Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Drama Korea di Kantor Baru
Vivian tidak tahu bagaimana caranya dia bisa sampai ke kantor pagi itu. Yang dia ingat cuma,
Senyum itu.
Senyum Zeke.
Senyum yang muncul ketika pria itu meletakkan kopi buatannya di meja. Gigi putih yang rapi. Tawa ringan saat Vivi keceplosan bakal datang lagi, padahal dia mau bilang ' Terimakasih.'
Zeke tertawa. Menggodanya singkat dengan kerlingan mata.
Vivi hampir membenamkan mukanya ke dalam cup kopi menyembunyikan pipinya yang memerah.
Dan sekarang, tiga puluh menit kemudian, dia berdiri di lobi gedung perusahaannya… dengan isi kepala masih penuh suara bariton yang mengucapkan,
“ Tentu saja cantik. Aku tunggu."
ARGHH !!
Otaknya short. Jantungnya berdetak gak karuan ngalahin waktu deadline. Kakinya berjalan otomatis, masuk lift, menekan tombol lantai lima.
Baru sadar ketika pintu lift terbuka dan dia disambut oleh karpet kantor dan tatapan penuh radar dari rekan-rekan baru divisi kreatif.
Oh, right. Kantor. Pindah divisi.
Seorang perempuan dengan ID card bertuliskan Mia, Creative Strategy menghampirinya cepat, senyumnya lebar tapi matanya seperti pemindai karakter.
“ Vivian, kan?” Sapanya.
Vivian mengangguk, mencoba profesional, walau senyum Zeke masih jadi background visual di benaknya.
“Kamu tahu nggak, kamu bakalan sering meeting langsung sama Pak Nathanael.” Kata Mia sambil memperlihatkan dreamy smile nya.
Vivi menyesap kopi nya, kopi buatan Zeke!. Lalu clueless melihat Mia. "Oh, Tentu."
Mini-Vivi kembali muncul di bahu Vivian dengan kedua tangan di pinggang, dengan sassy nya dia ngomong, " WHO? NATHANAEL WHO? KALO GAK BAGUS DARI ZEKE, NGGAK USAH DIBANDING-BANDINGIN ! "
Mia menatapnya seperti Vivi baru saja bilang dia nggak tahu siapa BTS.
“Kamu tahu siapa Pak Nathanael, kan?”
Vivi mengangguk dengan tumbler kopinya masih di bibir.
Tentu saja Vivi tahu.
Nathanael Adrian.
CEO termuda. Tampang seperti aktor drama Korea. Tinggi. Rapi. Dingin. Dominan.
Tatapan matanya tajam dan dingin tapi malah bikin cewek klepek klepek.
Konon, saat dia lewat di pantry, pegawai wanita mendadak batal makan mi instan dan malah mulai cari salad demi terlihat anggunly
Dan di lantai lima ini Nathaniel adalah pria idaman semua wanita.
Bahkan perempuan yang sudah tunangan pun sempat mempertimbangkan ulang masa depan mereka setelah melihat bos satu ini membetulkan dasi.
Tapi bagi Vivi...
Dia menoleh pelan ke Mia, lalu tersenyum manis dengan otak nge replay senyum Zeke lengkap dengan lengan berotot dan tattoo tribal yang sedikit mengintip dari balik lengan kaos hitamnya.
Dan Mini-Vivi sambil menunjuk ke arah Mia,
"ZEKE ITU TEDUH! KAYAK MATAHARI PAGI SETELAH KAMU BANGUN TIDUR !! PAHAM?!"
Mia terdiam lalu ikut tersenyum seolah tahu isi kepala Vivi padahal mereka sama sekali tidak nyambung.
Mia yang mengira senyuman Vivi adalah senyuman fans girl untuk Nathaniel padahal yang sebenarnya otak Vivi dipenuhi tubuh bak gladiatornya Zeke.
" Kita bakal jadi partner in crime yang sempurna Vivi." Ucap Mia sambil menepuk nepuk pundak Vivi dengan senyuman dreamynya.
____
Jam lima sore, kantor mulai sepi. Mia dan gengnya sibuk mendiskusikan warna blush on yang cocok untuk ngantor besok, tapi Vivi sudah menutup laptop dengan ekspresi seperti mau berangkat ke surga.
Bukan pulang.
Tapi menuju coffee shop dimana dia bertemu dengan Zeke.
Vivi berharap Zeke masih disana.
Meskipun dia masih malu dengan kejadian tadi pagi, janji tetap janji kan, meskipun Vivi gak sengaja keceplosan pas ngucapinnya.
Vivi menggantungkan tasnya di pundak dan siap untuk lari keluar kantor tetapi panggilan Mia menghentikan langkahnya.
" Buru buru banget Vi ?." Tanyanya, " Gak mau gabung kita dulu..." Sambil memperlihatkan tumpukan make up berbagai jenis dan warna.
" Emmm, gak dulu deh. Soalnya aku ada janji."
" Oh, sayang sekali. Tapi ingat ya, besok harus perlihatkan penampilan terbaikmu, soalnya pak Nathanael bakal datang ke kantor. " Ucap Mia sekali lagi memperlihatkan senyum dreamy nya, tidak hanya Mia tapi cewek cewek kantor lainnya punya senyum yang sama.
" Err... Oke. "
Mini-Vivi Berteriak sambil jongkok di pundak Vivian, "VI ! KALAU KAU BERANI PAKE LIPSTIK BARU WARNA PEACH YANG KITA BELI KEMARIN BUAT NATHANAEL ITU, AKU BOIKOT SELURUH KOSMETIKMU! "
Vivi diam-diam ngomong lewat sela gigi menjawab Mini-vivi , " Aku tahu... "
Soalnya Vivi bakal perlihatkan penampilan terbaiknya cuman buat Zeke.
Zeke dengan otot bahu seperti ukiran marmer. Tatapan kalem. Dan senyum yang… well, membuat Vivi bertanya-tanya apakah Tuhan menciptakan manusia sempurna hanya untuk menuangkan espresso.
Vivi mulai lagi dengan nge replay tubuh dan senyum sempurna Zeke.
Setelah berpamitan dengan teman teman kantornya Vivi segera lari keluar kantor, heel dari sendal silver nya mengeluarkan suara merdu setiap kali dia melangkah diatas lantai kantor dan aspal jalan.
Nafasnya tersengal namun senyum tanpa sadar terkembang diatas bibir cantiknya.
Mini-Vivi berdiri di bahu seperti kapten kapal bajak laut, "FULL SPEED AHEAD! TUJUAN OTOT DAN SENYUM MANIS! "
Vivi lari semakin cepat.
Kafe itu sudah terlihat jelas. Langkah Vivi membawanya semakin mendekat dan saat dia mendorong pintu masuknya, denting lonceng diatas pintu berdenting pelan.
Zeke baru saja keluar dari dapur, mengenakan apron hitam dan tank top. Rambutnya masih setengah basah, entah oleh keringat atau habis mandi, dan satu galon air ia angkat santai seperti membawa tas belanja.
Vivi terdiam diambang pintu mendadak lupa cara jalan.
“Hey, welcome back,” sapa Zeke. Suaranya berat, ramah, dan sangat dalam.
“H-hai…” Vivi tersenyum malu malu, lalu langsung duduk di spot kosong dekat jendela. Dia buru-buru mengambil HP, lalu pura-pura membaca artikel.
Lalu...
Klik.
Satu foto untuk koleksi pribadi.
Zeke berjalan mendekat. “Kopi biasa? Atau mau coba latte protein spesial hari ini?”
Vivi berpikir sejenak, tapi tatapannya tak teralihkan dari otot otot dada didepannya yang terbalut ketak oleh kaos sederhana warna hitam.
Vivi menelan ludah.
“Hmm… apa pun yang kamu bikin aja.”
Mini-Vivi berbisik nakal, Kamu. Aku mau nyobain kamu aja, hihi.
Vivi tiba-tiba batuk yang aslinya Keselek ludah sendiri. " Ehem! Maksudku... terserah kamu aja."
Suara tawa cempreng Mini-Vivi menjadi background kecanggungan Vivian.
Zeke tersenyum. “Tunggu sebentar ya.”
Vivi mengangguk sambil duduk dibangku kosong dekat konter mengambil HP yang Vivi buat untuk terus mengambil gambar punggung tegap dan bidang itu.
Dan mendokumentasikan Zeke yang berdiri di balik meja bar, sedang fokus menuang susu ke latte dengan lengan berototnya yang, ya ampun, Vivi gak bisa berkata kata lagi.
Mini-Vivi menarik narik rambut Vivi sambil teriak teriak, " Vi, foto lengannya sekarang, yang ada tatto nya. Foto banyak banyak kalau nggak aku yang akan lakukan! ".
Tentu saja Vivian menuruti kemauan Mini-Vivi karena yah, Mini-Vivi adalah metafora kejujuran hatinya.
Lalu Vivi mendesah sambil senyum senyum menikmati lekuk sempurna otot otot Zeke ditemani Mini-Vivi yang duduk dibahunya.
Siapa itu pak Nathanael, apa itu CEO dingin, di otak Vivi hanya ada Zeke dengan lengan kekar berotot dan bertatto itu.
_____