"KENAPA HARUS AKU SATU-SATUNYA YANG TERLUKA?" teriak Soo, menatap wajah ibunya yang berdiri di hadapannya.
*********************
Dua saudara kembar. Dunia dunia yang bertolak belakang.
Satu terlahir untuk menyembuhkan.
Satu dibentuk untuk membunuh.
*********************
Soo dan Joon adalah saudara kembar yang dipisahkan sejak bayi.
Soo diculik oleh boss mafia Korea bernama Kim.
***********************
Kim membesarkan Soo dengan kekerasan. Membentuknya menjadi seorang yang keras. Menjadikannya peluru hidup. Untuk melakukan pekerjaan kotornya dan membalaskan dendamnya pada Detektif Jang dan Li ayah mereka.
Sementara Joon tumbuh dengan baik, kedua orangtuanya begitu mencintainya.
Bagaimanakah ceritanya? Berhasilkah Soo diterima kembali di keluarga yang selama ini dia rindukan?
***********************
"PELURU" adalah kisah tentang nasib yang kejam, cinta dan balas dendam yang tak pernah benar benar membawa kemenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KEZHIA ZHOU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DICULIK
“Halo.. tuan Kim memerintahkan untuk mencari info tentang istri dari pria bernama Detektif Li yang kabarnya akan melahirkan di rumah sakit Songyang.” Nam, terdiam sejenak.
Lalu melanjutkan ucapannya.
“Benarkah? Baiklah.” Jawab Nam.
Lalu panggilan telepon itu pun langsung terputus.
Nam berbalik dan menatap Kim.
“Tuan Kim, istrinya baru saja melahirkan dua bayi kembar. Laki laki. Namun, detektif Li dan Detektif Jang belum juga datang.” Lapornya.
“Hahahaha.. bagus..” ucap Kim tertawa keras.
“Ambil salah satu dari antara mereka. Lalu bawalah bayi itu kepadaku. Sekarang!” perintahnya.
Nam pun mengangguk. Lalu kembali menelepon orang yang sama yang tadi dia telepon.
“Halo, Tuan Kim memerintahkan untuk mengambil salah satu anak itu, dan langsung dibawa kesini. Orangku akan segera mengambil bayi itu. Aku tau bahwa anda bisa melakukan dengan cepat dan tertutup. Bayarannya tentu akan sangat besar. Kau tau bagaimana Tuan Kim, bukan? Lakukanlah dengan cepat.” Ucap Nam dalam telepon itu.
Mendengar itu, Kim pun kembali tertawa senang. Wajahnya yang sejak kemarin terlihat begitu marah, kini tampak berbeda. Seolah dia sedang merangkai bom waktu yang siap meledak kapan saja.
“Hahaha… akhirnya aku mempunyai bom waktu yang sednag kurakit, dan akan kuledakkan jika waktunya sudah tepat. Kau ingin melawanku, Jang? Kau tidak akan pernah mampu.” Ucapnya.
...****************...
Diwaktu yang berbeda, seorang wanita yang masih terlihat lemas nampak bertanya pada seorang dokter yang kini mengecek kondisi tubuhnya.
“Bagaimana anak anak ku dokter?” tanya Yejin dengan mata penuh harap. Berharap bisa segera dipertemukan dengan kedua putranya.
Namun dokter yang berdiri disampingnya hanya terdian sejenak. Kemudian menoleh kepada salah satu perawat.
“Berikan bayinya.” Ucapnya.
“Baik dokter.” Jawabnya.
Tidak memerlukan waktu yang lama, perawat itu pun masuk lagi dan memberikan satu bayi laki laki yang sangat tampan kepadanya.
Oeekk… oekk….
Bayi itupun menangis, wajahnya memerah. Kulitnya putih bersih.
“Stt… sayang…. Ini ibu… kau tampan sekali..” ucap Yejin, sembari memeluk dan mencium putranya.
Seketika bayi mungil itupun terdiam. Dan perlahan matanya tertutup dan tertidur dalam pelukan ibunya.
Seolah menyadari sesuatu, Yejin menoleh ke arah dokter yang masih berdiri disana.
“Dokter, dimana bayiku yang satunya lagi? Bukankah aku melahirkan dua putra? Kenapa tidak dibawa kesini?” ucapnya penasaran.
Namun dokter itupun hanya terdiam. Yejin yang melihat wajah nya berubah segera meraih tangan dokter itu dan mengulangi pertanyaannya lagi.
"Dimana dokter? Aku sangat yakin bahwa bayiku kembar" katanya lagi.
Dokter pun terdiam sejenak. Lalu mulai berbicara.
“Maaf kan saya nyonya, putra anda… dia mengalami kelainan pada pernafasannya, sehingga yang selamat hanya satu saja. Putra anda yang satu, meninggal saat dilahirkan.” Ucapnya mencoba menjelaskan.
Yejin menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Karena meski setelah melahirkan pandangannya samar, karena banyak darah yang keluar dan tubuhnya sangat lemah, namun Yejin yakin bahwa kedua putranya lahir dnegan keadaan sehat.
“Tidak dokter… itu tidak benar… putraku…. Putraku tidak mati.. dia masih ada. Dia lahir dengan sehat. Anda jangan berbohong dokter. Itu tidak mungkin… tolong dilihat lagi detak jantungnya, dia pasti masih bisa selamat.”
Tangisnya pecah.
Yejin memeluk erat bayi yang masih digendongnya.
“Maafkan saya nyonya.” Ucap dokter.
JEGLEK..!
Mata Li terbelalak ketika barusaja membuka pintu ruang perawatan, dan melihat istrinya yang menangis histeris. Li segera melangkah mendekat, lalu mengusap wajah Yejin.
“Ada apa Yejin? Apa yang terjadi?” tanya Li.
Kemudian perlahan Li memandang putranya yang berada dalam pelukan istrinya. Li menyadari bahwa hanya ada satu anak yang digendong, membuat otak nya langsung berfikir keras.
“Dimana putra kita yang satunya lagi? Bukankah kau melahirkan anak kembar?” tanya nya meyakinkan.
Tidak ada jawaban dari Yejin, Li pun menoleh memandang dokter yang masih berada disana.
“Dimana putraku yang satu lagi dokter? Kenapa istriku hanya menggendong satu bayi saja?” ucapnya penuh rasa penasaran.
Yejin maih menangis dipelukan Li.
Kemudian dokter itu pun menepuk pundak Li dengan lembut seolah sedang memberinya semangat.
“Mari ikut saya.” Ucap dokter itu lembut.
Li merasa ada yang tidak beres. Li segera menoleh ke arah Jang yang berdiri tidak jauh dari sana.
“Jang, tolong tetaplah disini bersama dengan istriku. Aku akan keluar sebentar.” Ucapnya.
“Tentu Li.. serahkan padaku. Kau pergilah.” Ucapnya.
Li pun berjalan mengikuti langkah kaki pria berseragam putih itu.
Dokter mengajaknya kesebuah ruangan. Di ruangan ada seorang bayi laki laki yang sudah berwarna kebiruan dan sebagian tubuhnya sudah terbungkus dnegan kain putih. Li berjalan mendekati bayi kecil itu.
“Tuan Li, kami benar benar minta maaf. Kami sudah melakukan yang terbaik. Namun takdir berkata lain. Kami tidak berhasil menyelamatkan satu putra anda. Ketika dia dilahirkan, bayi ini tidak mampu menghirup oksigen dengan benar. Maafkan kami, akmi sudah mengupayakan yang terbaik.” Kata dokter kepadanya.
Li menatap bayi itu sejenak. Lalu perlahan mengangkat jenazah kecil itu. Memandangnya dengan snagat sedih.
“Putraku..” ucapnya dengan sedih.
Dia meneteskan air matanya dihadapan jenazah bayi yang dia percayai sebagai putranya itu. Kemudian dia membawa jenazah putranya ke kamar perawatan isterinya. Yang kemudian akan dia makamkan dengan layak.
Dengan berat hati Li menyerahkan bayi itu kepada Yejin.
“Yejin, ini sudah yang terbaik. Tenangkan dirimu. Ingat kau tidak boleh sakit. Kita masih harus membesarkan anak kita yang lain.” Ucap Li terus memberikan semangat kepada Yejin.
Tangis Yejin terus pecah. Memeluk dan menciumi jenazah bayi yang ia percaya sebagai putranya.
“Yejin, Li benar, kau harus bisa menahan kesedihanmu demi putramu ini.” Ucap Jang sambil mengusap bayi mungil yang masih tertidur dalam pelukan Yejin.
Yejin pun menunduk dan memandang bayi tampan yang kini menggeliat kecil hendak menangis.
“Ssstt…. Stt… ibu disini sayang… jangan cemas..” ucapnya pada putranya itu.
Kemudian Yejin memeluknya erat.
Li pun akhirnya keluar dari ruangan itu untuk memakamkan putranya dengan layak, meski dengan berat hati harus dilakukan tanpa istrinya. Karena kondisi Yejin yang belum seratus persen stabil.
“Yejin, berilah anak ini asi. Dia membutuhkannya.” Ucap Jang.
Yejin pun mengangguk, lalu Jang berbalik dan melangkah keluar dari ruangan itu.
...****************...
Ditempat yang berbeda, seorang pria berjas turun dari dalam mobil, dengan menggendong seorang bayi laki laki yang masih tertutupi oleh kain.
Membawanya menemui Tuan Kim.
“Tuan Kim, ini adalah bayi yang anda minta.” Ucapnya.
Oekkk… oekk….
Bayi itu terus menangis. Seolah menyadari bahwa dirinya dipisahkan dari ibu dan saudara kandungnya.
Kim menatap bayi itu lekat lekat.
“Hahahaha… bagus sekali kerjamu Park. Keluargamu layak mendapatkan sesuatu dariku.” Ucapnya.
“Terimakasi banyak tuan Kim.” Ucap pria bernama Park itu.
Lalu tanpa menunggu lagi, Kim menggendong bayi yang terus menangis itu. Dibawanya lah ke dalam kamar miliknya. Disana duduk seorang wanita paruh baya, berwajah cantik.
Wanita itu menoleh dan terkejut melihat suaminya menggendong seorang bayi laki laki tampan.
“Siapa ini?” tanya wanita itu.
Namun Kim tidak menjawab. Dia meletakkan bayi itu di atas ranjang dengan kasar. Bayi itu sedikit tersentak kaget karena Kim meletakkannya dengan kasar.
Oeeekk…. Oekk…..
Tangis bayi itu semakin menjadi.
“Rawat dan besarkan anak itu. Aku akan menjadikannya peluruku!” ucapnya dengan nada tegas, tanpa ada ruang untuk dibantah.