Kisah cinta yang berawal di Kota Yogyakarta. Rinjani Aulia Aswatama yang kemudian dihadapkan oleh pilihan dua laki-laki, Harry Rajendra duda dengan satu anak, ataukah Ezra Bramantya anak teman mamanya.
siapakah yang akan menjadi suaminya? ataukah ada pilihan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laplusbelle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Pertama
Rinjani menatap sosok pria bertinggi 183 cm yang sedang memilih makanan beku di freezer supermarket itu. Pria yang selalu jadi patokannya mencari pacar, tinggi 183 cm, selalu melindungi, humoris dan good looking. Keanu memang tampan seharusnya dia menjadi model atau apa, tapi malah memilih menjadi pegawai B*MN seperti papa mereka.
"Abang, jangan banyak makan makanan begitu, itu tidak sehat," tegur Rinjani sambil mendekati Keanu dan menariknya ke bagian fresh food.
"Aku kan tinggal sendiri, dek" ucap sambil merangkul Rinjani. "Makanan instan adalah penolong bagi para bujangan yang memiliki kesibukan tinggi.
"Tidak selama aku di sini, lagian buat apa punya banyak pacar tapi tidak ada yang bisa masakin!" Seru Rinjani. Ia meringis lalu memeletkan lidahnya.
"Tidak ada wanita aku bawa ke apartemen tau!" sanggah Keanu lebih sengit. Ia tidak mau jika kabar tidak benar itu sampai di telinga kedua orang tua mereka.
"Manalah kutau, Bang" sungut Rinjani sambil memilih sayuran "Mau dimasakin apa hari ini? capek aku makan makanan delivery. Minyaknya kek over pemakaian" lanjutnya berlagak seperti seorang ibu-ibu muda.
"Kamu beneran seperti mama, ngomel mulu. Aku jadi kasihan yang jadi suamimu nanti, Rinjani Aulia," Keanu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Belum pernah ditabok pakai sawi, gak?" Ancam Rinjani mengangkat seikat sawi hijau.
"Kuatkan mentalmu adek ipar, siapapun itu," canda Keanu mengangkat kedua tangannya "Gak usah masak, ayo kita makan di resto Jepang," lanjutnya merangkul adik kesayangannya.
Rinjani mendadak menghentikan langkahnya, ia memandang orang terakhir yang ingin ia lihat di muka bumi. Gio Hadiwijaya! Si mantan baj*ngan.
Gio terlihat bersama dengan seorang gadis belia yang tampaknya baru memulai masa perkuliahan. Masih berusia belasan tahun.
Keanu akhirnya mengerti dengan bahasa tubuh Rinjani.
"Tidak apa-apa, ada abang" bisik Keanu mengencangkan rangkulannya.
"Rinjani, Kak Keanu" sapa Gio, mendengar suaranya saja membuat bulu tangan Rinjani meremang karena emosi.
"Ya, Gio apa kabar? Sepertinya sehat" sindir Keanu sambil mengamati gadis disamping Gio.
"Ya kak, sehat" sambil menatap Rinjani yang tertunduk dan sedikit bersembunyi di balik tubuh Keanu.
"Kami mau makan, duluan yah Gio" kata Keanu melewati mereka. Keanu berhasil membawa Rinjani keluar dari swalayan tanpa menoleh ke belakang.
"Rinjani!" Panggil Gio beberapa meter setelah mereka menjauh, pria itu sekarang terlihat sendiri, pasangannya menunggu di depan swalayan sambil memerhatikan dari kejauhan.
"Rinjani, kita perlu bicara," kata Gio lancang, ia mengabaikan kehadiran Keanu.
"Maaf Gio, selagi saya masih bersabar lebih baik kamu pergi! Kalian sudah berakhir, tidak ada yang perlu dibicarakan! Sekali lagi saya lihat kamu mendekati Rinjani!!...." Ancam Keanu menatap tajam Gio.
Pemuda berusia 24 tahun itu tidak bisa membalas, entah takut atau ancaman Keanu berhasil membuat nyalinya ciut.
"Ayo bang" Rinjani menarik Keanu menjauh tanpa melihat lagi muka Gio lagi. Rinjani muak, benar-benar ia muak dengan pria itu. Segala perasaanny telah mati, bahkan sekadar mengingat kebaikan Gio selama mereka bersama pun Rinjani tidak ingin lagi. Mereka telah berakhir, benar-benar tidak ada yang tersisa selain kebencian.
....
"Aku pikir nafsu makanku hilang gara-gara k*mpret itu" ucap Keanu sambil mengelus perut sixpack-nya.
"Ngapain tidak bisa makan, enak di dia donk. Kita kepikiran dia senang-senang. Hidup harus terus berjalan," sungut Rinjani masih menghabiskan sisa daging di atas piringnya.
"Gaya, tadi kok gak mau bicara ma mantan?" ledek Keanu sambil tersenyum miring.
"Jijik aku berbalas kata dengannya!" umpat Rinjani lalu mendengus.
"Pernah kok jadi terindah" goda Keanu.
"Abanggg!!" Pekik Rinjani sambil mencubit lengan sang kakak. Keanu melebarkan mata.
"Kamu harusnya sudah memulai hubungan baru, Dek. Mungkin dengan Radit?" Usul Keanu.
"Radit itu sahabatku bang, selamanya akan jadi sahabat."
"Tidak ada persahabatan antara pria dan wanita" sanggah Keanu sambil mencebik. Ia tidak percaya dengan kedekatan Rinjani dan Radit murni sebatas teman yang sangat akrab.
"Kata klise, kami bukan pria dan wanita, tapi pria dengan pria, wanita dengan wanita,..hahaaha," Rinjani tergelak tawa. Perutnya perih karena tawa dan ia makan sangat banyak.
"Gugur sudah Ferrariku," ucap Keanu sambil menghela napas panjang.
"Dia nego, CRV aja katanya," info Rinjani, ia mengingat perkataan sahabatnya saat di bandara.
"Radit masih kayak dulu, kan? Gonta ganti mobil dan gadget? Berarti mobilnya masih baru?"
"Belum setahun kayaknya yang sekarang"
"Oke fix kalau begitu" ucap Keanu sambil tersenyum lebar.
"Aku mau lanjut kuliah bang, belum mikir mau menikah lagi. Dari sini aku mau ketemu Papa dan Mama. Omong-omong Abang kapan mau menikah?"
"Oh tidak, pertanyaan itu. Abang masih 27 tahun, aku akan memikirkan menikah saat umur 35 tahun, sekarang waktunya senang-senang," Jawab Keanu menyeringai. Ia menaikkan kedua alis hitamnya.
"Gak ketuaan itu?" Ledek Rinjani.
"Nope" Keanu menggelengkan kepala.
Yah hidup memang harus terencana, apalagi tentang pernikahan. Dan sebuah pernikahan harus punya pondasi yang kuat, minimal saling mencintai. Bukan karena dikejar dengan umur, Rinjani bisa belajar dari perkataan Keanu. Rinjani bisa menargetkan menikah di usia 30 tahun mengingat dirinya adalah seorang wanita.
Tapi kembali mengingat jika ia baru saja melepaskan seorang duda tampan dan kaya raya namun memiliki trauma yang mendalam. Rinjani berpikir rupanya seorang pria juga memiliki sisi yang rumit, sama halnya dengan wanita. Ia belum siap menghadapi kehidupan yang rumit di saat dirinya masih menata hidup untuk lebih baik.
Sepertinya 35 tahun terdengar sangat realistis.
###