Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
Dion segera berlari ke arah Amara. Dion melirik ponselnya yang ada di atas meja. "apa dia melihat pesan Anya?." Dion panik dan segera menghapus pesan yang baru masuk itu.
"Amara, bangun Amara."
Dion mengambil minyak wangi dan mengoleskan nya di hidung Amara. Setelahnya ia mengambil air dan menyirami wajah Amara dengan pelan.
Tak berselang lama Amara tersadar. Dion merasa lega. Kemudian ia menaruh gelas berisi air di atas meja. Sementara tatapan Amara masih tertuju padanya.
"Kenapa bisa tak sadarkan diri begini?." tanya Dion. Amara hanya diam, bibirnya pucat dan pandangannya terlihat kosong.
" Aku kelelahan." ucap Amara singkat. Tangannya masih bergetar namun ia menyembunyikan semua itu. " Aku akan mencari tahu sendiri apa yang kamu lakukan di belakangku Dion".
" Ya sudah kalau begitu kamu harus istirahat. Masuk ke kamar ya soalnya aku mau balik ke kantor lagi. Tadi ponselnya ketinggalan." Dion tersenyum ramah ke arah Amara. " sepertinya dia tidak melihat apa apa. Syukurlah." gumam Dion dalam hati.
Amara hanya diam dan enggan menyahut. Perubahan Dion semakin terlihat. Dulu Dion begitu khawatir dengannya hingga tidak akan melakukan apapun sebelum menjaga Amara sampai ia sembuh. Tapi sekarang, pria itu tidak memeluknya sama sekali saat sadarkan diri dari pingsan, dan malah akan ke kantor lagi tanpa memperdulikan nya.
Dion bangkit dan menyentuh bahu Amara. " malam ini ada lembur, sepertinya aku tidak akan pulang. Besok pagi mau dibawakan apa?." ucap Dion. Tatapan penuh harap itu membuat hati Amara semakin tercabik. Selama ini dia akan membiarkan Dion lembur dan bahkan menyetujui untuk tidak menghubungi pria itu sesuai permintaannya. Namun sekarang ia jadi tahu apa itu lembur yang sebenarnya.
" Tidak perlu bawa apa apa." Amara berekpresi datar tanpa menoleh ke arah Dion. Hatinya terenyuh dan seakan enggan untuk menatap pria yang berstatus suaminya itu.
" Sayang, jangan marah ya. Aku akan pulang besok pagi hanya malam ini." ucap Dion sambil terus berharap akan mendapatkan ijin tanpa rengekan dari Amara. Selama ini Amara akan merengek jika tahu dirinya lembur. Jadi Dion selalu membawakan apapun yang di inginkan Amara saat pulang ke rumah, dan dengan itu Amara akan berhenti marah padanya. Tapi sekarang, Amara bahkan tidak menatap ke arahnya saat akan mengatakan lembur.
Amara bangkit dan berjalan menuju kamar. Ia tidak memperdulikan suara Dion yang terus memanggil namanya.
" Mungkin dia sangat lelah, nanti akan aku bawakan makanan enak untuk mu." ucap Dion. Ia melirik jam dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Ia segera bergegas dan meninggalkan rumah.
Sementara itu Amara sedang menatap pantulan dirinya di cermin. " Apa aku kurang cantik, apa aku kurang sempurna, atau apa dia sudah tidak mencintaiku lagi?." Amara menangis dan bahunya bergetar. Rasanya sangat sakit menyaksikan kebohongan yang dilakukan suaminya sendiri. Namun Amara tidak ingin gegabah, ia ingin membuktikannya sendiri.
Amara sadar penampilannya memang sudah tidak seperti dulu lagi. Rambutnya bahkan tidak pernah di salon dan bajunya selalu itu itu saja. Selama ini dia hanya fokus mengurus rumah dan suami hingga lupa mengurus penampilan sendiri. Amara ingin menyesuaikan kehidupan seperti rumah tangga pada umumnya. " Apa aku sudah terlalu jauh?." pikirnya dengan air mata yang terus berderai. Amara menatap ponselnya di nakas. Kemudian ia mencari kontak seseorang yang sudah beberapa tahun ini tidak ia hubungi.
" Halo...."
.
.
Dion memarkirkan mobil di parkiran perusahaan. Ia masuk ke perusahaan dengan langkah cepat, sadar akan dirinya yang sudah terlambat. Dion bergegas masuk ke ruang rekaman karena hari ini ada album baru yang akan di rekam dan segera rilis.
" Kemana aja kok lama banget?." ucap seorang wanita yang duduk di sofa dengan menyilangkan kaki. Bibir tebal dan kelopak mata penuh glitter menghiasi wajahnya. sudah bisa ditebak bahwa dia adalah seorang selebritis.
" Vanya, aku.."
" Istrimu lagi?." ucap wanita itu dengan ekspresi malas. Kemudian ia bangkit dan berjalan ke arah Dion. Kebetulan hanya mereka berdua di ruangan itu.
" Dia pingsan tak sadarkan diri, aku menunggunya siuman karena tidak ada orang lain di rumah." ucap Dion menjelaskan.
" Kamu masih mengkhawatirkan istrimu yang tidak seberapa itu?. oke Dion kali ini aku maklumi. Tapi kamu tidak lupa dengan malam ini kan?." ucap Vanya. Dia mengubah ekspresi mengintimidasinya menjadi seseorang yang manja. ia bergelayut manja di lengan Dion.
" Aku sudah katakan akan lembur." ucap Dion dengan senyuman hangat dan menggenggam tangan Vanya yang bertengger di lengannya.
" Baguslah." ucap Vanya menyunggingkan senyum bahagia. "kamu sangat tampan Dion, rasanya kalau tidak menaklukkan mu seperti ada yang kurang. Ditambah lagi dengan posisimu sekarang bisa membuat karirku semakin bersinar dan naik daun." gumam Vanya dalam hati.
" Bisa kita mulai rekamannya?." ucap Dion.
Vanya mengangguk dan masuk kedalam ruangan. Ia memasang peralatan untuk rekaman dan menginstruksikan Dion untuk memutar musik. Vanya mulai bernyanyi dengan merdu, Dion yang mendengarnya hanyut dalam kekaguman. Suara merdu Vanya membuatnya seperti ingin terbang dan tertidur di awan.
"Andai saja Amara memiliki suara semerdu ini. Aku belum pernah mendengarnya bernyanyi. Dia tidak punya bakat sama sekali untuk dibanggakan." Dion teringat pada Amara. Selama bersama, Dion tidak pernah melihat ataupun mendengar sesuatu yang membuat Amara terlihat hebat. Semuanya biasa saja, bahkan Dion ragu jika Amara pernah berkuliah. Amara sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa selain mengurus rumah dan memasak. Itu yang membuat Dion bosan.
" kamu sangat hebat baby." Dion mengecup bibir Vanya dan gadis itu tersipu malu.
" Kamu seperti belum terbiasa saja mendengar aku bernyanyi. Sudah hentikan aku jadi malu kalau di puji terus." ucap Vanya.
Dion tersenyum puas karena berhasil menggoda Vanya. Setelah rekaman selesai, mereka berdua memutuskan untuk menuju ke suatu tempat. Mereka tidak pergi bersama, melainkan menggunakan mobil yang berbeda.
Di dalam mobil, Dion melihat kotak bekal yang diberikan Amara. Dion terdiam sejenak, kemudian ia turun dari mobil dan membuang makanan yang ada di dalam kotak bekal ke tong sampah. Setelah selesai ia kembali masuk ke dalam mobil dan meletakkan kotak bekal itu kembali ke tempatnya. " Setiap hari dibuatkan makanan, seperti anak kecil saja. Aku sudah sangat bosan." ungkap Dion dengan ekpresi kesal.
Mobilnya melaju membelah jalanan, tujuannya adalah sebuah hotel di pinggir kota. Dion menggunakan map dengan alamat yang di sebut oleh Vanya.
Sementara itu, seseorang telah mengambil vidio Dion diam diam saat ia membuang isi bekal yang diberikan Amara.
Vidio itu diterima Amara saat itu juga, hatinya remuk dan hancur berkeping-keping. Bekal yang ia siapkan dengan penuh cinta di buang begitu saja ke tong sampah. Seperti cintanya yang perlahan juga mulai di buang.
Amara merasakan sesak yang tak tertahankan di dadanya, rasanya begitu menyakitkan. Ini pertama kalinya ia merasakan sakit hati setelah bersama dengan Dion cukup lama.
" Dion...."