NovelToon NovelToon
ACADEMY ANIMERS I : The Silence After The Pen Drops

ACADEMY ANIMERS I : The Silence After The Pen Drops

Status: tamat
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Isekai / Persahabatan / Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Tamat
Popularitas:35
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Semesta Animers yang damai, dikelola oleh lima kerajaan berdaulat yang dipimpin oleh sahabat karib, kini terancam oleh serangkaian insiden sepele di perbatasan yang memicu krisis sosial. Para pemimpin harus bertemu dalam pertemuan puncak penuh ketegangan untuk menyelesaikan konflik politik dan membuktikan apakah ikatan persahabatan mereka masih cukup kuat untuk menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prologue

Semesta Animers adalah sebuah permadani luas yang ditenun dari benang-benang loyalitas dan semangat juang yang tak pernah padam. Di jantungnya, lima negara berdaulat berdiri tegak, masing-masing memancarkan keunikan budaya dan kekuatan militer yang tak tertandingi. Selama berabad-abad, kekuatan-kekuatan ini bisa saja saling bertabrakan, mengubah Animers menjadi medan perang abadi. Namun, sejarah memilih jalur yang berbeda.

Fondasi kedamaian di Animers tidak dibangun di atas perjanjian yang dingin atau pakta pertahanan yang kaku, melainkan pada sesuatu yang jauh lebih hangat dan tak terduga: persahabatan.

Lima negara ini dipimpin oleh lima sosok yang luar biasa, yang, terlepas dari mahkota dan tahta mereka, berbagi ikatan yang terbentuk sejak masa muda. Mereka adalah para Raja dan Ratu yang tumbuh besar dengan saling mengagumi kekuatan dan memaklumi kelemahan masing-masing. Pertemuan mereka tidak didominasi oleh perdebatan sengit tentang pajak atau teritori, melainkan dihiasi tawa renyah, pertukaran hadiah yang tulus, dan kesepakatan-kesepakatan yang dimeteraikan bukan dengan tinta, melainkan dengan janji yang diucapkan di bawah langit yang sama.

Persahabatan unik para pemimpin ini menjadi pilar terkuat yang menopang tatanan sosial Semesta Animers. Kedamaian telah menjadi kebiasaan; keseimbangan adalah napas yang dihirup oleh setiap warganya. Generasi muda tumbuh tanpa mengetahui kengerian perang, hanya diselimuti kisah-kisah legendaris tentang aliansi yang heroik.

Namun, kedamaian adalah makhluk yang rapuh.

Seperti retakan kecil yang tak terhindarkan pada patung yang paling kokoh, sebuah insiden sepele mulai mengikis fondasi tersebut. Sebuah perselisihan di perbatasan yang seharusnya bisa diselesaikan oleh penjaga rendahan, tiba-tiba memicu reaksi berantai. Kata-kata diucapkan dengan tergesa-gesa, kesalahpahaman tumbuh subur, dan, yang paling berbahaya, kepercayaan lama mulai dipertanyakan. Masalah yang bermula dari tumpahan cangkir kopi telah berubah menjadi badai pasir yang mengancam untuk menelan seluruh panorama.

Para pemimpin kini mendapati diri mereka berada di ujung jurang, didorong oleh para penasihat yang bersemangat dan rakyat yang mulai cemas. Krisis ini bukan hanya ujian bagi stabilitas politik mereka, tetapi yang lebih pahit lagi, ini adalah ujian bagi ikatan persahabatan yang telah mereka janjikan untuk dijaga.

Untuk mencegah malapetaka meluas, sebuah pertemuan puncak harus digelar. Mereka tidak lagi datang sebagai sahabat, tetapi sebagai kepala negara yang tegang, di mana setiap kalimat yang diucapkan dapat memicu konflik atau, sebaliknya, menyalakan kembali bara persahabatan yang mungkin satu-satunya harapan untuk menyelamatkan Semesta Animers.

Di singgasana tinggi yang terbuat dari kristal bintang yang dingin, empat Dewa dan Dewi itu berkumpul. Di hadapan mereka, sebuah pusaran cahaya memantulkan panorama Semesta Animers.

Lizani (Dewi Kegelapan), matanya yang gelap berkilauan, menyeringai:

"Akan aku pastikan ini menyenangkan. Mereka bahkan tidak tahu siapa yang menarik tali di bawah sana."

Alcatrion (Dewa Kekuatan) tertawa, suaranya menggelegar lembut. Ia menyentuh permukaan pusaran cahaya itu, membuat ombak ketegangan muncul di perbatasan dunia fana.

"Mereka terlalu sibuk dengan urusan tahta dan ego. Tontonan persahabatan yang hancur selalu menjadi yang terbaik, bukan?"

Phreyna (Dewi Kehidupan) memejamkan mata sejenak, wajahnya menunjukkan sedikit kepedihan.

"Ingat Alcatrion, kita hanya mengamati. Jika terlalu banyak Kekuatan Dewa yang tercurah, keseimbangan akan hancur dan kita semua akan terlibat."

Soyeon (Dewi Kematian), yang berdiri di sudut paling gelap, berbicara tanpa menoleh. Suaranya datar seperti batu nisan.

"Serahkan semuanya kepada dia. Dia adalah katalis yang sempurna. Kematian selalu dimulai dari kehidupan yang paling sepele."

Alcatrion menyeringai ke arah pusaran itu, di mana terlihat seorang prajurit perbatasan muda.

"Tentu saja. Kita hanya perlu melihat bagaimana Lima Pilar Persahabatan mereka runtuh karena satu pion kecil."

Lizani maju, meletakkan tangan di bahu Soyeon, dan berbisik dengan nada gembira:

"Kita hanya perlu menyimak saja. Dan ketika kekacauan mencapai puncaknya, barulah kita berikan sentuhan kegelapan terakhir."

Phreyna menghela napas, cahaya kehidupan di tangannya meredup. Ia tahu permainan ini telah dimulai, dan yang bisa ia lakukan hanyalah menyaksikan.

"Semoga kalian tidak merusak mainan ini terlalu cepat."

Keheningan sejenak menyelimuti aula kristal setelah Lizani selesai berbisik. Keempatnya menatap pusaran cahaya yang memperlihatkan Semesta Animers, namun kini, ada bayangan yang lebih besar membayangi permainan mereka.

Phreyna (Dewi Kehidupan) membuka matanya. Ekspresinya kini bukan lagi sedih, melainkan serius dan penuh kewaspadaan. Ia menoleh, memastikan kata-katanya didengar jelas oleh yang lain.

"Berhati-hatilah dengan kata-katamu, Lizani. Dan kau, Alcatrion, kendalikan semangatmu."

Alcatrion (Dewa Kekuatan) menaikkan alisnya, sedikit kesal karena diinterupsi.

"Mengapa begitu kaku, Phreyna? Kau tahu aturan mainnya."

Phreyna menggeleng tegas.

"Aku tahu, tapi jangan sampai kita ketahuan terlalu dalam. Ingat Bahamut, sang Pencipta dan Pengawas Multidimensi. Dia mengamati. Kekuasaan-Nya bukan hanya menciptakan, tetapi juga menghapus Semesta secara harfiah jika dianggap gagal total."

Soyeon (Dewi Kematian) akhirnya berbalik, tatapannya yang tajam menusuk.

"Dia hanya mengintervensi pada momen-momen kritis. Saat Semesta berada di ambang kehancuran yang tak terpulihkan. Kita harus memastikan kita hanya mencapai ambang batas kekacauan, bukan ambang batas kematian kosmik."

Lizani (Dewi Kegelapan) mencibir, namun ada nada hati-hati dalam suaranya.

"Benar. Kita bermain di bawah pengawasan Omnipresent dan Omnipotent-Nya. Jika kita menarik terlalu banyak benang takdir, Dia bisa turun tangan. Dan kita tidak ingin Dia sampai harus mengatur ulang peran kita atau bahkan—" Lizani terdiam, kalimatnya menggantung, menyiratkan penghapusan total.

Alcatrion menyentuh dadanya, menenangkan detak kekuatan Dewa yang bersemangat. Ia menarik napas dalam.

"Aku mengerti. Kita hanya akan memastikan Katalisator kita bergerak sesuai rencana, memecah persahabatan itu. Kita tidak akan memanipulasi hukum alam atau genetika mereka, hanya emosi dan ego. Selama kita hanya 'mendorong' dan tidak 'menghancurkan', Bahamut akan tetap menyimak dari singgasana-Nya."

Phreyna mengangguk perlahan.

"Bagus. Fokus, kita hanya perlu menyimak saja. Biarkan ketakutan dan ambisi fana mereka yang melakukan sisanya."

Dengan janji kehati-hatian itu, keempat dewa kembali memfokuskan pandangan mereka ke Semesta Animers, di mana benih-benih konflik telah mulai berakar, jauh dari mata Sang Pencipta. Permainan telah dimulai.

.

.

.

.

.

Lizani (Dewi Kegelapan) menyeringai lebar, menyalurkan energi gelap yang membuat kristal-kristal di singgasana berderik halus. Ekspresinya menunjukkan bahwa ketakutan terhadap Bahamut sudah selesai dan sekarang saatnya beraksi.

"Baiklah, cukup dengan aturan dan pengawasan. Aku sudah memegang batasannya," katanya, menunjuk ke pusaran cahaya Semesta Animers dengan ujung jari yang diselubungi bayangan. "Jika kita hanya bisa 'mendorong' dan tidak 'menghancurkan', aku akan memastikan dorongan itu tepat sasaran dan memberikan hasil yang menyenangkan."

Alcatrion (Dewa Kekuatan) tersenyum lebar, kegembiraan kembali terpancar di matanya.

"Maksudmu..."

Lizani mengangguk mantap.

"Aku akan turun tangan. Sedikit sentuhan Kegelapan pada hati yang paling rentan terhadap hasutan. Aku akan menyamar sebagai bisikan ambisi, ilusi pengkhianatan, dan benih ketidakpercayaan di pikiran mereka."

Alcatrion menyentuh permukaan pusaran cahaya itu sekali lagi, seolah memberi restu.

"Ambil alih panggungnya, Lizani! Tunjukkan pada mereka betapa rapuhnya loyalitas yang dibangun di atas ego. Gunakan ilusi untuk merobek pertemanan itu!"

Soyeon (Dewi Kematian) mengamati Lizani, memancarkan persetujuan yang dingin.

"Pilihan yang efisien. Kegelapanmu adalah jalan tercepat menuju kehancuran batin. Semakin cepat mereka hancur, semakin cepat mereka mendekati siklus takdir yang baru."

Phreyna (Dewi Kehidupan) adalah yang terakhir menyetujui, dan nadanya tetap hati-hati.

"Aku setuju. Tetapi, ingatlah janjimu. Lakukan hanya dengan ilusi dan bisikan. Jangan tinggalkan jejak Kekuatan Dewa yang nyata di dunia fana. Aku tidak ingin Bahamut melihat tanda tanganmu yang ceroboh di sana."

Lizani menertawakan kekhawatiran Phreyna, suaranya seperti beludru yang menyeramkan.

"Tentu saja. Aku akan menjadi bayangan tanpa nama. Sekarang, izinkan aku untuk bermain-main."

Dengan izin dari para Dewa dan Dewi, aura hitam pekat menyelimuti Lizani, yang kemudian merosot seperti kabut gelap ke dalam pusaran cahaya, menuju Semesta Animers, menuju panggung yang sudah disiapkan untuknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!