NovelToon NovelToon
Miracle Of Love

Miracle Of Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:500
Nilai: 5
Nama Author: Yulynn

Cerita tentang Dewa dan Dewi Cinta yang awalnya saling mencintai. Mereka bertugas di alam manusia untuk menolong dan meringankan penduduk di bawah bukit cinta. Tetapi semuanya musna ketika Dewi Cinta jatuh cinta kepada manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulynn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2

Cuaca sangat cerah di siang hari ini. Langit berwarna biru muda, angin bertiup lembut membuat daun-daun di pohon tempat Fei Yi duduk menyulam menari-nari dengan gemulai. Suasana di padang menjadi begitu menyenangkan mendengar suara nyanyian Fei Yi yang merdu. Konon, nyanyian seorang Dewi bisa terdengar sampai berpuluh-puluh kilometer jauhnya dalam suasana hening. Tentu saja orang-orang di pasar yang hiruk pikuk tidak dapat mendengarnya. Orang tua yang berbaring sakit terhibur mendengar suara nyanyiannya, hewan-hewan di hutan berhenti sejenak, burung-burung yang sedang terbang turun dan beristirahat di pohon tempat Fei Yi duduk. Kelinci-kelinci keluar dari liangnya menghampiri dan mengendus-ngendus selendang Fei Yi. Anak-anak kelinci tanpa merasa takut meloncat ke pangkuan Fei Yi dan mengendus tangan Fei Yi yang sedang menyulam bunga Peony berwarna kuning emas.

Suara seekor kerbau yang melenguh kesakitan terdengar menghampiri di balik pohon. Kerbau yang bertubuh kekar itu tadinya sedang beristirahat di sisi padang sehabis melakukan pekerjaannya di sawah. Dia mencari rumput yang hijau dan memakannya, tanpa sadar sudah masuk ke dalam hutan dan kakinya terjepit oleh jebakan besi. Kerbau tersebut menyeret kakinya dengan susah payah mengikuti suara nyanyian Fei Yi untuk meminta pertolongan.

Fei Yi terkejut mendengar lenguhan yang menderita itu dan berbalik. Kelinci-kelinci dan burung kabur seketika.

"Yah ampun Tuan Kerbau. Kaki mu terluka parah. Kamu pasti kesakitan sekali." Fei Yi menyentuh kakinya yang berlumuran darah dan masih terjepit jebakan besi bergigi tajam. "Aku akan menolong mu."

Fei Yi membuat jebakan besi tersebut terbelah dua menggunakan sihirnya. Seketika kerbau tersebut roboh dan mengayun-ayunkan kepalanya seperti hendak berterima kasih pada Fei Yi. Fei Yi mengelus kepalanya dengan lembut, kemudian memeriksa kakinya dengan hati-hati.

"Kaki kamu patah, Tuan Kerbau. Tapi tenang saja, aku akan merawat mu, dalam beberapa hari saja kamu akan sudah bisa berlari lagi."

Fei Yi melihat ke sekeliling dan menemukan seekor kelinci jantan sedang mengintip dari liangnya.

"Ayah kelinci, maukah kamu mengambilkan sepotong ranting untukku?" Ucap Fei Yi

Ayah kelinci mengerti apa yang dikatakan Fei Yi dah menurutinya. Setelah keluar dari liangnya, Ayah kelinci berbulu abu-abu meloncat-loncat menggigit sepotong ranting kemudian memberikan kepada Fei Yi. Seekor anak kelinci mengikuti Ayahnya juga ikut-ikutan menggigit ranting yang lebih kecil dan memberikannya kepada Fei Yi.

"Terima kasih Ayah Kelinci dan kamu juga si imut." Fei Yi mengelus kepala dua kelinci tersebut yang lalu duduk diam di sisi Fei Yi melihatnya bekerja merawat Tuan Kerbau yang tampak pasrah.

Fei Yi menarik dua helai rumput dan mengubahnya menjadi dua buah kain yang lebar dan panjang. Pertama-tama, Fei Yi membersihkan kaki Tuan Kerbau dengan air yang keluar dari jari telunjuknya. Tuan Kerbau melenguh kesakitan.  Fei Yi mengelus punggungnya lembut.

"Tuan Kerbau tidurlah sebentar. Setelah bangun, kakimu tidak sakit lagi." Tuan Kerbau mulai ngantuk dan tertidur.

Fei Yi mengeluarkan botol keramik kecil berisi bubuk putih dan menuangkannya ke atas luka Tuan Kerbau, lalu menggunakan ranting untuk menyangga sisi kiri kanan kaki dan membungkusnya dengan kain lebar kemudian di ikat kuat-kuat.

"Dengan begini, selesai. Kita biarkan Tuan Kerbau tidur sebentar yah. Dia pasti kelelahan setelah berjalan jauh sambil kesakitan." Kata Fei Yi pada dua kelinci yang masih menungguinya.

Kedua kelinci itu mendadak pergi dan sembunyi di liangnya.

"Maaf, apa yang terjadi dengan kerbau saya?" Suara seorang laki-laki menghampiri dengan setengah berlari.

Fei Yi berbalik dan melihat seorang laki-laki dengan pakaian lusuh dan keringat yang membasahi keningnya.

"Ini kerbau milik kamu?" Tanya Fei Yi curiga "Bagaimana kamu bisa yakin ini adalah kerbau milik mu."

"Lihatlah tali yang melingkar di lehernya. Aku menggantung sebuah ukiran aksara Meng di sana. Itu adalah nama saya." Ucapnya yakin sambil mengelus punggung Tuan Kerbau dengan tatapan khawatir.

Ternyata yang di ucapkan laki-laki itu benar. Fei Yi menemukan sebuah ukiran yang indah di tali yang tergantung di leher Tuan Kerbau. Kemudian dia juga yakin setelah melihat raut wajah khawatir dan mata yang berkaca-kaca melihat nasib Tuan Kerbau yang tidak  bergerak.

"Tidak usah khawatir, kakinya terluka terkena jebakan besi dan kini sedang tertidur karena kelelahan. Sejam lagi dia akan bangun dan kakinya tidak akan terlalu sakit lagi."

"Maaf kelancangan saya, Nona. Dan terima kasih karena telah menolong kerbau saya. Saya pasti akan membalas budi Nona."  Ucap laki-laki tersebut sopan

"Tidak apa-apa. Saya senang membantu. Lagi pula tadi Ayah dan anak kelinci juga ikut membantu." Fei Yi mengedipkan mata pada Ayah kelinci yang masih mengintip penasaran dari liangnya. Lelaki itu juga turut melihat ke arah liang.

"Nona bisa berbicara dengan hewan?" Laki-laki itu kini takjub melihat wanita cantik di depannya. Bukan hanya cantik, tapi juga anggun, suaranya merdu, dan tercium wangi bunga yang memabukkan di tambah kemampuan berbicara dengan hewan.

"Bisa." Ngaku Fei Yi sambil tertawa.

"Luar  biasa sekali. Baru kali ini saya bertemu dengan gadis yang begitu menakjubkan. Perkenalkan, nama saya Meng Hao. Saya dari keluarga petani yang tinggal di lembah sebelah utara. Saya adalah satu-satunya anak laki-laki yang mengurus tujuh petak sawah di keluarga saya. Saya punya tiga adik perempuan yang masih kecil. Ayah dan Ibu saya juga masih sangat sehat." Lelaki yang bernama Meng Hao memperkenalkan diri dengan mantap

"Oh.. Ya.. Kamu adalah anak yang berbakti. Bisa saya lihat dari mata kamu."

"Apakah Nona juga seorang peramal?"

"Tentu bukan. Saya hanya menebaknya." Fei Yi hampir membocorkan sihirnya yang bisa melihat sifat seseorang dari matanya.

Sore hari tiba dengan cepat. Tuan kerbau sudah bangun dari tidurnya dan sedang memakan rumput yang di bawakan Menghao dari hutan, selagi Tuan Kerbau masih tidur. Luka di kakinya sudah tidak begitu menyiksa lagi walau masih pincang. Menghao senang melihat Tuan kerbau sudah bangun dan lahap memakan rumput-rumput yang di bawakannya. Fei Yi juga sedari tadi duduk di dekat Tuan Kerbau sambil menyelesaikan sulamannya di temani sekelompok anak-anak kelinci yang bermain di dekatnya.

"Sulaman Nona indah sekali. Nona sangat berbakat." Menghao tiba-tiba muncul dari belakang Fei Yi dan membuatnya tersentak

"Terima kasih pujiannya. Sapu tangan ini untuk ku hadiahkan kepada orang yang penting. Jadi sangat mengerahkan kemampuan saya untuk membuatnya." Jawab Fei Yi. Sapu tangan ini akan di berikan kepada Ratu di Kerajaan Langit sebagai hadiah ulang tahun yang akan di adakan tidak lama lagi.

"Sungguh beruntung sekali orang yang menerima sapu tangan ini. Aku menjadi rendah hati."

"Kenapa Anda menjadi rendah hati?" Tanya Fei Yi bingung

"Karena aku juga punya sesuatu untuk Nona sebagai tanda terima kasih telah menolong kerbau saya." Malu-malu Menghao menyerahkan sebuah pahatan kayu berbentuk sisir kepada Fei yi.

"Ini untuk saya?" Fei Yi tercengang. Sebelumnya belum pernah ada manusia yang memberikan hadiah untuknya.

"Semoga Nona tidak keberatan untuk menerimanya."

Fei Yi menerimanya dengan suka cita. Senang sekali rasanya. "Ini sisir yang sangat berarti buat ku."

Jika di bandingkan sisir-sisir Fei Yi yang berkilau, dilapisi emas, sisir kayu buatan Meng Hao kalah jauh. Tapi di hati Fei Yi, ini merupakan hadiah satu-satunya yang pernah di berikan manusia padanya. Dia sangat senang dan sangat menghargainya.

"Terima kasih sudah menerimanya." Ucap Meng Hao juga tidak kalah senangnya melihat ekspresi Fei Yi tulus.

Hari semakin petang, Meng Hao hendak mengantar Fei Yi pulang ke rumahnya. Tentu saja Fei Yi menolak dan berjalan memasuki hutan sampai memastikan sudah hilang dari pandangan Meng Hao lalu terbang menuju bukit.

Sepanjang jalan pulang ke rumah bersama Tuan Kerbau, Meng Hao terus menerus memikirkan Fei Yi. Kecantikan seorang Dewi memang susah di lupakan oleh manusia biasa. Meng Hao telah jatuh cinta pada Fei Yi dan dia menyadarinya. Meng Hao bahkan memikirkan untuk mencari Fei Yi dan akan menyatakan perasaan padanya.

Malam itu di bukit cinta, Lu Feng baru saja kembali minum-minum bersama Dewa Bumi di bukit yang lumayan jauh dari sana. Lu Feng mendapati Fei Yi sedang duduk termenung memandangi taman bunga crysan di pekarangan rumah. Fei Yi bahkan tidak menyadari kehadiran Lu feng yang sudah berdiri di belakangnya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan ?" Lu Feng Memeluk Fei Yi dari belakang. Sontak Fei Yi langsung kaget dan tersadar dari lamunannya.

"Kamu sudah pulang ?" Tanya Fei Yi canggung.

"Jarang-jarang kamu melamun sampai gak sadar kehadiran ku. Ada masalah di lembah?" Lu Feng menatap lekat-lekat wajah Fei Yi sambil menebak apa yang telah di alaminya hari ini.

"Tidak ada. Tidak ada kejadian spesial yang terjadi di lembah. Semua normal." Fei Yi menjawab dengan gugup.

"Jadi apa yang membuat wajah dewi cantik ku tampak berkerut?" Lu Feng menempel bibirnya ke dahi Fei Yi.

"Tidak ada." Dusta Fei Yi "Jadi apa yang kamu rapatkan dengan Dewa Bumi?" Fei Yi membalikkan topik.

"Dewa bumi meminta kita kembali ke langit beberapa hari sebelum penjamuan buah persik di laksanakan." Ucap Meng Hao.

"Kenapa begitu? Bukankah kamu masih ada tugas yang harus kamu selesaikan di lembah?" Fei Yi sedikit resah karena waktu kembali ke langit menjadi semakin dekat.

"Masalah di lembah akan aku selesaikan besok. Aku akan memastikan peternakan tidak terkena penyakit menular sebelum kita ke langit."

"Apa yang mengharuskan kita ke langit lebih cepat? tanya Fei Yi

"Dewi bintang telah mendapatkan sebuah peramalan tentang bukit dan lembah kita kepada Dewa Bumi. Dewa Bumi ingin memastikan dan mengajak kita berangkat bersama menemui Dewi Bintang tentang ramalan ini."

"Ramalam seperti apa? Apa hal yang buruk akan menimpa lembah dan bukit ini?" Fei Yi semakin gelisah.

"Entahlah. Sepertinya memang hal yang buruk akan terjadi. Bukan sekedar penyakit menular tapi tentang keseluruhan dari lembah sampai ke bukit tempat kita tinggal saat ini."

Ramalan seorang Dewi Bintang tidak pernah sekalipun meleset. Yang Fei Yi pikirkan adalah bagaimana nasib Meng Hao jika benar terjadi sesuatu pada lembah. Fei Yi bertekad, besok dia akan ke sawah tempat Meng Hao bekerja dan memperingati dia agar pergi dari lembah ini. Fei Yi belum menyadari kalau sedari tadi dia juga memikirkan Meng Hao. Sesekali Fei Yi mengeluarkan sisir kayu hasil pahatan Meng Hao sambil memikirkan wajah laki-laki itu serius saat membuat sisir ini. Memikirkan Meng Hao pasti akan kesulitan membajak sawahnya karena Tuan Kerbau saat ini tidak bisa membantunya. Fei Yi juga memikirkan apakah Meng Hao sudah makan malam bersama keluarganya ? Apa yang biasanya di makan oleh mereka ? Apakah Meng Hao tidak kecapean setelah lelah bekerja di sawah tapi harus memahat sisir kemudian membawa Tuan Kerbau pulang. Bagaimana kalau besok ternyata Meng Hao tidak bisa bekerja karena hari ini sudah kelelahan ? Fei Yi belum menyadari kalau ada percikan api asmara terhadap Meng Hao telah muncul di hatinya.

1
suhardi wu
ceritanya menarik, gaya bahasanya mudah dimengerti. mantap lah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!