"KALIAN BERBUAT TIDAK PANTAS DI SINI?"
Kesalahpahaman membuat status keduanya berubah.
Gaby berusia 17 tahun sementara Madava berusia 25 tahun merupakan bodyguard Gaby sendiri.
Keduanya di nikahkan oleh para warga karena kesalahpahaman.
"Kalian harus di nikahkan."
"A-apa, di nikahan?"
......
"Sudah aku bilang kan om, di antara kita tidak ada ikatan apapun atau setatus yang tidak jelas itu. Kejadian satu Minggu lalu lebih baik kita lupakan, dan anggap saja tidak terjadi apapun." Tegas Gaby dengan mata merah menahan amarah dan air mata.
...
Bagaimana Madava dan Gaby menjalankan pernikahan itu? Pernikahan yang tidak mereka inginkan, bahkan ditutupi dari orang tua mereka.
Madava sudah bertunangan sementara Gaby memiliki kekasih yang ternyata sepupu Madava.
.....
AYOOO!! ikuti cerita MY POSESIF BODYGUARD
jangan lupa like komen dan ikuti akun author ☺️
terimakasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tatatu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal
...Bantu Like ya!!...
...***...
"Gaby, wooy!!"
Panggil seseorang kepada gadis cantik yang sedang berjalan santai di koridor sekolah.
Mendengar namanya dipanggil, Gadis itu seketika menghentikan langkah dan berbalik badan melihat siapa yang memanggilnya.
Senyumnya seketika merekah lebar memperlihatkan permen karet di dalam mulut.
"Via!!" Teriak gadis cantik itu sambil melambaikan tangan.
Gaby Lovania Frederick.
Atau kerap di panggil Gaby. Memiliki wajah cantik hidung bangir dan mata Hazel, rambut sepinggang lurus selalu di urai cantik, usianya baru 17 tahun dan sekolah menengah atas kelas 12.
Apakah Gaby ini gadis pintar yang selalu juara di sekolah? Atau selalu ikut lomba cerdas cermat seperti matematika?
Ah tidak. Gaby bukanlah gadis pintar yang selalu juara di sekolah, bahkan sepuluh besar pun gadis itu tidak masuk.
Tidak memiliki bakat? Tentu saja Gaby memiliki bakat, yaitu melukis. Mungkin dalam lukis melukis Gaby juaranya, bahkan selalu mewakili sekolah untuk lomba melukis dan selalu mendapatkan juara.
Gaby juga memiliki Cita-cita menjadi desainer, seperti almarhum mamahnya.
Bahkan sampai saat ini butik milik mamahnya masih berkembang dan Gaby yang melanjutkan butik itu, tentu saja dengan bantuan sang ayah dan tangan kanan mamahnya yang masih setia bekerja di sana.
Frederick Wijaya nama Daddy Gaby. Si pemilik sekolah Frederick High School yang saat ini Gaby tempati dan salah satu orang terkaya di kota ini.
Gaby merupakan anak tunggal dan pewaris satu-satunya perusahaan Frederick.
Sementara sang mamah sudah lama meninggal sekitar tiga tahun lalu, sampai saat ini Frederick belum memiliki istri lagi. Bukan karena Gaby yang melarangnya untuk tidak boleh memiliki istri lagi, tapi pria itu yang tidak menginginkannya.
Frederick selalu berkata. Istrinya hanya satu tidak akan tergantikan, mungkin cintanya sudah habis di almarhum mamahnya Gaby.
Usia Frederic saat ini 35 tahun. Ya, memang masih terbilang muda untuk menikah lagi.
Frederick dan almarhum Istrinya memang menikah muda saat masih sekolah dan langsung memiliki anak yaitu Gaby.
Jika di ceritakan panjang kisah cinta Frederick dan istrinya.
Frederick begitu posesif kepada istrinya yang merupakan cewek tercantik dan terpopuler di sekolah, mungkin separuh cowok di sekolahan menyukainya. Karena takut istrinya direbut oleh pria lain, tanpa pikir panjang Frederick menikahinya.
"Ada apa Vi?" Tanya Gaby.
Saat ini gadis itu sudah berdiri dihadapan Gaby.
Via Adisti. Wajahnya tak kalah cantik dari Gaby, rambut sebahu matanya bulat dan hidung bangir, tinggi badannya lebih pendek dari Gaby. Gadis itu terlihat imut dengan jepitan rambut berwarna pink bentuk mawar.
"Pulang sama siapa? Dijemput nggak sama si om-om tampan itu?" Tanya Via sambil nyengir memperlihatkan gigi gingsul-nya.
Ya memang saat ini waktunya pulang sekolah.
Gaby memutar bola mata jengah mendengar kata 'pria tampan yang keluar dari mulut mungil sahabatnya.
"Tampan apanya? Kaya kanebo kering gitu" Ucap Gaby malas.
"Cek." Via berdecak. "Orang tampan banget!!"
Gaby hanya menghela nafas, dan berfikir.
'Si Om jemput nggak ya?'
"Hmm, gue baru inget, kalau gue pulang sama Dion, emangnya kenapa?"
Dion, cowok tampan ketua basket merupakan pacarnya Gaby.
Via menghela nafas pelan, bibirnya mengerucut wajahnya berubah kecewa.
Gaby yang melihat perubahan raut wajah Via, seketika merasa heran. Ada apa dengannya?
"Gue kira lu dijemput, tadinya sih pen ikut numpang soalnya gue nggak di jemput sama supir" Jawab Via lesu.
Jika Gaby pulang bersama Dion itu artinya Via harus pulang sendiri naik taksi atau ojek online. Ah, malas sekali.
Gaby mangut-mangut, ternyata itu alasannya.
"Ooh gituu, yaudah bareng sama kita aja!!"
"Ishh!!"
Plak.
"Aduuh Via iih!!" Gaby meringis mengelus tangannya yang di pukul, sedikit terasa sakit.
Via mendelik setelah memukul Gaby, tangannya terlihat di depan dada.
"Gue ikut dimana? Dion kan bawa motor" sebalnya, Gaby memang selalu mengada-ngada
Gaby cekikikan. "Didalam jok, lu kan pendek tuh jadi masuk di Jok. Hahaha---upss!!"
Gaby menutup mulutnya saat preman karet yang ada di mulut hampir saja keluar gara-gara tertawa.
Via yang melihatnya bergidik jijik.
"Iih jorok!!"
Gaby hanya nyengir, lalu berjalan mendekati tempat sama dan meludah membuang permen karet yang ada di dalam mulutnya. Setelah itu kembali mendekati sang sahabat.
Via menggembungkan pipinya kesal. Nasib jomblo memang seperti ini.
"Aruna sama Naura di mana? Lu ikut sama mereka aja"
Ya selain Via, Gaby juga memiliki dua teman lain, tapi entah kemana mereka sekarang.
"Ah lu kaya nggak tau mereka aja!! Mereka udah pulang sama pacar masing-masing." Keluh Via.
Ya di antara mereka hanya Via lah yang tidak memiliki pujaan hati. Ah tidak tepatnya Via itu Gamon alias gagal move-on, padahal yang menyukai Via banyak, tapi gadis itu malah terjebak di masa lalu.
Gaby menghela nafas panjang di hembuskannya secara kasar. Terkadang Gaby kasian juga dengan Via yang gamon.
"Makanya nggak usah Gamon-gamon deh, udah lupain mantan lu itu, cowok yang suka sama lu banyak, Vi!!"
Via memutar bola mata jengah. Selalu saja seperti ini, mereka menyuruhnya untuk melupakan mantan tercintanya, tidak tau saja bagaimana cintanya Via kepada cowok itu.
"Apa sih Lo, gue benar-benar cinta sama kak Bara"
"Cih...Gui binir-biniri cinti simi kik Biri. Bacot kata gua mah, Via!!" Cibir Gaby.
Mungkin mulut Gaby sampai berbusa pun Via tidak akan mendengarnya.
Via menghela nafas kasar, tidak memperdulikan cibiran Gaby atau merasa sakit hati karena itu sudah biasa.
"Udah nih ya, daripada gamon mending---"
"Ada apa ini ribut-ribut para gadis-gadis cantik!!"
Ucapan Gaby terpotong, dengan tiba-tiba ada cowok heboh menghampiri mereka.
Cowok itu langsung merangkul bahu kecil Via wajahnya petantang petenteng terlihat tengil sekali.
Gaby dan Via langsung menatapnya.
Gaby seketika tersenyum menatap cowok itu.
"Naaah, lu pulang bareng Liam aja Vi." Saran Gaby.
Cowok yang bernama Liam itu menaikan sebelah alis, lalu menatap Via yang masih ia rangkul.
Via memutar bola mata malas.
"Ogah banget!! Nanti gue di keroyok sama cewek-ceweknya si Liam!!" Tolak Via mentah-mentah sambil melirik Liam.
"Pffttt.....Hahaha!!"
Mendengar ucapan Via, Gaby malah tertawa ngakak, sementara Liam hanya tersenyum kecut.
"Udah ah gue pulang pake taksi aja." Via menghempaskan tangan Liam dari pundaknya dan ingin berjalan namun.
"Etsss, tunggu dulu Vi!!" Cegah Liam sambil mencekal tangan Via.
Dengan malas Via menatapnya. "Apa siih?"
"Pulang bareng gue aja, rumah kita kan satu arah!!"
Dengan tersenyum lebar penuh ketulusan, Liam menawarkan untuk mengantar Via pulang.
Gaby yang melihat senyuman cerah Liam seketika tersenyum sinis, melipat tangan di depan dada
'Si playboy cap gajah ini mau deketin Via.' Batin Gaby yang paham gelagat buaya Liam.
Via mengerutkan kening nampak berfikir. Sebenarnya Via mau-mau saja di antar oleh Liam, agar uangnya tetap utuh tidak membayar taksi.
"Tapi gue nggak mau kena masalah gara-gara pulang bareng lo."
Namun Via tidak mau berurusan dengan cewek-ceweknya Liam yang jamet itu.
Liam itu cowok playboy, pacarnya di mana-mana mungkin separuh gadis di sekolah ini pacarnya Liam.
"Cek tenang aja, lu nggak akan kena masalah. Udah ayok kita pulang!!" Liam menarik begitu saja tangan Via, nampaknya cowok itu tidak mau di tolak.
"Gue duluan Gab." Pamit Via terburu-buru karena Liam terus menariknya.
"Okee!!" Sahut Gaby.
"Heeh Liam, antar Via sampai rumah, awas aja kalau, lecet gue gibeg lu!!." Peringatan Gaby.
Liam tidak menanggapi hanya mengacungkan jari tengahnya, sungguh menyebalkan sekali bukan.
.....
"Sayang!!"
Teriak Gaby sambil berjalan cepat menghampiri seorang cowok yang sedang berdiri di dekat motor sport hitam.
Cowok itu menoleh, senyumnya merekah lebat ketika melihat kedatangan Gaby.
"Lama nunggu ya?" Tanya Gaby bergelayut manja di tangan cowok itu.
Dion tersenyum, mengelus lembut kepala Gaby. "Nggak kok biasa aja"
"Mau langsung pulang? Atau jalan-jalan dulu?" Tanya Dion menatap Gaby penuh cinta.
Dion Michio Adyison. Cowok tampan dengan tinggi 180 itu merupakan pacar Gaby. Mereka berpacaran sudah 5 bulan lamanya.
Gaby tersenyum mengangguk antusias.
"Aku mau jalan-jalan dulu sebelum pulang!!"
"Oke, pake helm dulu ya!!"
Dion mengambil helm di atas motor khusus untuk Gaby, ingin memakaikannya kepada gadisnya itu.
"Ehem"
Pergerakan Dion terhenti ketika mendengar deheman seseorang.
Kedua sejoli itu langsung melihat ke sumber suara.
"Om?" Ucap Gaby dengan wajah terkejut.
Tidak jauh dari mereka ada seorang pria dewasa.
Pria itu berjalan mendekat, satu tangannya di masukan ke dalam saku celana, raut wajahnya begitu dingin dan datar, seperti tidak bersahabat.
Penampilannya rapih seperti orang kantoran. Tubuhnya tinggi tegap bak model, wajahnya lebih tampan dari Dion, walaupun begitu di mata Gaby tetap Dion lah yang paling tampan.
"Om, ngapain di sini?" Tanya Gaby dengan raut wajah berubah kesal.
Gaby selalu merasa kesal dengan pria tampan ini, puncaknya setelah kejadian satu Minggu lalu.
Gaby rasa itu adalah hal paling buruk dalam hidupnya. Berharap hanya mimpi, tapi kenyataan tidak bisa di rubah menjadi mimpi.
Statusnya berubah gara-gara pria itu.
***
LIKE, VOTE KOMEN!!! Makasih
Viaa ....
Kalau setelah Di adalah kata kerja, maka disambung, ya, contohnya: dipanggil, dinikahkan, dan didengar.
Sedangkan kalau setelah Di adalah kata benda atau tempat, maka dipisah, contohnya: di meja, di sekolah dan di dapur.
Semangat! Semoga membantu🤗