"Teganya kau membunuh keluargaku mas, salah apa keluargaku sama kamu mas," tangis ibu pun pecah.
keluarga yang hangat harus hancur di tangan keluarga itu sendiri, hubungan yang terjalin dengan baik harus hancur karena iri hati seorang saudara kepada adiknya sendiri.
"Santetmu akan kembali padamu,"
"Karma akan menghampirimu,"
"Tidak habis pikir kamu bisa membuh keluargaku dengan ilmu hitammu itu,"
"Kau akan mati di tanganku durjana,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon janda#hot, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Om Burhan kenapa berada di gerbang sekolahku?" tanya Intan heran melihat saudara dari mamanya itu berada di depan sekolahnya.
"ahh mungkin om Burhan lagi ada keperluan di sekolahku," ucap Intan dalam hatinya.
Intan pun berjalan menuju gerbang hendak menunggu angkot untuk pulang.
"Selamat siang om," sapa Intan kepada omnya.
"Siang juga Intan," jawab om Burhan sambil tersenyum.
"Kok tumben om berada di depan sekolah ku, apa om ada keperluan di sekolahku?" tanya Intan.
"Oh tidak Intan om kebetulan lewat saja dan kebetulan melihatmu dari kejauhan jadi om putuskan untuk berhenti agar kamu bisa pulang bersama dengan om, hitung-hitung kamu bisa menghemat uang angkot mu," jawab om Burhan sambil tersenyum.
"Tumben om melewati jalur sekolahku? Kan tidak biasanya om melewati jalur ini untuk menjual dagangan om?" tanya Intan heran menatap wajah omnya.
"Iya itu anu em om ada keperluan disekitar sini, jadi om melewati jalur ini," ucap om Burhan sambil menggaruk kepalanya yang ku tebak tidak gatal tapi sengaja dibuat gatal.
Intan pun semakin bingung dan heran dengan tingkah om nya yang tidak seperti biasanya. Intan masih bertanya tanya dalam hati nya dan sedikit curiga dengan om nya ini.
"Hmm aku mencium sesuatu yang mencurigakan, mungkinkah om Burhan sedang bermain api di belakang bibi ku," monolog Intan dalam hatinya.
Semua tebakan mulai muncul dalam pikirannya namun iya tidak berani mengungkapkan langsung kepada om Burhan, iya takut om nya akan tersinggung.
"Hei Intan, kok malah ngelamun sih awas nanti kesambet loh siang-siang gini juga banyak setannya. Jadi kamu mau pulang bareng om atau nggak nih, kalau nggak mau biar om jalan aja?" tanya om Burhan.
Intan pun tersentak dari lamunannya.
"Ehh mau lah om nebeng yah, gratiskan om," jawab Intan sambil cengengesan salah tingkah.
"Ya udah ayo naik, sudah makin siang ini emangnya kamu nggak kepanasan," ucap om Burhan.
"Iya om," jawab Intan sambil berjalan mendekati motor omnya dan menaikinya.
"Pegangan yang erat Intan awas nanti kalau kamu jatuh kan bisa bahaya, nanti om juga yang akan di salahkan oleh ayah dan ibumu," ucap om Burhan.
Intan pun hanya menganggukkan kepalanya dan menuruti perintah dari omnya itu.
Om Burhan pun menyalakan mesin motornya dan melaju menuju rumah.
Sepanjang perjalanan pun tidak ada percakapan antara Intan dan om nya itu. Intan pun tidak mengajak om nya untuk berbicara karena ia takut akan mengganggu konsentrasi om nya.
Setelah setengah jam perjalanan gerbang menuju desa pun terlihat. Yah sebuah tugu yang bertuliskan "SELAMAT DATANG DI DESA LODO IRENG," yang artinya desa hitam atau desa yang gelap. Karena desa ini di kelilingi hutang yang sangat rimbun serta pepohonan tua yang menjulang tinggi.
Desa Lodo Ireng merupakan desa yang diapit oleh dua bukit dan hutan yang sangat lebat. Hutan tersebut merupakan salah satu sumber mata pencarian warga baik mencari kayu untuk di jual atau pun berburu hewan liar.
Namun tidak semua wilayah hutan bisa di masukin sesuka hati. Bagian terdalam hutan lindung terdapat tempat yang bernama wongge Ireng, di tempat tersebut di tumbuhi pohon rimbun dan semak belukar yang sangat tebal namun di tengah hutan tersebut terdapat dataran tanah yang luas namun tidak di tumbuhi oleh pepohonan mau pun semak belukar seperti lainnya. Masyarakat percaya kalau tempat tersebut merupakan tempat terkutuk yang harus di jauhi. Di ujung tanah tersebut terdapat sebuah batu yang ukurannya sangat besar dan berwarna hitam pekat, di bawah batu tersebut terdapat beberapa alat dan bahan pemuja, masyarakat percaya tempat tersebut di jadikan tempat pesugihan bagi mereka yang ingin mempunyai ilmu hitam mau pun menginginkan kekayaan.
Setelah melewati tugu selamat datang, intan tampak gelisah ia tampak melihat sesuatu yang sedang duduk diatas tugu tersebut. Intan mengucek matanya beberapa kali guna memastikan apa yang dilihatnya, mungkin kah ia salah lihat siapa yang berani duduk di atas ujung tugu yang begitu tinggi ataukah itu setan yang duduk disana. Tapi mana mungkin setan bergentayangan di siang bolong begini, intan berpikir keras namun ia cepat-cepat menepis nya, mungkin karena terlalu lapar ia sampai melihat hal-hal yang aneh.
Sampailah mereka di depan rumah Intan, iya pun turun dan mengucapakan terimakasih untuk tumpangan yang di berikan oleh adik dari ibunya itu.
"Terimakasih om sudah memperbolehkan Intan untuk menumpang," ucap Intan.
"Ah kamu ini Intan kaya sama siapa aja, santai aja," ucap om Burhan.
"Eh Intan udah pulang kamu nak, sama siapa kamu?" tanya bu Wati yang muncul dari dalam rumah.
"Selamat siang Bu, itu Intan sama om Burhan kebetulan tadi ketemu di jalan jadi sekalian aja Intan menumpang," jawab Intan sambil menyalami tangan ibunya.
"Oh sama Burhan to, terus dimana om kamu panggil masuk dong," ucap Bu Wati sambil berjalan menuju teras untuk memanggil adiknya itu.
"Burhan sini singgah dulu sebentar, ini istri dan anakmu juga ada disini," ucap Bu Wati.
"Lah mereka ngapain disini mba?" tanya om Burhan sambil melangkahkan kaki nya memasuki rumah.
"Bapak," anak-anak dari Burhan pun berlarian memeluknya.
"Kalian ini ngapain disini coba, bukannya jagain rumah kok malah keluyuran!" ucap Burhan memarahi anak-anaknya.
"Kenapa to Burhan kalau mereka kesini, aku loh yang manggil mereka untuk temani aku di rumah, soalnya mas mu dan anak-anak lagi sibuk di toko, kamu ini kebiasaan ya nadanya selalu tinggi sama anak dan istrimu," ucap Bu Wati.
"Enggak marah kok kak cuman negur aja, kan nanti jadi kebiasaan," ucap Burhan sambil menggaruk kepalanya.
"Alah alesan aja kamu," ucap Bu Wati.
Intan pun menuju ruang makan setelah selesai berganti pakaian. Disana sudah ada ibunya, om Burhan, Tante Desi dan kedua anak mereka.
"Ayo kita makan sama-sama," ucap Bu Wati.
"Eh enggak usah kak, kita udah makan kok dari rumah," ucap Burhan.
"Kamu ini Burhan istri dan anak mu itu pasti belum makan, mereka aja dari tadi sama aku terus kok. Nggak ada yang boleh menolaknya sekarang kita makan bersama," ucap Bu Wati.
"Desi kamu ambilin makanan buat kedua anak mu yah," ucap Bu Wati.
Desi pun menoleh kearah suaminya seperti meminta persetujuan dari suaminya itu, seperti mengerti dengan apa yang di lakukan oleh istrinya itu Burhan pun menganggukkan kepalanya menyetujui apa yang di ucapkan oleh Bu Wati.
Desi pun mengambilkan makanan untuk kedua anaknya. Mereka semua mulai menyantap makanan dalam diam hanya dentingan piring dan Senduk yang terdengar.
Meraka telah selesai menyantap makan siang, Burhan dan istrinya pun berpamitan untuk pulang.
Setelah kepergian om dan keluarga kecilnya itu, Intan memilih beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya.
Disela tidur siangnya, Intan pun bermimpi ia di kejar oleh makhluk yang sangat menyeramkan, tubuhnya tinggi dan besar serta tubuhnya penuh dengan bulu-bulu hitam, wajahnya hancur penuh darah.