NovelToon NovelToon
My Man

My Man

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Persahabatan / Romansa
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Karena mantan pacarnya, di mata Elizabeth semua pria itu sama saja. Bahkan setelah putus, dia tidak ingin menjalin hubungan asmara lagi. Namun, seorang pria berhasil membuatnya terpesona meski hanya satu kali bertemu.

"Aku tidak akan tertarik dengan pria tua seperti dia!"

Tapi, sepertinya dia akan menjilat ludahnya sendiri.

"Kenapa aku tidak boleh dekat-dekat dengannya? Bahkan tersenyum atau menatapnya saja tidak boleh!"

"Karena kamu adalah milik saya, Elizabeth."

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Tuk tuk

Elizabeth tersentak mendengar mejanya diketuk, dia segera menegakkan tubuhnya lalu menatap Altezza yang berdiri di hadapannya, dengan mata sayu.

"M–maaf, Pak." Eliza menunduk dalam-dalam. Ia baru saja ketiduran di meja kerja, kelopak matanya masih terasa berat. Semalam ia begadang menyiapkan dokumen untuk pertemuan penting dengan Tuan Dreos yang dijadwalkan beberapa hari lagi. Karena itu, Elizabeth memaksakan diri bekerja keras agar saat mendekati harinya, ia bisa sedikit bernapas lega tanpa dihantui tumpukan berkas yang belum rampung. Meski begitu, rasa lelah kini jelas tak bisa ia sembunyikan.

Jika Altezza sudah sampai masuk ke ruangan Elizabeth, berarti sebelumnya pria itu menelpon, tapi tidak dijawab oleh sang sekretaris.

"Cuci wajah kamu dan temani saya makan siang," ujar Altezza. Dia sama sekali tidak terlihat marah meskipun Eliza tidur saat jam kerja. Altezza juga tidak sejahat itu untuk mengomeli karyawannya.

"Baik!" Eliza segera menuju toilet yang ada di ruangannya dengan sedikit oleng karena masih mengantuk.

Altezza menatap tumpukan kertas yang berserakan di meja sekretarisnya. Pandangannya lalu jatuh pada layar laptop yang masih menyala, menampilkan berkas-berkas yang tengah dikerjakan Eliza. Ia menghela napas pelan. Setelah mengetahui betapa banyak pekerjaan yang digarap Elizabeth semalaman, Altezza memilih untuk tidak berkata apa-apa. Lagipula, bukankah itu memang tugasnya?

Suara pintu yang terbuka pelan membuatnya menoleh. Eliza masuk dengan langkah ragu, sambil mengusap wajah lelahnya dengan selembar tisu.

"Sudah segar?" tanya Altezza.

Eliza menyengir canggung. "Hehehe ... sudah, Pak."

"Ayo."

Altezza ke luar ruangan dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celananya.

Eliza tidak langsung menyusul, dia buru-buru memakai lip balm dan parfum nya agar terlihat lebih fresh. Tak lupa dia memakai sunscreen pula. Setelah selesai gadis itu buru-buru menyambar hand bag nya dan menyusul Altezza.

Dia berjalan di belakang Altezza sesekali menyapa karyawan yang berlalu lalang. Benar-benar ramah, Eliza semakin betah di sini.

"Kita akan makan siang di mana, Pak?" tanya Eliza. Dia ikut masuk ke dalam mobil yang akan dikendarai Altezza.

"Restoran."

Ah, harusnya Eliza tidak perlu bertanya lagi. Manusia seperti Altezza ini mana mau makan di warung makan atau lainnya? Dia juga tidak pernah melihat Altezza makan di kantin, se-pemilih itukah Altezza terhadap makanan?

"Pak Baskara ke mana? Bukankah Anda sering bersama beliau?" tanya Eliza penasaran.

"Sibuk."

Eliza mengangguk paham. Dia tidak bertanya lagi dan lebih memilih memandang jalanan yang cukup macet. Mereka sudah cukup lama dalam perjalanan, Eliza pikir, Altezza akan mengajaknya makan siang di restoran terdekat.

Ini adalah hari keempat setelah keluarga Pamungkas makan malam di rumah Elizabeth. Semenjak itu juga Elizabeth membawakan bekal untuk Altezza, seperti apa yang diperintahkan oleh Geisha. Awalnya, Eliza kira, bekal buatannya akan dimakan saat makan siang, ternyata tidak. Buktinya, dari kemarin Altezza selalu makan siang di luar. Eliza tidak bertanya lebih lanjut, yang penting tempat bekalnya sudah kosong, berarti Altezza memakannya, kan?

Mereka turun dari mobil bersamaan. Detik itu juga mereka menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. Altezza Pamungkas, siapa yang tidak mengenali pria tampan ini? Wajar saja kalau Altezza menjadi pusat perhatian orang lain.

"Eh!"

Akibat tidak melihat jalan, Elizabeth tersandung sesuatu, untung saja tidak sampai terjatuh karena ada yang menahan pinggangnya. Sedangkan Altezza langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Eliza dan seorang pria dengan jarak begitu dekat.

"M–maaf." Eliza meringis tak enak. "Anda tidak apa-apa?" tanyanya pada si pria.

Batara, dia mengangguk dengan senyum tipis. "Hati-hati," katanya.

"Terima kasih, Pak." Eliza menundukkan kepalanya dengan sopan.

Batara menepuk-nepuk pundak mungil Elizabeth dengan lembut. "Tidak apa-apa."

"Elizabeth?"

Itu suara Altezza. Suara yang membuat Eliza merinding meski hanya sebuah panggilan biasa.

Batara berbalik, kedua alisnya terangkat melihat Altezza yang menatap datar ke arahnya, ia sedikit terkejut.

"Oh, God. Kita bertemu lagi, kawan." Batara terkekeh kecil lalu memeluk Altezza, singkat. "Padahal rencananya setelah makan siang, aku akan ke kantor mu. Ternyata Tuhan lebih dulu mempertemukan kita di sini."

Tak perlu berpikir dua kali, Eliza yakin jika Altezza adalah teman pria yang menolongnya.

"Sudah lama sampai?" Altezza bertanya dengan datar. Tapi, tangannya menepuk punggung Batara, terlihat begitu akrab.

Batara mengangguk, namun kemudian menggeleng. "Ah, tidak. Aku sampai tadi pagi, istirahat sebentar lalu lanjut ke kantor daddy.

Batara Ranjaya adalah teman waktu kecil Altezza, hingga sekarang. Dari SD hingga SMA, mereka bersekolah di tempat yang sama. Hanya saja, saat kuliah, mereka berpisah, karena Batara memilih melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Sebenarnya mereka berdua sama-sama di luar negeri, tapi beda negara.

Dan ya, ini adalah pertemuan pertama mereka setelah lima tahun berpisah. Terakhir bertemu saat mereka menghadiri acara ulang tahun rekan bisnis mereka. Meski selalu bersama dari SD hingga SMA, umur mereka berbeda satu tahun. Karena waktu SD orang tua Batara sengaja lebih awal memasukkan anak mereka ke sekolah. Alasannya? Tentu saja karena Batara ini genius. Belum sekolah saja dia sudah pandai berhitung. Tapi, bukan berarti Altezza tidak genius, ya. Mereka sama genius nya, tapi saat itu memang kedua orang tua Batara saja yang terlalu terburu-buru.

Satu lagi, Batara memiliki perusahaan sendir di luar negeri, meski tidak sebesar milik keluarga Pamungkas. Sedangkan perusahaan milik keluarganya berada di negara ini. Perusahaan turun temurun yang sekarang dipimpin oleh daddy nya.

Elizabeth cemberut menatap punggung lebar kedua pria di depannya. Mereka pergi tanpa mengajaknya, bahkan menoleh saja tidak! Meski kesal, Eliza tetap mengikuti keduanya, tapi dengan bibir cemberut.

"Dasar laki-laki, seenaknya meninggalkan perempuan secantik diriku!" gerutunya semakin menjadi. Untung saja Batara dan Altezza tidak mendengar.

"Maaf, Anda di larang masuk, karena Tuan Altezza sudah menyewa ruangan ini."

Elizabeth terbelalak mendengar ucapan salah satu staff restoran yang berjaga di bagian ruangan VIP. Apakah dia tidak melihat jika Elizabeth datang bersama Altezza?

"Tapi, saya datang bersama Pak Altezza ...," lirih Elizabeth. Antara kesal dan terkejut.

"Benarkah? Tapi—"

"Elizabeth."

Eliza melihat Altezza yang berdiri di ambang pintu. Dia balik menatap staff di hadapannya dengan sinis.

"Kamu dengar, kan?" katanya dengan sinis. Dia pun segera berjalan menghampiri Altezza, meninggalkan staff yang terdiam kaku.

"Astaga, aku lupa kalau kamu juga datang bersama Altezza." Batara terkekeh kecil. Saking senangnya bertemu dengan sang sahabat, dia sampai lupa jika gadis itu datang bersama Altezza tadi.

"Tidak apa-apa, Pak." Elizabeth tersenyum. Matanya berbinar menatap wajah tampan Batara, padahal sebelumnya dia masih mengantuk, tapi saat melihat wajah Batara, matanya kembali segar.

"Kita belum berkenalan, kan? Aku Batara, teman lama Altezza."

Elizabeth dengan senang hati menerima uluran tangan Batara. "Saya Elizabeth."

"Nama yang cantik," tanggap Batara membuat Eliza tersenyum malu.

"Ekhem!"

Deheman keras itu membuat mereka melepaskan tautan tangan. Elizabeth tersenyum canggung pada Altezza yang menatapnya datar. Sedangkan Batara hanya terkekeh geli.

"Baiklah, baiklah. Ayo kita pesan makan siangnya. Khusus hari ini, aku yang akan mentraktir kalian," ujar Batara antusias.

Elizabeth berbinar, dia langsung memesan makanan yang dia inginkan tanpa takut uangnya habis. Manusia mana yang menolak traktiran? Tentunya bukan Elizabeth.

Melihat sekretarisnya begitu antusias, Altezza menghela nafas kasar. Matanya menatap datar Batara yang sibuk meminta pendapat pada Elizabeth.

"Aku sudah jarang memakan masakan Indonesia, apa ini enak?"

"Iya, enak. Semuanya enak, Pak."

"Benarkah? Baiklah, aku akan pesan yang ini saja."

"Yang ini juga enak, ini termasuk makanan kesukaan saya." Elizabeth menunjuk salah satu gambar makanan yang ada di buku menu.

"Oke, aku akan pesan ini juga."

Eliza mengangguk cepat. Dia senang karena Batara memesan makanan yang dia sarankan. Selesai pesanan mereka dicatat, Eliza kembali duduk tegak, dia menoleh ke arah Altezza dan terkejut ketika melihat tatapan datar sang bos, bahkan Eliza sampai tersedak ludahnya sendiri.

"Apa yang terjadi? Minumlah." Batara memberikan air putih yang memang sudah tersedia di sana. "Pelan-pelan."

Altezza tanpa sadar berdecak melihat interaksi keduanya. Mereka berdua bersikap seolah dunia milik sendiri. Padahal di sini ada dirinya yang mengawasi.

"T–Terima kasih, Pak ...."

"Jangan panggil 'Pak', panggil Batara saja supaya lebih akrab."

"EKHEM!"

"E–eh? T–tapi itu tidak sopan, Pak." Elizabeth menunduk, matanya melirik takut-takut ke arah Altezza yang terus menatapnya dengan datar.

"Tidak apa-apa—"

"Elizabeth."

"Iya?" Elizabeth menjawab dengan cepat. Dia mendongak menatap Altezza yang tadi memanggilnya.

"Coba periksa email, sepertinya Baskara sudah mengirimkan file yang saya minta," titah Altezza.

Tanpa diperintah dua kali, Elizabeth segera menuruti, dia menyalakan ponselnya untuk melihat pesan email.

"Baskara? Aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Apa kabar dia sekarang?" Batara bertanya pada Altezza.

"Tanya sendiri."

Jawaban itu membuat Batara mengatupkan bibirnya.

Bersambung...

1
yourheart
kawal sampe nikahhh🤭🤭
yourheart
luar biasa
vj'z tri
🏃🏃🏃🏃🏃🏃 kaborrrrr 🤣🤣🤣
vj'z tri
semalam aku mimpii mimpi buruk sekali ku takut berakibat buruk pula bagi nya ,kekasih ku tercinta yang kini di depan mata asekkk 💃💃💃
vj'z tri
walaupun sedikit kan judul nya tetap terpesona aku Ter pesona memandang memandang wajah mu yang ganteng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyarryy
mumpung hari senin, yuk vote dulu🥰🥰
vj'z tri
jangan menilai dari cover nya pak bos 🤭🤭🤭
vj'z tri
byar koe ndok 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gak boleh bawa contekan kah 🤗🤗🤗
vj'z tri
😅😅😅😅😅😅😅😅😅sabar sabar sabar
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 aku hadir Thor bpembukaan yang kocak
yourheart
lanjutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!