Lin Yi Yue hanya punya satu keinginan, terbang bebas. Dia tidak ingin lagi terikat atau pun terkurung dalam sangkar lagi.
Bertemu Bai Ruyi membuat perasaannya campur aduk, harusnya ada rasa benci tapi mengapa juga ada harapan. Pria itu memberikannya janji yang indah, berkata akan mengubah sangkar menjadi rumahnya dan akan menemaninya terbang kemana pun.
Lin Yi Yue menginginkannya, tapi apakah itu mungkin? Beban yang dia tanggung sangat besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velika Sastra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENYERGAPAN
Di tengah malam ini, angin berdesir pelan, hewan-hewan meringkuk dalam lelap.
Di salah satu pegunungan tinggi yang senantiasa ditutupi oleh kabut tebal, awan hitam menutupi cahaya bulan, malam itu terasa lebih gelap dari malam-malam sebelumnya.
Di tengah puncak gunung sekelompok orang bertopeng mengelilingi satu-satunya wanita disana.
''Sekelompok pria merundung satu wanita, apa kalian tidak malu.''
''Omong kosong, kami bekerja sama dan lihat kondisimu sekarang, bukankah kau terluka parah.''
''Oh jadi kau mengakuinya.''
''Mengakui apa?''
''Mengakui bahwa kau seorang diri tidak bisa mengalahkan ku, jadi kau membawa serta semua saudaramu, sungguh lemah.''
''Kau!!''
''Berhenti bicara dengannya, mulutnya berbisa.''
''Hei... Pria bertopeng bagaimana kau bisa mengatakan itu, memangnya aku ini ular?''
''Zhu Ying sebaiknya kau menyerah saja.''
''Ck sudah ku bilang, hingga menjadi mayat pun aku tidak akan menyerah.''
''Kau sudah terluka parah, sebaiknya menyerah dan serahkan pusaka Bai Yue.''
''Pfffh... Kalian datang mengeroyok ternyata demi benda ini,'' Zhu Ying mengeluarkan pelat Bai Yue.
''Kalau begitu ambil lah,'' Zhu Ying melemparkan pelat emas itu ke atas.
Semua mata memandang pelat itu dengan tajam dan penuh keserakahan. Salah satu pria bertopeng terbang, mengulurkan tangannya, hanya beberapa detik memegang pelat itu tangannya dipotong oleh temannya sendiri.
Kemana pun pelat itu jatuh, yang lain akan saling membunuh untuk mendapatkan pelat itu.
Sementara Zhu Ying berdiri di samping dengan senyum menyeringai. Tangannya bergerak membentuk jimat di tanah.
''Hahaha aku mendapatkannya, ini milikku!''
Pria yang tadinya berdebat bersorak.
Zhu Ying menghela nafas, tangannya terulur. Dengan cepat pelat itu sudah berpindah tangan.
''Zhu Ying kau!!''
''Aku, aku apa?'' Zhu Ying menyimpan kembali pelat itu''
''Aku hanya bilang kalian bisa mengambilnya, Tapi Aku tidak pernah bilang bahwa akau akan merebutnya kembali.''
''Sial kau menipu kami semua!''
''Hahh, akhirnya kau sadar juga, tapi sudah terlambat.''
''Eh kenapa kalian marah? Bukankah harusnya aku yang marah. Kalian sekelompok pria mengeroyok aku wanita lemah. Bahkan melakukan penyergapan disaat aku sedang makan dan bersantai. Aku sangat marah tahu.''
''Berhenti bicara!'' salah satu berteriak.
Zhu Ying menyipitkan matanya, tangannya terulur membuat pria itu terlempar dan memuntahkan seteguk darah.
''Beraninya kau memerintah ku.''
''Jika kalian sangat ingin mati kejar aku.''
Tangan Zhu Ying bergerak mengaktifkan jimat yang ia gambar.
''Teleportasi aktif.''
Cahaya terang membubung ke langit, dalam sekejap Zhu Ying menghilang dari sana.
''Sial dia melarikan diri!''
''Cepat cari di sekitar bukit, dia terluka tidak akan pergi terlalu jauh.''
''Kita harus membunuhnya malam ini atau Ketua tidak akan melepaskan kita semua.''
Semua pria bertopeng itu terbang menuruni bukit. Mencari-cari tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi dalam jarak sepuluh li.
Di sebelah barat bukit, Zhu Ying muncul dari udara. Tangannya mencengkram dadanya, Zhu Ying batuk mengeluarkan seteguk darah.
''Sebenarnya siapa mereka.''
Zhu Ying melangkah tertatih, bersandar di balik pohon.
''Siapa pun mereka akan ku balas setelah kembali,'' Zhu Ying mulai mengatur nafasnya.
Mata Zhu Ying terangkat, memperlihatkan bola matanya yang semerah api. Kedua tangannya dengan cepat membentuk segel.
Energi hitam, kabut hitam berkumpul menjadi satu titik di depannya. Kabut hitam itu kemudian membentuk sesosok pria bertudung.
Zhu Ying melemparkan setetes darahnya ke kening pria itu. Seketika pria yang tadinya diam tidak bergerak berlutut di hadapan nya.
''Ratu.''
''Aku akan memulihkan jiwaku, jaga tubuhku dengan baik. Panggil Zhao Hua kembali.''
''Baik Ratu.''
''Sekarang bersembunyi lah dulu...''
Pria itu berubah menjadi kabut hitam dan menghilang di balik bayang.
''... Ada orang yang mengantarkan nyawa nya kemari.''
Zhu Ying berdiri dengan perlahan, dengan lambaian tangan Zhu Ying membersihkan tempat yang ia duduki. Zhu Ying lalu menggigit jarinya membuat segel dengan darahnya.
''Uhuk... Sekarang tinggal menyiapkan alat kematian mereka...''
Zhu Ying melemparkan puluhan hingga ratusan jimat Dengan tingkat yang berbeda ke sekeliling. Zhu Ying kembali duduk dengan posisi lotus di atas segel darah yang ia buat.
''Jendral, ada pergerakan di sebelah barat.''
''Suruh yang lain ke sebelah barat, hari ini kita harus mendapatkan kepala Zhu Ying dan mempersembahkan nya pada ketu.''
''Persembahan kepala Zhu Ying pada Ketua.''
''Persembahkan kepala Zhu Ying pada Ketua.''
Sorakan menggema, satusan hingga ribuan dari mereka bergegas menuju arah barat.
''Hati-hati Zhu Ying mungkin telah memasang jebakan.''
''Baik!''
Kelopak mata Zhu Ying terangkat begitu merasakan keberadaan mereka, kedua jarinya terangkat mengaktifkan jimat.
Percikan ada dengan cepat membunuh puluhan orang. Tampa jeritan sedikit pun puluhan orang itu menjadi debu yang lenyap dengan lambaian angin.
''Apa kalian tidak lelah mengejar kemari,'' Zhu Ying memperlihatkan keberadaan nya.
''Sebelum kami membunuh dan mengambil kepalamu, kami akan tetap mengejar hingga ke ujung dunia.''
''Kata-kata yang begitu arogan, bahkan kalian tidak punya kemampuan untuk membunuhku.''
Zhu Ying dengan cepat melemparkan ratusan jimat, mengelilingi mereka. Jimat itu mengeluarkan api dan menyerang mereka.
Kemudian tangan Zhu Ying bergerak mengaktifkan segel darah.
''Sial hentikan Zhu Ying!''
Segel darah memancarkan cahaya yang menyilaukan.
''Mati lah kalian,'' detik terakhir Zhu Ying mengaktifkan semua jimat yang ia lemparkan.
''Pria bayangan bawa kembali tubuhku.''
Saat cahaya memudar tubuh Zhu Ying diam tidak bergerak, jiwa dan raganya mulai memisah. Jiwa Zhu Ying melayang, menatap kobaran api dengan senyum menyeringai.
''Perangkap jiwa aktifkan!''
Jendral pria bertopeng keluar dari kobaran api, tangannya mengangkat botol porselen. Botol porselen itu mulai menarik jiwa Zhu Ying.
''Perangkap jiwa? Sepertinya kalian sangat ingin aku mati!''
Jiwa Zhu Ying memancarkan cahaya terang. Kobaran api keluar dari jiwanya menyerang Jendral bertopeng itu. Botol porselen itu jatuh tidak lagi menarik jiwa Zhu Ying.
Mengambil kesempatan jiwa Zhu Ying dengan cepat melesat pergi.
''Zhu Ying kemana kau!'' sang Jendral bangun dengan marah.
Jendral itu berbalik ingin mengambil tubuh Zhu Ying. Namun tubuhnya telah lenyap, sejak Jendral memusatkan perhatiannya pada jiwa Zhu Ying, pria bayangan dengan cepat membawa tubuh Zhu Ying pergi.
''Menggunakan api dengan jiwa, jika aku tidak menemukan tubuh sementara. Aku akan benar-benar mati.''
Jiwa Zhu Ying berkedip-kedip bagai lampu yang akan segera padam. Jiwa nya terus melayang.
''Desa? Masih ada harapan.''
Jiwa Zhu Ying memasuki desa, rumah-rumah gelap, para penduduk desa telah tidur dengan lelap. Jiwa Zhu Ying memasuki salah satu rumah.
Pada pandangan pertama seorang gadis tidur dengan tangan menggenggam erat dadanya. Ruangan itu penuh dengan aroma ramuan, ada semangkok obat yang sudah dingin dan belum tersentuh.
Jiwa Zhu Ying melayang mendekat.
''Dia cukup cantik, baru mati dua jam yang lalu. Lahir dengan kondisi jantung yang lemah. Eh apakah masih belum ada yang menyadari kematiannya.''
Jiwa Zhu Ying berputar-putar di atas tubuhnya.
''Nona aku pinjam tubuhmu sebentar.''
Jiwa Zhu Ying mulai memasuki tubuh gadis itu. Cahaya menyilaukan menyinari ruangan itu, hanya dalam sekejap lalu menghilang.