat aman." kata evan
" iya kak." kata ella dia mengajak teman temannya pergi
Pimpinan preman pun menerjang evan
" mati kamu bocah." kata pimpinan preman tersebut sambil memukul. Plaaak evan menangkis serangan tersebut lalu memukul dada preman tersebut buuuk... Buuuk. Setelah itu evan menendang kaki preman itu pletaaaaak suara tulang patah, preman tersebut menjerit kesakitan karena tulang kering kakainya patah.
" hari ini saya berbelas kasihan, kalau nanti kamu melakukan hal hal seperti ini, saya enggak akan mengampuni lagi." kata evan." sekarang kalian pergiiiii." lanjut evan, para preman itu pun bangkit dan memapah ketua mereka pergi dari sana. Evan mendatangi ella dan teman temannya yang sudah bersama ibu marni.
" terimakasih kak udah menolong kita." kata ella lalu dia memeluk evan.
" lain kali kamu harus lebih hati hati ya." kata evan menhelus kepala ella.
" iya kak, terimakasih." kata teman teman ella
" sama sama, kok kalian bisa di ganggu preman sih." kata evan. Ella pun menceritakan kronologi kejadiannya.
Tak begitu lama datang beberapa motor kesana dengan berboncengan.
" itu kak, anak yang memukuli kami." kata preman yang tadi dikalahkan devan
" kalian sama anak ingusan gitu aja kalah." kata orang yang bersama mereka, memiliki perawakan kekar. Tato di lengannya.
" bu ajak yang lainnya pergi masuk ke sekolah dulu nanti aku nyusul." kata evan
" tapi kamu nak, udah kita pergi saja." kata ibu marni
" enggak bu, mereka pasti ngikutin kita, biar aku kasih pelajaran ke mereka." kata evan. Ibu marni pun menuruti apa kata evan, dia mengajak ella dan teman temannya masuk ke sekolahan.
" hai bocah, kamu jangan lari, ini kakak kami datang mau balas dendam." kata preman tadi
" saya sudah bilang tadi, kalau kamu cari gara gara lagi kamu mati." kata evan
" dasar anak ingusan, sombong sekali kamu." kata ketua preman itu yang di panggil kakak.
" kamu juga mau mati rupanya, bukan berbuat baik, malahan mengajarkan enggak benar." kata evan
" jangan banyak cincong kamu, serang." kata ketua preman itu
Buuuuuk..... Buuuuk ..... Buuuuuk... Plaaaaak..... Plaaaak. Pletaaaak, Jeritan pun terdengar. Evan pun menghentakan kakinya 3 kali DULJA.... DULJA..... DULJA. Tak lama terdengar suara Auman langsung menerjang ke arah para preman itu. Evan pun menendang ke arah ketua preman buuuuuk.... Buuuuuk. Pletaaaaaak. Suara tulang patah.
" kalian ingin mati kan.. Sekarang saya kabulkan." kata evan
Aaaaaum.... Aaaaauuuuum.... Aauuuuum. Para harimau mengaum, mereka behenti setelah menerjang para preman. " terimakasih atas kehadiran kalian, bawa saja mereka ke tempat kalian." kata vian... Aaauuuum.... Aauuum.... Aauuum. Mereka pun pergi dengan membawa para preman tersebut.
Setelah mereka pergi dan situasi sudah kondusif evan pergi menemui ibunya. Melihat kedatangan evan ibu marni langsung menghampiri
" kamu enggak apa apa nak." kata ibu marni
" enggak bu, aku enggak apa apa." kata evan
" terus mereka kemana sekarang." kata ibu marni
" sudah pergi bu... Mereka kabur." kata evan
Setelah kejadian itu evan, ella dan ibu marni pulang. Teman teman ella juga pulang karena hari itu guru gurunya mau ada rapat jadi murid pulang lebih cepat. evan berfikir apakah paman dulja akan bisa menjaga ella, supaya keselamatannya bisa terjaga karena dia enggak akan selamanya bersama mereka. Evan berencana mau mencoba menanyakannya nanti malam.
" wah kakak udah punya handphone." kata ella
" tadi ibu belikan buat kakak." kata evan
" ella minta nomor kakak dong." kata ella, evan memberikan handphone dan meminta adiknya iru mengajari dia. Tak lama mereka sampai di rumah, ibu marni menyuruh anak anaknya untuk berganti pakaian lalu makan siang. Evan pun pergi ke kamarnya, dia pun tidur tiduran di kasur karena merasa pegal pegal. Evan pun tertidur, evan bermimpi bahwa dia berada di temoat yang dulu pernah dia datangi. Evan pun memanggil kakek yang waktu itu mengajati ilmu beladiri dan pengobatan... " kek... Kakek." ujar evan
" iya cu... Syukur kamu sudah menemukan orang tua kamu.. Orang orang yang kamu hadapi tadi ada kaitannya dengan kematian ayah kamu cu, mereka satu gerombolan." kata kakek
" apa kek, kakek tau kejadian tadi." kata evan
" kakek tau cu, kamu anak yang baik, bukannya kamu mau ada yang bisa jaga ibu dan adik kamu." kata kakek
" iya kek, apa bisa, karena saya enggak bisa selamanya disamping mereka." jawab evan
" nanti kakek akan mengirim yang akan melindungi ibu dan adik kamu." kata kakek
" terimakasih kek." kata evan
" kamu harus terus berlatih mengolah raga dan jiwa kamu, jangan sampai terlena dengan bantuan paman dulja mu." kata kakek
" iya kek, saya akan berlatih." kata evan
Tok... Tok.... Tok " kak, kak evan, ayo kita makan." kata ella. Evan pun terbangun dari mimpinya
" iya dik sebentar, kakak kesana." kata evan
" aku tunggu di meja makan ya kak." kata ella
evan bergegas ke kamar mandi cuci muka lalu ganti pakaian, dia pun pergi ke ruang makan. Mereka pun makan siang bersama.
" kamu beneran enggak apa apa sayang." kata ibu marni
" enggak bu, aku enggak apa apa, hanya pegal pegal aja." kata evan.
Setelah selesai makan evan pun pamit mau ke halaman belakang, ella mengikuti kakaknya itu. Sesampainya di halaman belakang evan dan ella duduk di gazebo.
" kakak hebat bisa menghadapi para preman itu." kata ella membuka obrolan
" biasa aja dik, siapa pun yang mencelakai keluarga kakak akan menghajarnya, lain kali kamu harus lebih hati hati ya." kata evan
" iya kak, ella akan berhati hati." kata ella
" kakak beneran enggak kenapa kenapa." lanjut ella
" kakak enggak kenapa kenapa dik." jawab evan
" oh iya kak, hacu apa kabarnya ya, ella kok kefikiran dia." kata ella
" dia lagi main kayanya." kata evan
" kalau boleh dia bisa kita rawat disini ya kak." kata ella
" nanti kakak coba tanya, apakah hacu mau tinggal disini, kakak ingin membalas dendam kematian ayah." kata evan
" kamu harus hati hati dik, kemungkinan ada orang yang mengincar keluarga kita lagi." lanjut evan
" iya kak, kakak harus standby ya handphone takut sewaktu waktu." kata ella
" iya dik, kalau ada apa apa kamu langsung telepon kakak." kata evan
karena waktu sudah sore evan mengajak ella masuk ke dalam rumah,