"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya jujur aja, dia nggak ada niat sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya.
Hipotermilove? Apa itu?? Temukan jawabannya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara lengkuas
Kembali hembusan nafas panjang terdengar, Tisya lapar tapi entah kenapa dia tidak berselera sama sekali untuk sekedar menyicipi makanan di depannya? Rasanya suasana seperti ini sangat membosankan!
Selama ini, hidupnya diisi dengan pekerjaan. Kerja, kerja dan kerja, setelah itu hanya berdiam diri di rumah. Begitu monoton.
Siulan dari arah samping mau tak mau membuat atensi Tisya teralihkan. Den lagi. Makin lama orang ini kayak jelangkung aja, datang tak diundang pergi tak dicari! Benar gitu nggak sih?
Mata bulat indah gadis itu mengikuti gerakan tubuh Den yang duduk seenaknya tanpa permisi di satu meja yang sama dengannya.
"Kok nggak dimakan?" Den melihat makanan Tisya masih utuh, tak tersentuh.
"Tadi nggak selera, sekarang nggak nafsu karena ada kamu." Jawab Tisya datar.
"Ya jelas nggak nafsu orang yang di depan mu cuma sepiring mi goreng pake udang dua biji, sama timun, tomat ditambah selada. Coba yang kamu lihat itu aku pas abis mandi, nggak pake apa-apa.. Nggak pake babibu, pasti langsung kamu babat di tempat!" Den bicara tanpa peduli hal itu layak atau tidak jika di dengar orang lain.
Tisya melempar sedotan ke arah Den. Lelaki itu hanya cekikikan tanpa melakukan pembalasan yang berarti.
"Mikirin apa sih, serius amat. Cepet tua nanti!" Seru Den mengikis kesunyian di antara mereka berdua.
"Emang udah tua dodol!" Sengit Tisya.
"Dih, kamu ini apa sih... Kalo sama aku bawaannya ngamuk mulu. Dikit-dikit misuh, dikit-dikit ngomel, dikit-dikit ngereog. Tak kutuk bakal cinta ampun-ampunan sama ku baru nyaho!" Den bersuara.
"Situ Mak Rabiah?"
"Bukan. Mak lampir juga bukan. Apalagi mak Erot." Den terkekeh geli.
"Mukaku mirip Malin Kundang?" Tanya Tisya lagi.
"Nggak tau nggak pernah kenal yang namanya si Malin Malin itu. Kenapa emangnya?" Den mengerutkan keningnya. Bertaut lah sudah kedua alis hitam, tebal tapi tidak berkilau milik Den.
"Nggak usah sok-sokan ngutuk orang. Nggak mempan!" Jawab Tisya tanpa melihat ke arah Den. Dia grogi sebenarnya di tatap lelaki sedalam itu.
Mungkin akan lebih baik jika Den menghabiskan makanan di depannya terlebih dahulu. Alasan yang pertama karena dia emang kelaparan, yang kedua karena jam makan siang makin menipis. Dia nggak mau kembali ke ruang kerjanya dengan perut masih keroncongan, dangdutan, atau lebih parahnya lagi.. Para cacing di sana ngadain dugem saking frustasinya mereka sebab asupan nutrisi nggak tercukupi dengan baik!
"Makan itu pelan-pelan. Keselek baru tau rasa!" Perhatian berselimut omelan dari Bu Tis untuk mas Den.
"Bahingan!!!"
Mulut Den masih mengunyah namun sesaat kemudian dia lepehin apa yang tadi dia kunyah. Jelas banget di telinga Tisya kalo lelaki itu mengumpat. Ya, Tisya dengar!
"Kamu maki aku??" Tisya menaikkan intonasi suaranya.
"Eh, bukan!" Den tergugup.
"Tadi kamu bilang 'bajingan' kan?! Sialan kamu, nggak ada orang yang berani maki-maki aku kayak kamu tadi!" Kembali Tisya pake urat ngomongnya.
"Astaghfirullah hal adzim.. Aku nggak maki kamu Ra.. Serius..!" Suara Den melemah. Dia minum dulu. Biar plong.
Bisa-bisanya lagi situasi kayak gitu masih nyempetin diri buat minum. Emang lelaki satu ini minta ditabokin bibirnya nyampe jontor sih. Ada nyebelin nyebelin nya!
Tisya tak ingin mendengar penjelasan Den. Tanpa menyentuh makanan yang dia pesan, wanita itu berangsur pergi meninggalkan meja makannya. Bye mi goreng, sayounara timun dan tomat, selamat tinggal wahai selada, annyeong gaseyo dua udang yang terabaikan...
Den tentu nggak akan membiarkan si judes itu pergi gitu aja. Dia menarik tangan Tisya agar tetap bertahan di sana.
"Tadi aku kaget waktu makan.. Refleks ngomong kayak gitu. Aku kira yang aku masukin mulut itu daging lho.. Sumpah! Udah gede, berbumbu pekat pula, ya langsung aja aku makan. Pas tak kunyah taunya itu lengkuas! Makanya aku bilang 'bajingan'. Serius itu terucap gitu aja, tanpa aku sengaja dan demi apapun.. Aku nggak maki kamu. Kalau nggak percaya, liat aja sendiri."
Den mengambil piring yang jadi saksi kunci di sini. Dan ya, sepertinya Den emang korban dari para koki yang nyeleneh naruh lengkuas segede ukuran daging tersebut. Udah ketar-ketir aja Den, tapi sejurus kemudian Tisya malah tertawa. Iya, wanita itu tertawa lepas karena menyaksikan penderitaan Den di depan mata.
"Kamu makan nggak dilihatin dulu ya, yang mau masuk mulutmu itu apa? Misal aku iseng taruh racun ke makanan mu, apa kamu juga bakal lahap makannya?" Masih dengan sisa-sisa tawanya dia berbicara.
"Ya jangan masukin racun juga kali Ra, kamu mau bunuh calon laki mu sendiri? Dunia akhirat kamu bakal nyesel kalo aku mati duluan sebelum nikahin kamu." Tegas Den tanpa malu.
"Nggak ada hubungannya! Sana komplain ke waiter, minta ganti ulang pesanan makanan mu. Masih laper kan?" Tisya sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Nggak ah. Bisa bikin kamu ketawa kayak tadi aja udah suatu kejadian yang langka banget, kayaknya aku malah kudu berterimakasih sama siapapun yang naruh lengkuas di piring ku.. Rela deh ngemil lengkuas satu karung asal bisa bikin kamu happy terus." Canda Den membuat Tisya memutar bola matanya malas.
"Yakin mau ngemil lengkuas sekarung?? Aku pesenin nih ya?" Tantang Tisya.
"Aiiish kamu ini.. Itu bersyanda sayang.. Bersyandaaaa.. Bisa dombleh mulutku digiles lengkuas sekarung!"
Nyatanya, acara makan siang bersama tadi memang gagal total gara-gara sebongkah lengkuas yang udah di cap Den sebagai perusak suasana. Tapi bagi Tisya, kebersamaan singkat tadi mampu membuat hatinya menghangat. Ya sepertinya Den memang harus berterimakasih pada si lengkuas nanti.
Tidak terasa sore pun tiba, Den dengan langkah tegapnya lebih dulu menuju parkiran. Dia masih mengendarai si FU yang katanya kesayangan sejuta betina di endonesa.
"Ngapain pakai helm nggak naik motor?" Seruan Tisya mengagetkannya.
Iya, Den emang duduk di tangga dekat parkiran. Pakai helm. Lengkap dengan jaketnya, tapi motornya berada jauh dari jangkauan pemuda itu.
"Eh, itu tadi panas. Jadi aku pakai aja." Den membuka helm full face NHK Rx9 yang menurutnya membuat kegantengannya bertambah ke tingkat paling maksimal.
Wuuush.. Angin bertiup. Menerbangkan rambut Tisya, ke arah Den. Menyapu wajah lelaki itu dengan harum rambutnya, ah.. Udah kek slow motion adegan di pilem-pilem India ini mah!
"Sorry." Ucap Tisya mengikat rambutnya dengan tangan. Berniat menyepol rambutnya dengan ikat rambut di tangannya.
Den mendekat, dia mengambil ikat rambut dari tangan Tisya dengan mudah. Tisya diam saja saat Den memutar tubuhnya menghadap ke depan, membelakanginya. Dan dengan telaten lelaki itu berhasil mengikat rambut Tisya, meski terlihat berantakan tapi Tisya cukup melting diperlakukan seperti itu oleh lawan jenis.
"Hati-hati pulangnya.. Aku nunggu kamu tadi, bukan untuk pulang bareng. Tapi untuk liat kamu sebelum kita berpisah dan baru ketemu besok pagi, aku takut hatiku nggak kuat nahan rindu selama itu tanpa liat kamu."
Blush. Seperti ada sekelompok kupu-kupu berterbangan di atas kepala Tisya, rasanya dia ingin bilang kalo Den lebay, alay, atau lay lay yang lain.. Tapi dia hanya diam tanpa kata.
Ya salam Bu Tis.. Udahan napa jaimnya! Nanti kalo pejantan mu nyerah ngejar kamu, baru klagepan sendiri..!
kadang diem aja pasti salah sih depan emak emak yang lagi kesel apalagi ini bumil pasti mood nya naik turun,
iku ngunu hp an mumpung nunut wifi 😂