NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:741
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejamnya Dunia

"Nama yang bagus," komentar Marco santai.

"Ini yang kamu," ucap Dennis datar sambil memberikan amplop besar warna cokelat ke Lucas.

"Terima kasih atas kerja samanya Tuan Marco," ucap Lucas senang sambil menerima amplop itu.

"Kalian boleh pergi dari sini, aku ingin berduaan saja sama Jennie."

"Baik Tuan Marco," ucap Dennis dan Marco kompak.

Tak lama kemudian Lucas beranjak berdiri. Dennis melangkahkan kakinya ke pintu rahasia. Lucas mengikuti langkah kakinya Dennis. Marco menatap Jennie dengan tatapan mata yang lapar. Marco meraba kaki hingga pahanya Jennie dengan sentuhan seringai laba-laba. Jennie membuka matanya ketika Marco menyentuh inti tubuhnya Jennie dengan sentuhan yang nakal. Jennie melebarkan kedua matanya menatap kesal ke Marco yang sedang tersenyum miring.

Jennie kaget ketika inti tubuhnya diremas dengan kasar. Sontak Jennie beranjak dari sofa panjang, lalu berlari ke sembarangan arah, namun dia tidak bisa keluar dari ruangan itu. Dia berlari ke tengah ruangan itu. Dia melihat Marco sedang berjalan pelan mendekati dirinya sambil menatap lapar ke mukanya Jennie. Seketika Jennie berjalan mundur untuk menghindari sosoknya Marco. Marco menghentikan langkah kakinya ketika berada dekat di depan Jennie.

"Jangan Tuan," pinta Jennie panik saat Marco berusaha menciumnya, sambil meraba dadanya Jennie.

"Sudah, diam, Jennie, aku sudah membayarmu mahal," ujar Marco sambil menaikan dress rumahan sepanjang selutut.

"Tidak! Hentikan Tuan!" teriak Jennie ketakutan.

Tangannya berusaha melindungi tubuhnya dari sentuhan pria sinting itu. Langkahnya mundur untuk menghindari sentuhan nakal Marco. Hingga tubuhnya terhimpit di antara meja kerja dan tubuh Marco yang masih tetap. Jennie memberontak untuk menepis setiap sentuhan Marco di tubuhnya. Meski dengan seluruh kekuatannya, dia masih kalah tenaga dengan lelaki tua itu. Marco membalikkan tubuh Jennie dan mendorongnya ke atas meja hingga posisi anak perempuan itu sedikit membungkuk.

Marco dengan leluasa menaikan kembali dress dan menurunkan sedikit penties Jennie. Tangan kanannya Jennie meraih apapun di ats meja itu saat hembusan nafas Marco yang penuh gairah terdengar sangat dekat di telinganya sehingga membuatnya bergidik ngeri dan jijik. Ketika Marco menurunkan resleting celananya, saat itu pula mengambil sebuah benda yang sudah diraih dan Jennie membalikkan badannya. Sedetik kemudian, Jennie memukulkan benda itu sekuat tenaga ke arah kepalanya Marco.

Lelaki tua itu terhuyung ke belakang sambil memegang kepalanya. Marco berjalan lunglai mendekati Jennie yang tampak gemetar ketakutan. Dengan sisa tenaga dan rasa panik, Jennie kembali membenturkan benda itu yang masih ada di tangannya ke kepala Marco sehingga lelaki tua itu terjerembab jatuh ke samping. Tubuhnya Jennie gemetar dan pikirannya kacau. Benda berat yang berbentuk piramid Egypt spontan terlepas dari genggaman tangannya. sehingga menimbulkan bunyi nyaring.

Jennie menyandarkan tubuhnya di tepi meja sehingga kekuatannya tiba-tiba rak berdaya karena panik dan ketakutan. Tubuhnya Jennie melorot turun dan jatuh terduduk di lantai raung kerja Marco. Dia menatap nanar tubuhnya Marco yang tak bergerak sama sekali. Kedua matanya Jennie memanas dan detik berikutnya dia menangis ketakutan. Dia menutup kedua telinganya, lalu menundukkan kepalanya sambil memejamkan kedua matanya.

Tiba - tiba sebuah pintu terbuka. Sosok lelaki yang sedang memakai penutup wajah seperti ninja sedang berdiri di ambang pintu. Dia mematung di tempat, terperangah melihat tubuhnya Marco yang terbaring tak bergerak sedikit pun di atas lantai sementara Jennie duduk di atas lantai sambil menangis ketakutan. Hanya beberapa detik lelaki itu tampak kaget. Sedetik kemudian lelaki berjalan menghampiri Jennie, lalu membopongnya dan membenarkan letak pentiesnya Jennie yang masih menangis.

Jennie tak berdaya saat dibopong oleh lelaki itu. Lelaki itu membawa Jennie keluar dari ruangan itu dengan langkah kaki yang lebar dan tetap. Menyusuri sebuah lorong yang menjadi penghubung ruang kerjanya Marco dengan sebuah pintu yang hanya dilalui oleh para bawahan Marco. Lelaki itu berjalan keluar dari bar itu. Semua anak buah lelaki itu terlihat bingung menatap lelaki itu berjalan sambil membawa seorang anak kecil yang sedang menangis. Lelaki itu menghentikan langkah kakinya di depan salah satu asisten pribadinya.

"Ed, tolong bawa anak ke villa," ucap lelaki itu sambil memberikan tubuh mungilnya Jennie ke salah satu asisten pribadinya.

"Baik Tuan," ucap Ed sambil menerima anak kecil itu.

"Bilang ke Tristan, berikan dia salah satu kamar pelayan di villa."

"Baik Tuan. Apakah Anda akan pergi ke markas?"

"Iya, saya akan pergi ke markas bersama Ry dan pasukan. Kamu dan Lilo pergi ke villa, tolong kamu pantau keadaan di sana."

"Baik Tuan."

"Hai Bro, bagian dalam sudah beres semua, tinggal kita meninggalkan jejak," ucap salah satu asisten pribadi pria itu dan juga salah satu sahabatnya.

"Kamu aja yang membakar bar ini Ry."

"Baik Bro, tapi siapa anak kecil itu Bro?"

"Menurutku dia salah satu korban pelecehan seksual yang telah dilakukan oleh Marco."

"Mau kamu pelihara sebagai apa?"

"Akan aku didik dia untuk menjadi salah satu anak buahku."

"Lah emangnya dia bisa melakukan bela diri?"

"Dia yang telah membunuh Marco sebelum aku masuk ke dalam ruang kerjanya Marco."

"Wow keren sekali anak kecil in, pantesan kamu ingin mengambilnya," komen Ry.

"Cepat kamu bakar bar ini!" titah pria itu.

"Baik Bro."

Tak lama kemudian, pria yang bernama Ry mengarahkan tubuhnya menghadap bangunan bar itu, lalu memberikan kode ke beberapa anak buahnya untuk membakar bar itu. Anak buahnya langsung melakukan tugas itu dengan sigap dan hati-hati. Seketika gedung bar itu dilahap oleh api. Mereka yang telah menyerang bar itu, menyeringai melihat gedung bar itu. Ed, membalikkan badannya setelah puas melihat kebakaran itu. Melangkahkan kakinya menuju sebuah mobil jeep hitam.

Dia membuka pintu belakang mobil jeep itu. Menaruh tubuh mungilnya Jennie, lalu menutup pintu itu. Berjalan cepat ke bagian depan mobil. Membuka pintu mobil bagian penumpang. Masuk ke dalam, lalu menduduki tubuhnya di atas jok. Supir mobil itu menoleh ke pria itu dengan tatapan mata yang bingung. Ry menoleh ke supir itu karena merasa diperhatikan. Supir dia menunjuk ke tubuhnya Jennie yang masih juga menangis dengan dagunya.

"Kita bawa dia ke villa Tuan, Lilo. Dia akan dijadikan salah satu anak buahnya," penjelasan Ry.

Pria yang bernama Lilo itu menganggukkan kepalanya, lalu dia mengunci semua pintu mobil itu. Menyalakan mesin mobil itu, lalu mengendarai mobil itu dengan kecepatan yang lumayan kencang. Mobil itu berjalan keluar dari area parkir mobil. Ry, membuka penutup wajahnya karena dia sudah menjalankan tugasnya. Mengusap wajahnya dengan sangat kasar karena sudah tidak nyaman mendengar suara tangisan Jennie.

Ry menoleh ke Jennie, lalu berucap, "Tolong hentikan tangisanmu! Kamu tenang saja, kami tidak akan berbuat macam-macam denganmu."

Ucapan dari pria itu telah melegakan hati dan pikirannya Jennie. Suara tangisan Jennie melemah hingga terhenti. Jennie menghirup udara sebanyak-banyaknya, lalu menghembuskannya secara perlahan dan berulang kali sehingga hatinya terasa aman. Dia mengedarkan kepalanya untuk melihat sekitarnya. Dia merasa ke dua pria yang berada di depannya bukan orang-orang yang akan melukai dan melecehkan dirinya.

"Siapa namamu Nak?" tanya Ry santai sambil melirik Jennie dari kaca spion tengah

"Jennie," lirih Jennie.

Di mana orang tuamu Nak?"

Jennie menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan orang itu. Lelaki itu menghela nafas dengan kasar. Jennie mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Dia melihat jalan raya yang panjang, yang tak pernah dia lalui sebelumnya. Dia terperangah melihat jalanan yang panjang dan hiasi dengan beberapa lampu. Dia menyandarkan kepalanya ke jendela samping mobil itu sambil menatap jalan raya hingga dirinya terlelap setelah menghadapi kejamnya dunia.

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!